KKB Papua
Detik-detik Guru asal Toraja Ditembak KKB Papua, Sempat Telepon Istri Lalu Sambungan Terputus
Update Berita Toraja Hari Ini, guru Toraja korban KKB yang ditembak anak buah Des Walker, istri almarhum menceritakan detik-detik mencekam itu
TRIBUN-TIMUR.COM, RANTEPAO - Dua guru asal Kabupaten Tana Toraja, Sulsel, menjadi korban keberingasan Kelompok Kriminal Papua (KKB).
Satu guru SD, satunya lagi mengajar di SMP.
Yonathan Renden atau Natan (27) salah satu korban yang ditembak KKB Papua.
Alumni UKI Toraja jurusan Matematika itu tewas ditembak di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua pada Jumat (9/4) lalu.
Yonathan adalah warga Dusun Tiromanda, Lembang (Desa) Batu Limbong, Kecamatan Bangkelekila', Kabupaten Toraja Utara.
Istri Yonathan, Dewi Gita Paliling (21) saat ditemui Tribun Timur di Batu Limbong Minggu (11/4) sore tak kuasa menahan tangis.
Dewi menceritakan, sebelum kejadian, Yonathan sempat menghubunginya lewat telepon.
Dewi panik lantaran Yonathan saat itu mengaku telah dikepung oleh KKB.
Belum lama berbicara, Yonathan kemudian menutup ponsel.
Dewi semakin panik dan mencoba menghubungi beberapa kerabat Yonathan namun juga tak menjawab.
"Ia (Yonathan) bilang kami sudah dikepung, tapi belum lama bicara telepon mati," ucap Dewi.
Beberapa saat kemudian, Dewi kembali menghubungi Yonathan.
Namun yang mengangkat telepon bukan Yonathan, melainkan orang yang tidak dikenal.
"Saya telpon lagi tapi saat itu putus-putus, intinya bukan suara suami saya, yang angkat tidak kukenal," sambungnya.
Kemudian, kepastian Yonathan meninggal diketahui Dewi melalui media sosial Facebook.
Di mana sejumlah kerabat Yonathan membuat status ucapan duka.
"Dari Facebook, pas kubuka langsung beberapa teman kirim ucapan duka dan posting foto suamiku," lanjut Dewi bercerita.
Yonathan meninggalkan dua orang anak. Perempuan dan laki-laki.
Anak pertamanya bernama Kirannuan berusia dua tahun.
Kemudian bayi laki-lakinya yang masih berusia enam bulan bernama Arkana.
"Yang satu ini (Arkana) belum dilihat langsung oleh Yonathan, terakhir waktu masih dalam kandungan," ungkap Dewi sambil mengusap air matanya.
Saat melahirkan Arkana, sambung Dewi, kami komunikasi lewat video call.
Dikatakan, Yonathan merantau ke Papua kurang lebih tiga tahun.
Terakhir Yonathan pulang ke Toraja pada awal 2019.
"Saat mau kembali ke Papua, ia bilang jaga anak kita dengan baik," pungkas Dewi.
Sebagai informasi, Yonathan merupakan salah satu guru di SMP 1 Beoga, Papua.
Selain Yonathan, satu warga Toraja lainnya menjadi korban penembakan KKB.
Adalah Oktovianus Rayo (42) yang tewas ditembak KKB pada Kamis (8/4).
Sehari-hari Oktovianus bertugas di SD Jambul, Distrik Beoga, sekitar tiga kilometer dari kampung Julugoma.
Informasi yang dihimpun, jenazah Oktovianus dan Yonathan tiba di Toraja pada Senin (12/4) dini hari ini.
Kronologi
Dua guru yang ditembak KKB itu diketahui bernama Oktovianus Rayo (43) dan Yonatan Raden (28). Dua-duanya warga Tana Toraja, Sulsel.
Keduanya merupakan guru yang bertugas di Kabupaten Puncak.
Tidak hanya menembak dua guru, KKB juga melakukan pembakaran terhadap tiga sekolah.
Penembakan terhadap dua guru itu terjadi dalam dua hari berbeda.
Di hari pertama yakni pada Kamis (8/4/2021), Oktovianus Rayo (43), seorang guru SD tewas ditembak di Kampung Julukoma, Distrik Beoga Kabupaten Puncak.
Menurut Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D Fakhiri, penembakan itu terjadi pada pukul 09.30 WIT.
Saat itu, Oktovianus Rayo sedang berada di kios miliknya,
"Korban didatangi pelaku lalu ditembak di dalam kios, bahkan diduga pelaku menembak dengan menggunakan senjata laras pendek," katanya dikutip dari TribunPapua.
Kata Kapolda, korban tewas dengan dua luka tembak di bagian tubuh.
Sementara rekan korban yang mengetahui kejadian itu langsung berlari ke dalam hutan untuk berlindung.
"Korban meninggal dengan dua tembakan di bagian rusuk dan perut sebelah kanan. Rekan korban sempat dikabarkan hilang, namun berhasil ditemukan oleh warga dalam kondisi selamat," kata Kapolda.
Sehari setelahnya, atau pada Jumat KKB kembali melakukan penembakan terhadap guru yakni Yonatan Raden (28).
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Ahmad Musthofa Kamal menjelaskan kronologi lengkap penembakan KKB terhadap Yonatan Raden.
Kamal menerangkan, pada Jumat sekitar pukul 16.45 WIT, korban bersama saksi JS menggunakan sepeda motor berboncengan menuju Kampung Ongolan dengan maksud mengambil terpal guna membungkus jenazah Oktovianus Rayo yang berada di Puskesmas Beoga.
Sesampainya di ujung bandara, KKB melakukan penembakan sebanyak 2 kali namun keduanya menancap gas menuju Kampung Ongolan.
