Tribun Mamasa
Perjuangan Penjual Sayur di Mamasa Bertahan Hidup Selama Pandemi
Sudah hampir setahun lamanya pandemi Covid-19 menghantui kehidupan manusia.
TRIBUNMAMASA.COM, MAMASA - Sudah hampir setahun lamanya pandemi Covid-19 menghantui kehidupan manusia.
Covid-19 sejak mulai merebak di seluruh daerah di Indonesia, tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga nyaris melumpuhkan perekonomian masyarakat.
Itu yang dirasakan Sambo Lebok, warga Desa Rantepuang, Kecamatan Mamasa, yang setiap harinya berjualan sayur di kota Mamasa.
Sejak pandemi, Sambo Lebok mengaku sangat kesulitan berjualan sayur, berbeda dengan tahun sebelum ada wabah covid-19.
Itu karena omset penjualan sayurnya sangat menurun akibat dari pandemi covid-19.
Jika sebelum pandemi Sambo Lebok mampu menghasilkan Rp.500.000 setiap minggu, maka sejak pandemi, hasil penjualan sayurnya hanya berada di kisaran 300 ribu rupiah perminggu.
Karenanya di masa sulit ini, Sambo Mengaku kesulitan untuk biaya kuliah anaknya di Toraja, Sulawesi Selatan.
"Hasil penjualan sayur sekarang setelah pandemi hanya cukup untuk kebutuhan makan saja," kata Sambo Lebok, Senin (22/2/2021) siang tadi.
Belum lagi kata dia untuk berjualan sayur, dia harus menyewa tempat di depan emperan rumah warga, karena pasar yang dibangun pemerintah jauh dari pusat keramaian.
Bahakan di tempatnya kini, Sambo Lebok mengaku, sayur jualannya kerap busuk karena tidak laku.
Khusus 65 Desa, PUPR Mamasa Anggarkan Rp16 Milliar Penyediaan Air Minum dan Sanitasi |
![]() |
---|
Ogah Pindah ke Tempat Baru, Pedagang di Mamasa Pilih Berjualan di Pasar Darurat Beratapkan Terpal |
![]() |
---|
Ini Penyebab Gempa Mamasa, Ada Imbauan BMKG |
![]() |
---|
Polisi Minta Dishub Mamasa Benahi Rambu Lalu Lintas |
![]() |
---|
Layanan SIM Online di Mamasa Terkendala Jaringan Internet |
![]() |
---|