Apa Itu
Apa Itu Astigmatisme? Gejala, Penyebab, Pengobatan
Apa itu astigmatisme? Kenali gejala, penyebab, dan pengobatannya. Warganet di Google pada saat ini banyak yang mencari apa itu astigmatisme.
TRIBUN-TIMUR.COM - Apa itu astigmatisme?
Kenali gejala, penyebab, dan pengobatannya.
Warganet di Google pada saat ini banyak yang mencari apa itu astigmatisme.
Disalin dari laman Alodokter.com melalui artikel berjudul "Astigmatisme", astigmatisme atau mata silinder adalah gangguan penglihatan akibat kelainan pada kelengkungan kornea atau lensa.
Kondisi ini menyebabkan pandangan kabur, baik dalam jarak dekat maupun jauh.
Astigmatisme dapat terjadi bersamaan dengan rabun dekat (hiperopia) atau rabun jauh (miopia).
Meski umumnya terjadi saat lahir, astigmatisme juga dapat disebabkan oleh cedera pada mata, atau akibat operasi mata.
Astigmatisme dibagi menjadi dua jenis, berdasarkan letak kelainannya. Astigmatisme yang disebabkan oleh kelainan pada kelengkungan kornea disebut astigmatisme korneal.
Sedangkan bila kelainannya pada kelengkungan lensa mata, disebut astigmatisme lentikular.
Gejala astigmatisme
Pada beberapa kasus, astigmatisme tidak menimbulkan gejala sama sekali. Bila ada gejala, keluhan yang dirasakan tiap orang dapat berbeda-beda, meliputi:
* Distorsi penglihatan, misalnya melihat garis lurus tampak miring.
* Pandangan yang samar atau tidak fokus.
* Sulit melihat saat malam hari.
* Mata sering tegang dan mudah lelah.
* Sering menyipitkan mata saat melihat sesuatu.
* Sensitif terhadap sorotan cahaya (fotofobia).
* Kesulitan membedakan warna yang mirip.
* Penglihatan ganda (pada kasus astigmatisme yang parah).
* Pusing atau sakit kepala.
Penyebab dan faktor risiko astigmatisme
Astigmatisme disebabkan oleh kelainan pada kelengkungan kornea atau lensa mata. Belum diketahui apa yang memicu kelainan tersebut, namun diduga terkait dengan faktor keturunan.
Kornea dan lensa adalah bagian mata yang berfungsi membiaskan dan meneruskan cahaya yang masuk ke retina.
Pada mata yang mengalami astigmatisme, cahaya yang masuk tidak terbiaskan secara sempurna, sehingga gambar yang dihasilkan menjadi tidak fokus.
Meskipun umumnya terjadi saat lahir, astigmastisme juga dapat terjadi akibat cedera pada mata, atau karena efek samping operasi mata.
Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko astigmatisme adalah:
* Rabun jauh atau rabun dekat yang sudah parah.
* Mengalami gangguan mata lainnya, seperti keratoconus (degenerasi kornea) atau penipisan kornea.
* Menderita sindrom down.
* Terdapat benjolan pada kelopak mata yang menekan kornea.
* Terlahir prematur, atau dengan berat badan lahir rendah.
Pengobatan astigmatisme
Penanganan astigmatisme atau mata silinder tergantung pada skala dioptri penderita.
Pada mata silinder diatas 1,5, umumnya dokter akan menyarankan pasien menggunakan kacamata atau lensa kontak.
Bila pasien menginginkan metode pengobatan lain, bedah refraktif dapat menjadi pilihan.
Beberapa metode bedah yang dapat dilakukan oleh dokter mata atau dokter mata ahli refraksi untuk menangani astigmatisme adalah:
* Laser-assisted in situ keratomileusis (LASIK).
LASIK menggunakan laser guna membentuk ulang kornea, dengan mengangkat sebagian jaringan kornea. Tujuannya adalah untuk memperbaiki fokus cahaya ke retina.
* Laser-assisted subepithelial keratectomy (LASEK).
Pada prosedur ini, dokter bedah akan mengendurkan lapisan pelindung kornea (epithelium) dengan alkohol khusus, lalu membentuk ulang kornea menggunakan laser.
Setelah itu, epithelium akan kembali ditempatkan ke posisi awalnya.
* Photorefractive keratectomy (PRK).
Prosedur PRK sama seperti LASEK, hanya saja pada tindakan PRK, epithelium akan diangkat.
Epithelium akan kembali terbentuk secara alami mengikuti kelengkungan kornea yang baru.
Selain tiga metode di atas, ada metode bedah refraktif lain, yaitu refractive lens exchange (RLE), atau disebut juga clear lens extraction (CLE).
RLE menggunakan lensa tiruan untuk mengganti lensa mata yang tidak bisa diperbaiki. Selain untuk mengobati astigmatisme, RLE juga dapat diterapkan pada penderita katarak.(*)