Tak lama kemudian bunyi tembakan dari arah belakang Koramil.
Selanjutnya personel gabungan melakukan tembakan balasan ke arah belakang Koramil.
Pukul 18.30 WIT, korban ditemukan meninggal dunia di depan rumah JS di Kampung Ongolan.
Personel gabungan kemudian mengevakuasi korban menuju Puskesmas Beoga guna mendapat penanganan medis.
Lalu, pada pukul 19.10 WIT, aparat keamanan melakukan penyisiran dan menemukan saksi di kali ujung bandara dalam keadaan selamat.
Proses evakuasi jenazah 2 guru korban penembakan KKB di Terminal UPBU Bandara Moses Kilangin Timika.
Jenazah Oktovianus Rayo dan Yonatan Renden yang menjadi korban penembakan secara berutal oleh KKB pimpinan Sabinus Waker telah dievakuasi aparat gabungan dari Distrik Beoga, Kabupaten Puncak ke Mimika, Sabtu (10/4).
Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri menyebutkan proses evakuasi dua jenazah korban penembakan KKB tersebut berjalan lancar.
"Alhamdulillah evakuasi berjalan lancar, kedua jenazah di evakuasi menggunakan pesawat SAS PK FSE dari Distrik Beoga ke Bandara Mozes Kilangin Timika," katanya.
Mathius menyebutkan lapangan terbang Beoga yang sebelumnya dikuasai oleh KKB pimpinan Sabinus Waker telah diambil alih oleh aparat gabungan.
"Anggota gabungan TNI-Polri saat ini sudah menguasai bandara yang sebelum diduduki oleh kelomppok itu," ujarnya.
Mathius menyebut situasi di Distrik Beoga sudah mulai kondusif dan anggota gabungan telah melakukan pengejaran terhadap kelompok pimpinan Sabinus Waker.
Di sisi lain, aparat gabungan juga masih melakukan upaya evakuasi terhadap warga yang berada di Distrik Beoga.
"Kita akan naikan perkuatan untuk mem-back up di Beoga, sembari kita mendorong para guru yang berada di kampung Julukoma dan Ongolan untuk kita geser ke Sugapa Intan Jaya," katanya.
Guru Trauma
Lima orang guru mengalami trauma setelah rekannya tewas ditembak KKB di Kampung Julugoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua.
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPPAD) Papua Christian Sohilait menyebut, kelima guru tersebut sudah berhasil dievakuasi ke Mimika.
"Mereka semua trauma dan minta pulang kampung. Hari ini mereka pulang ke rumah keluarganya dulu, besok mereka pulang ke Toraja," ujarnya melalui pesan singkat, Sabtu (10/4), sebagaimana diberitakan TribunPapua.
Ia berharap kejadian yang menimpa para guru di Beoga tidak berdampak luas bagi guru di wilayah pedalaman Papua lainnya.
Oleh karena itu, Sohilait meminta aparat keamanan dan masyarakat bisa ikut menjaga keberadaan para guru karena mereka hadir di sana hanya karena misi kemanusiaan.
"Saya selalu memberikan imbauan kepada masyarakat, mari berikan dukungan kepada guru-guru. Mereka tidak punya masalah apa-apa dengan siapapun di situ. Kondisi ini pasti membuat guru-guru ketakutan, pihak keamanan dan masyarakat tolong beri jaminan kemanan supaya mereka bisa ada di sana," kata dia.
Selain itu, Sohilait juga mengimbau guru-guru yang bertugas di wilayah yang memiliki potensi konflik, untuk lebih peka melihat situasi.
Menurut dia, kejadian seperti yang terjadi di Beoga bisa menimpa siapa saja dan dengan profesi apa saja.
"Kami mengimbau kepada guru-guru yang berada di daerah yang punya potensi terjadinya konflik, kalau dari lingkungan guru-guru lihat tidak aman, lebih baik keluar dulu, cari tempat perlindungan yang dekat," kata Sohilait.
Pada Sabtu siang, sekitar pukul 13.30 WIT, 5 guru, 2 balita, dan 2 jenazah guru yang seluruhnya berasal dari Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, berhasil dievakuasi ke Mimika.
Sekolah Dibakar
Selain melakukan penembakan terhadap guru, KKB juga membakar tiga sekolah dan satu rumah guru di Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, Kamis (8/4) sore.
Pembakaran itu dilakukan KKB setelah menembak mati Oktovianus Rayo (43 tahun) guru sekolah dasar di Kampung Julukoma, Kabupaten Puncak, pada Kamis pagi.
Tiga sekolah yang dibakar KKB adalah SD Jambul, SMP N 1 Beoga dan SMA 1 Beoga.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Ahmad Musthofa Kamal mengatakan masyarakat langsung melapor ke aparat keamanan setelah ada aksi pembakaran dari KKB.
"Adapun bangunan yang dibakar yakni SD Jambul, SMP Negeri 1 Beoga, SMA 1 Beoga dan satu rumah guru," katanya, dikutip dari TribunPapua.
PGRI Mengecam
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) merespons penembakan guru di Papua.
PGRI menyampaikan lima poin pernyataan.
Di antaranya, PGRI menguruk keras penembakan yang menyebabkan dua orang guru tewas.
Selain itu, PGRI juga menyesalkan terjadinya pembakaran terhadapa 3 gegung sekolah yakni SD Jambul, SMPN 1 dan SMAN 1 Beoga, Kabupaten Puncak.
PGRI juga meminta pemerintah baik pusat maupun daerah untuk memberikan perlindungan terhadap keselatan para guru yang bertugas di pedalaman.(tribunnews.com/tribuntoraja.com)