Tribun Majene
Dirut RSUD Majene Bantah Dokter dan Perawat Mogok Kerja
dari hasil pertemuan tersebut semuanya sudah clear. Namun ada beberapa permintaan mereka yang tidak bisa dipenuhi.
Penulis: Hasan Basri | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAJENE - Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Majene, dr Yupie Handayani membantah adanya aksi mogok para dokter dan tenaga medis.
dr Yupie Handayani beralasan penutupan ruang poli rawat inap karena semua dokter di tempat itu dipanggil rapat pertemuan membahas tuntutan mereka.
"Tidak ada mogok, hanya tadi sekalian kita rapat jadi ruang poli tidak dibuka. Ruangan perawat, UGD tetap buka, " Kata dr Yupie Handayani.
Rapat berlangsung mulai pagi hingga sore hari. Rapat tersebut dihadiri langsung Dirut RSUD Majene, Ketua Medik dan beberapa dokter terkait
Menurut dr Yupie dari hasil pertemuan tersebut semuanya sudah clear. Namun ada beberapa permintaan mereka yang tidak bisa dipenuhi.
"Ada beberapa hal memang tidak bisa diintervensi. Misalnya siapa kepala ruangan, siapa petugasnya ya itu kami. Karena dalam menyelesaikan masalah harus mengedepankan etika, " Paparnya.
Namun dr Yupie belum memastikan kapan permintaan para dokter dipenuhi.
Sebelumnya diberitakan, ruangan pelayanan poli rawat jalan RSUD Majene ditutup. Penutupan buntut aksi sejumlah dokter dan tenaga medik di ruangan perawatan tersebut mogok kerja.
Mereka enggan memberikan pelayanan kepada pasien sampai tuntutan mereka dipenuhi. Tuntutan mereka ada 11 poin.
Pertama, ruang perawatan Covid 19 lantai II Gedung baru tidak sesuai standar PPI. Salah satunya ruangan itu tidak ada jalur steril dan non steril.
Kedua, perawat isolasi Covid 19 lantai I saat ini memiliki beban kerja yang makin berat, karena tidak ada penambahan tenaga perawat seiring bertambahnya ruang perawatan Covid 19.
Ketiga, tidak ada kepala ruangan perawatan untuk Gedung lantai II. Keempat, RSUD Majene menjadi rumah sakit perawatan Covid tapi tidak mau menerima rujukan Covid 19.
Kelima, dana klaim Covid 19 di LPMP dikuasai Direktur RSUD Majene. Keenam, ruang laboratorium terkontaminasi udara dari ruang perawatan Covid karena ditempatkan di Gedung yang sama.
Ketujuh, tidak ada ruangan intermitten untuk menunggu konfirmasi hasil PCR. Kedelapan, alat untuk pemeriksaan RDT antibody dan antigen disimpan di apotik, sehingga prosedur pemeriksaan RDT berbelit belit.
Sembilan, pengadaan BMHP tidak sesuai standar operasional. Sepuluh, UGD Covid dan non Covid tidak tersekat. Apalagi ada 12 perawat UGD dan umum terkonfirmasi Covid.
Sebelas, tidak ada jalur khusus untuk membawa pasien Covid 19 ke gedung perawatan.