Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Refleksi Ramadan 1442

Ilmuwan Jepang Penerima Nobel Fisiologi 2016 Ungkap Mukjizat dan Keajaiban Puasa, Autofagi Buktinya

Kenyataan bahwa semua agama punya ajaran ritual puasa menunjukkan bahwa agama-agama yang ada terdapat persamaan dan memiliki dasar ajaran yang sama

Editor: AS Kambie

Autofagi Bukti Mukjizat Puasa dan Keajaiban Puasa

Oleh:
Supa Athana
Dosen Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Unhas

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ilmuwan biologi sel dan profesor di Tokyo Institute of Technology, Yoshinori Ohsumi, menerima Nobel Fisiologi 2016 dengan penelitian mekanisme autofagi.

Istilah ‘autophagy’ (autofagi),berasal dari kata Yunani auto dan phagein.

Auto(diri sendiri) dan phagein (makan).

Secara harfiah berarti ‘makan diri sendiri’. 

Secara keilmuan autofagi berarti proses pembersihan dan regenerasi sel.

Salah satu cara mengaktivasi autofagi, menurut Yoshinori Ohsumi, adalah puasa.

Cerita soal mukjizat puasa dan keajaiban puasa, dalam hal ini Yoshinori Ohsumi tidak sendirian.

Banyak ilmuwan lain yang telah menemukan dan membuktikan kemukjizatan puasa bahwa;

Pertama, Puasa  berkaitan dengan pengendalian gula darah, pengurangan peradangan, penurunan berat badan, dan peningkatan fungsi otak.

Kedua, Puasa dapat secara dramatis meningkatkan autofagi sel saraf kortikal.

Autofagi serebral memiliki efek pelindung saraf yang signifikan.

Aktivasi autofagi di dalam tubuh, menurut Yoshinori Ohsumi, akan

memperlambat proses penuaan sel, mendetoksifikasi tubuh, dan memiliki efek yang sangat positif pada regenerasi sel.

Pada titik ini kita menemukan kelogisan pernyataan beberapa rohaniawan dari berbagai agama bahwa orang berpuasa punya peluang yang lebih besar berusia panjang.

Kenyataan bahwa semua agama punya ajaran ritual puasa menunjukkan bahwa sebetulnya agama-agama yang ada terdapat persamaan dan memiliki dasar ajaran yang universal.

Dengan begitu, semua agama satu sama lain punya alasan yang kuat guna membangun saling pengertian guna mewujudkan membentuk suatu tatanan kehidupan sosial yang aman dan damai.

Dalam sejarah Islam kita tahu bahwa Nabi Suci Muhammad SAW setiap bulannya ada saja hari-hari di mana beliau berpuasa.

Tentu saja, tidak semua hari dalam sebulan atau setahun beliau berpuasa.

Diriwayatkan dari Aisya ra., istri Nabi SAW, bahwa Nabi senang puasa pada hari Senin dan Kamis.

Perlu diingatkan pula bahwa bulan Syawal datang segera setelah bulan suci Ramadhan.

Di bulan Syawal ada anjuran melaksanakan puasa selama enam hari berturut-turut setelah hari raya Idul Fitri, yaitu tanggal 2 hingga 7 Syawal.

Meski demikian, puasa Syawal juga dapat dikerjakan tidak berurutan.

Dari sisi ini kita dapat memahami bahwa ajaran agama (Islam) memang sangat menekankan amalan puasa, dan sebaiknya jangan ditinggalkan begitu saja usai Ramadan.

Itu pula maknanya mengapa ada anjuran puasa pada setiap hari Senin dan Kamis.

Ternyata puasa  dapat mengaktivasi autofagi yang sangat penting fungsinya bagi kesehatan tubuh, kecerdasan dan spiritual manusia. 

Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dan mengikutinya selama enam hari di bulan Syawal, seolah-olah dia telah berpuasa sepanjang masa.”

Kalimat berpuasa sepanjang masa dapat diartikan bahwa puasa seharusnya menjadi kebiasaan dalam hidup demi kesehatan tubuh dan mental manusia itu sendiri.

Pada saat berpuasa, menurut Yoshinori Ohsumi, sel-sel tubuh manusia bereaksi memecah protein dan menggunakannya untuk menghasilkan energi.

Selama proses autofagi, sel membunuh virus dan bakteri serta menyingkirkan struktur yang rusak.

Ini adalah proses yang penting untuk kesehatan, pembaruan, dan kelangsungan hidup sel.

Disebutkan, Autofagi menghancurkan protein yang rusak di organ (struktur sel kecil yang melakukan fungsi tertentu dalam sel).’

Itu adalah tindakan yang ditimbulkan sendiri oleh sel yang mendetoksifikasi sistem dan memulihkan kesehatan dan vitalitas," kata Dr Apratim Goel, CEO /Medical Director of Cutis Skin Studio.

Jika tubuh tidak dibarengi dengan aktivasi autofagi maka sel-sel yang rusak akan menumpuk secara berbahaya dan akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan tumor ganas.

Profesor Yoshinori Ohsumi telah mampu mengidentifikasi gen yang mengatur autofagi dan menghubungkan gangguan autofagi dengan sejumlah penyakit degeneratif.

Bersyukur dan bahagia yang tak terhingga seharusnya bagi manusia yang melaksanakan dan memaksimalkan mukjizat puasa dan keajaiban puasa terutama pada puasa di bulan Ramadan ini.

Karena itu semuanya untuk kebaikan, kebahagian, kesehatan dan kejayaan umat manusia itu sendiri.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved