TRIBUN TIMUR WIKI
Kabar Duka Menteri Era BJ Habibie Berpangkat Jenderal Bintang Tiga Meninggal Dunia, Sosoknya
Saat menjabat Komandan Korem Lilawangsa, Lhokseumawe, Aceh, ia berhasil mengatasi pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka terhadap NKRI.
Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Waode Nurmin
TRIBUNTIMURWIKI.COM - Kabar duka, Mantan Menteri Dalam Negeri Letjend Purn Syarwan Hamid meninggal dunia, Kamis pagi (25/3/2021) pada pukul 03.30 hari ini.
Dari pesan yang beredar, Syarwan meninggal karena sakit di Rumah Sakit Dustira, Cimahi, Jawa Barat.
Kabar duka ini dibenarkan oleh Gubernur Riau Wan Abubakar yang mengaku sedang berada di Jakarta.
"Benar beliau sudah meninggal saya sedang dalam perjalanan untuk melayat ke Cimahi,"ujar Wan Abubakar dikutip dari Tribunpekanbaru.com, Kamis.
Dikutip dari Kompas.com Menurut Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Benni Irwan, Syarwan Hamid akan dimakamkan di Jakarta.
"Akan dimakamkan di Kalibata (Taman Makam Pahlawan Kalibata)," kata Benni kepada Kompas.com, Kamis (25/3/2021).
Berdasarkan informasi dari Benni Syarwan meninggal pukul 03.30 WIB. Dia tutup usia setelah mengidap sakit.
Jenderal bintang tiga tersebut merupakan menteri di era kabinet Presiden BJ Habibie.
Lalu bagaimana profil Syarwan Hamid dan sepak terjangnya?
Berikut selengkapnya dikutip Tribuntimurwiki.com dari Tribunnews.com.
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Syarwan Hamid (lahir di Dusun Pusaka, Siak, 10 November 1943; umur 77 tahun) adalah salah satu tokoh militer dan politik Indonesia.
Ia pernah menjadi Menteri Dalam Negeri pada Kabinet Reformasi Pembangunan dan sebelumnya menjadi Wakil Ketua MPR hasil Pemilu 1997.
Ia juga dikenal sebagai tokoh gerakan Pelajar Islam Indonesia (PII) semasa mudanya dulu.
Sebelum menjabat Mendagri, Syarwan pernah jabatan Kassospol ABRI.
Mengutip dari perpusnas.go,id, Letjend Purn Syarwan Hamid adalah Menteri Dalam Negeri pada masa Kabinet Reformasi Pembangunan.
Ia adalah lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) tahun 1966.
Selain itu, ia juga pernah menempuh pendidikan di Sekolah Staf dan Komando ABRI , Seskoad, dan Lemhanas.
Hamid pernah menjadi Kasrem 063/SGJ tahun 1985.
Kemudian menjabat Kapendam III/Siliwangi tahun 1986, Pardor Sarli Dispenad, 1988 dan Asisten Teritorial Kodam Jaya, 1989.
Setelah itu ia bertugas menjadi Danrem 011/Lilawangsa Aceh, 1990.
Saat menjabat Komandan Korem Lilawangsa, Lhokseumawe, Aceh, ia berhasil mengatasi pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka terhadap NKRI.
Atas jasanya, Hamid diangkat menjadi Kadispen TNI Angkatan Darat pada tahun 1992 dengan pangkat brigadir jenderal (bintang satu).
Tidak lama kemudian menjadi Kapuspen TNI tahun 1993, Assospol Kassospol ABRI tahun 1995, hingga menjabat Kassospol ABRI dengan pangkat letnan jederal pada tahun 1996.
Pada tahun 1997, Hamid menjadi Wakil Ketua DPR/MPR mewakili ABRI.
Di masa pemerintahan presiden BJ Habibie, ia diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri Kabinet Reformasi Pembangunan periode 1998-1999.
Riwayat Karier
Kasrem 063/SGJ (1985)
Kapendam III/Siliwangi (1986)
Pardor Sarli Dispenad (1988)
Asisten Teritorial Kodam Jaya (1989)
Danrem 011/Lilawangsa, Aceh (1990)
Kadispen TNI Angkatan Darat (1992)
Kapuspen TNI (1993)
Assospol Kassospol ABRI (1995)
Kassospol ABRI (1996)
Wakil Ketua DPR/MPR (1997)
Menteri Dalam Negeri (1998-1999)
Mundur dari Perindo
Syarwan Hamid diketahui pernah mengundurkan diri dari Partai Persatuan Indonesia (Perindo).
Dikutip dari TribunPekanbaru.com, kala itu dirinya menjabat sebagai Ketua Dewan Penasehat DPP Partai Perindo.
Bukan tanpa alasan, dirinya mengundurkan diri lantaran tidak ingin terlena dengan harta dan jabatan.
Hal tersebut dianggapnya sebagai jati dirinya sebagai orang Melayu.
Tolak Gelar Datuk
Syarwan Hamid pernah beberapa kali menolak gelar kehormatan adat Melayu yakni Datuk, yang diberikan Lembaga Adat Melayu Riau (LAM Riau).
Satu di antaranya saat dirinya mengembalikan gelar tersebut, lantaran sebagai aksi penolakan terhadap pemberian gelar adat dari LAM Riau kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Saat pengembalian tersebut, Syarwan Hamid dikawal ratusan orang.