Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bareng Wiranto, Terungkap Alasan Jusuf Kalla Nekat Lawan SBY dengan Megawati - Prabowo di 2009

Bareng Wiranto, terungkap alasan Jusuf Kalla nekat lawan SBY dengan Megawati - Prabowo di 2009.

Editor: Edi Sumardi
DOK BPMI
Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla. Bareng Wiranto, terungkap alasan Jusuf Kalla nekat lawan SBY dengan Megawati - Prabowo di 2009. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Bareng Wiranto, terungkap alasan Jusuf Kalla nekat lawan SBY dengan Megawati - Prabowo di 2009.

Pilpres 2009 sudah hampir 12 tahun berlalu.

Namun, Jusuf Kalla yang ikut bertarung dalam kontestasi politik 5 tahunan itu kembali bernostalgia.

Pilpres 2009 diikuti 3 pasangan calon, yakni Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) dan Boediono, Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto, serta Jusuf  Kalla dan Wiranto.

Pasangan SBY - Boediono menang telak setelah meraup 73.874.562 suara (60,80 persen).

Sementara itu, Megawati - Prabowo Subianto meraih 32.548.105 suara (26,79 persen) dan Jusuf  Kalla - Wiranto mengantongi 15.081.814 suara (12,41 persen).

Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla menceritakan ketika dirinya memutuskan maju menjadi calon presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 dengan menghadapi SBY yang notabene rekannya di Kabinet Indonesia Bersatu I.

Saat itu, Kalla memutuskan bercerai dan memilih bertarung menghadapi SBY hanya untuk menjaga harga dirinya sekaligus harkat dan martabat Partai Golkar.

Karena harga diri itu pula, Kalla tetap nekat bertarung menghadapi SBY kendati menyadari keputusannya tak akan membuahkan hasil kemenangan bagi dirinya.

"Sebenarnya itu hanya karena saya tahu susah menang, tapi karena saya ketua partai, ada harkat partai," ujar Jusuf Kalla dalam Program Bukan Begini Bukan Begitu yang tayang di kanal YouTube Kompas.com, Senin (22/2/2021).

Jusuf Kalla mengungkapkan, alasannya memutuskan mencalonkan diri menjadi calon presiden tak lepas dari permintaan SBY yang menginginkan supaya Golkar mengusulkan lima nama yang akan menjadi pasangannya.

Permintaan SBY tersebut sontak membuat harga diri Jusuf Kalla terusik.

Demi menjaga harga diri tersebut, Jusuf Kalla yang saat itu mengemban Ketua Umum Partai Golkar memilih jalur pertarungan ketimbang melanjutkan kerja sama antarkeduanya.

Jusuf Kalla kemudian menggandeng Wiranto untuk menghadapi SBY yang berpasangan dengan Boediono.

Selain SBY - Boediono, Jusuf Kalla dan Wiranto juga menghadapi Megawati Soekarnoputri yang berpasangan dengan Prabowo Subianto.

Kendati demikian, Kalla mengakui saat itu dirinya masih menginginkan kembali berpasangan dengan SBY.

Namun, karena kadung gengsi, Kalla pun memilih berpisah.

"Sebenarnya saya ingin sama SBY, tapi SBY memilih lain. Itu juga waktu itu malah minta clue agar Golkar kasih lima nama. Wah, itu berarti kan menghina saya kan, saya Wapres, saya ketua umum, akhirnya timbul harga, Golkar partai terbesar mesti ada calonnya dong," ungkap Jusuf  Kalla.

Dalam perjalanannya, Jusuf Kalla memang telah menyadari bahwa kemenangan tak akan berpihak kepada dirinya.

Oleh karena itu, jika Pilpres 2009 terjadi dua kali putaran, dirinya pun menyiapkan skema untuk mengalahkan SBY.

Skema itu berupa menjalin kerja sama dengan Megawati untuk bisa mengalahkan SBY di putaran kedua.

Namun, skema tersebut tak terealisasi karena keduanya sudah kadung kalah dengan SBY pada putaran pertama.

"Walaupun juga ada harapan tersendiri kalau tidak mencapai 50 persen, maka mesti kan siapa nomor dua. Kita dapat janjian dengan Ibu Mega, siapa pun kalah kita saling bantu (di putaran kedua)," tutur Jusuf Kalla.

Tak pernah meminta jadi Wapres

Dalam kesempatan itu, Jusuf Kalla jufa mengaku sama sekali tidak pernah menawarkan diri ketika dirinya berhasil menduduki jabatan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12. 

"Saya jadi Wakil Presiden dua kali tidak pernah meminta, saya tidak pernah menonjolkan diri, saya dua-duanya diminta," ujar Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla untuk kali pertama menduduki posisi Wakil Presiden dengan mendampingi Presiden ke-6 SBY pada periode 2004-2009.

Jabatan orang nomor dua di Indonesia kembali diembannya ketika mendampingi Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam Kabinet Kerja pada periode 2014-2019.

Saat bertarung dalam Pilpres 2004, Kalla mengaku tidak pernah menonjolkan diri agar bisa dipinang.

Sebaliknya, ia justru didatangi SBY.

Saat itu, SBY menghampirinya dengan maksud meminangnya sebagai pasangannya.

Hal serupa juga terjadi ketika dirinya memutuskan untuk terjun dalam Pilpres 2014.

Jusuf Kalla mengungkapkan, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri merupakan sosok di balik keputusannya untuk terjun di pesta demokrasi tahun tersebut.

Pasalnya, Mengawati yang meminta supaya Jokowi bisa berpasangan berpasangan dengan dirinya.

"Waktu Jokowi yang keras itu Bu Mega, dia minta ke saya. Dia tidak mau kalau bukan saya wakil. Jadi Bu Mega itu selalu hormat karena dua kali saya diangkat jadi Menko (menteri), jadi wakil presiden. Tapi saya tidak pernah meminta," ucap Jusuf Kalla.

"Saya cuma dikasih tahu," ujar dia.

Jusuf Kalla menambahkan, Megawati berargumentasi, bahwa Jokowi perlu didampingi sosok yang punya segudang pengalaman di pemerintahan.

Karena itu pula, Jusuf Kalla menjadi sosok yang ideal untuk berpasangan dengan Jokowi.

"Ya bahwa kalau saya bisa menang, saya punya pengalaman. Jadi kombinasi antara orang yang tidak punya pengalaman dan orang berpengalaman," kata Jusuf Kalla.(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Medium

    Large

    Larger

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved