Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Masjid Condell Park

Salat Jumat di Australia Mirip di Indonesia, Bedanya Ada 2 Gelombang hingga Kotak Amal Pakai QR Code

Prosesi salat Jumat di Australia mirip di Indonesia. Tetap ada juga bedanya saat salat Jumat di Masjid Bilal dan Masjid Condell Park, Australia

Editor: Arif Fuddin Usman
dok pribadi/facebook
Suasana jamaah menunggu proses salat jumat di Masjid Condell Park, Mei 2021. 

Citizen Report

Haidir Fitra Siagian, Dosen UIN Alauddin Makassar (sedang bermukim di Australia dan cuti di luar tanggungan negara).

TRIBUN-TIMUR.COM - Semua prosesi salat Jumat di Australia, hampir sama dengan prosesi salat Jumat di Indonesia.

Tetapi sedikit berbeda dengan prosesi salat Jumat di Masjid Bilal dan Masjid Condell Park yang saya datangi Jumat sebelumnya.

Syukur Alhamdulillah, penanganan covid-19 di Australia cukup berhasil. 

Sehingga pelaksanaan salat Jumat sudah bisa berlangsung sebagaimana mestinya.

Tidak perlu ada pelonggaran jamaah dan pemakaian masker.

Penulis Haidir Fitra Siagian berfoto Masjid Auburn Gallipoli, Australia, Mei 2021.
Penulis Haidir Fitra Siagian berfoto Masjid Condell Park, Australia, Mei 2021. (dok pribadi/facebook)

Setahun lalu, semua masjid sempat ditutup total selama beberapa minggu.

Tidak ada salat Jumat dan tidak ada salat Tarawih di masjid mana pun.

Sekarang pelaksanaan ibadah seperti biasa dan semua sudah dianggap normal.

Di Masjid Condell Park ini, salat Jumat selalu diselenggarakan dua gelombang.

Pertama pukul dua belas siang dan kedua pukul satu siang.

Daya tampungnya bisa memuat sekitar 420 orang jamaah, sedangkan jamaah yang akan salat Jumat sangat banyak.

Juga agar lokasi parkir kendaraan bisa bergantian. Tidak menumpuk yang menyebabkan kerumunan.

Dua Gelombang

Di samping itu, pelaksanaan salat Jumat sebanyak dua gelombang ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan semua jamaah.

Terutama agar dapat memilih waktu yang sesuai dengan jam istirahat dari pekerjaannya.

Berdasarkan penulusuran saya, Masjid Condell Park ini berada di bawah Yayasan Daar ibn Abbas.

Yayasan ini didirikan pada tahun 2010 oleh Syekh Abdel Moez an-Nafti al-Hasany, keturunan Lebanon.

Yayasan ini memiliki misi memfasilitasi dan melestarikan sarana untuk menghidupkan kembali dan melaksanakan pendidikan Islam yang otentik.

Selain melaksanakan salat lima waktu, masjid ini juga menawarkan kelas Islam tradisional untuk pria, wanita dan anak-anak.

Masjid yang didirikan tahun 2017 ini boleh dikatakan sebagai salah satu masjid yang cukup megah di Australia.

Dinding dan lantainya terbuat dari keramik warna coklat yang indah dan mengkilau.

Biasanya masjid di Australia, terutama di kota-kota kecil, merupakan bekas bangunan yang dibeli, seperti rumah, gudang atau rumah ibadah agama lain.

Sedangkan di kota-kota besar, sudah terdapat bangunan yang memang sengaja di bangun sebagai masjid.

Salah satunya yang ada di kawasan Sydney adalah masjid ini. Luasnya sekitar tiga puluh kali dua puluh meter.

Ada pula lahan parkir yang mampu menampung 127 kendaraan. Dilengkapi perpustakaan, ruang pertemuan, dan kantor pengurus.

Tak Ada Kotak Amal Berjalan

Ada satu hal lagi yang menarik dalam perhatian saya. Di berbagai masjid yang saya kunjungi, tidak ada istilahnya kota berjalan, terutama yang beredar selama salat Jumat.

Beberapa masjid masih ada yang menggunakan kotak amal manual, yang disimpan di dekat tiang atau pintu masuk utama.

Namun di Masjid Condell Park ini, tidak menggunakan kotak amal manual.

Terdapat beberapa kotak amal dengan QR Code, yang tersambung langsung ke nomor rekening atas nama masjid.

Siapa saja yang ingin menyumbang, cukup masukkan ATM ke dalam mesin yang tersedia. Tulis nominal sumbangan yang diinginkan.

Atau bisa juga dengan menggunakan telepon genggam. Lengketkan ke mesin kotak amal.

Dalam waktu sekejab, sumbangan sesuai dengan nominal yang ditulis sudah masuk ke rekening masjid.

Ada kelebihan dengan menggunakan sistem ini. Yakni, seorang jamaah akan menyumbang dengan nilai yang cukup besar.

Misalnya, jika dengan kotak manual, biasanya akan memasukkan uang recehan ke kotak amal.

Dengan kotak amal mesin elektronik ini, seseorang dapat menyumbang dengan nilai lumayan.

Misalnya $10 , $ 20 atau $ 50 sekali gesek. Kalau 1 dollar Australia Rp 11.116, maka senilai Rp 111.160, Rp 222.242, atau Rp 555.827.

Itu sudah pasti. Jika ada seratus dua ratus jamaah yang menggesek, sudah lumayan besar dana yang terkumpul.

Dan tidak perlu panitia masjid setiap selesai jumatan menghitung uang secara manual.

Untuk mengetahui dana yang terkumpul, panitia cukup menampilkan laporan setiap saat dalam monitor yang dipasang di masjid. Jadi lebih mudah, aman, dan transparan. (*)

Tulisan terakhir dari 3 tulisan, tentang masjid-madji di Australia. (*)

Kiraville, 02 Mei 2021

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved