Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PILU Emak-emak Nangis Usai Gadai KTP dan KK Demi Uang Makan, HP Untuk Sekolah Daring Pun Melayang

Sungguh pilu potret kemiskinan warga Indonesia ini. Kisah pilu emak-emak nangis sesenggukan usai gadai KTP dan KK untuk uang makan sehari-hari.

Editor: Rasni
GridID
Sungguh Pilu Emak-emak Nangis Usai Gadai KTP dan KK Demi Uang Makan, HP Untuk Sekolah Daring Pun Melayang 

TRIBUN-TIMUR.COM - Sungguh pilu potret kemiskinan warga Indonesia ini. Kisah pilu Emak-emak nangis sesenggukan usai gadai KTP dan KK untuk uang makan sehari-hari.

Ternyata sebelumnya HP untuk sekolah daring anaknya pun sudah lebih dulu melayang. 

Usut punya usut, masalah dimulai saat Suaminya yang hanya sebagai kuli, mengalami kecelakaan.

Selengkapnya di sini: 

Santi Marisa wanita berusia 33 tahun ini menangis karena sulitnya kehidupan yang dijalaninya.

Dikutip dari kompas.com, dia dan keluarganya tak punya lagi harta berharga yang bisa dijual untuk mencukupi kehidupan keluarga.

Warga yang tinggal di Jalan Gresikan, Pacar Kembang, Kecamatan Tambaksari, Surabaya, ini memiliki dua anak belia.

Keduanya adalah NAA (5) dan CAA (8). NAA saat ini mengenyam pendidikan taman kanak-kanak (TK) dan CAA di jenjang sekolah dasar (SD).

Sementara suaminya, Ahmad Toha Muarif (35), seorang kuli bangunan yang memiliki penghasilan tidak menentu.

Kondisi keluarga Santi semakin buruk setelah sang suami mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu.

Dilansir dari Tribunnews.com, Santi dan keluarganya bahkan rela menggadaikan handphone (HP), KTP hingga KK hanya untuk bisa makan.

Bahkan, kini keluarga tersebut sudah tak punya apa-apa.

Tangis Ny Santi Marisa (33) pecah ruangan Fraksi PDIP DPRD Kota Surabaya, Senin (15/2/2021).

Baca Juga: Viral Moge Ducati Diavel Seharga Ratusan Juta Digunakan untuk Dagang Siomay, Sebut Cuma Jual 3 Piring dari Pagi Sampai Sore, Ternyata Ada Kisah Pilu di Baliknya

Ibu dua anak itu tak bisa menahan sedih atas kondisi yang menimpa dirinya bersama keluarga.

Dampak pandemi corona benar-benar menghimpit keluarga pekerja serabutan ini pada situasi sangat sulit.

Betapa tidak , untuk sekadar makan, keluarga Santi harus menggadaikan apa saja yang dia miliki.

"HP saya gadikan Rp 350.000. KK dan KTP juga," ucap Santi menahan tangis.

Santi harus melakukannya lantaran tidak ada lagi yang bisa buat makan sehari-hari.

Suaminya, Toha Mustofa, biasa bekerja serabutan jadi kuli proyek. Selama pandemi tidak adalagi pekerjaan.

Kehadiran Santi di ruang fraksi itu mengejutkan Achmad Hidayat, tenaga ahli Fraksi PDIP.

Achmad yang juga Wakil Sekertaris DPC PDIP Surabaya ini bisa merasakan kesedihan warga yang tiap hari tinggal di Jl Gresikan, Pacar Kembang, Kecamatan Tambaksari ini.

Baca Juga: Ketenaran dan Pesona Kemolekan Tubuhnya Sirna, Artis Film Dewasa Top Ini Kisahkan Masa Redup Kariernya hingga Kini Jadi Gelandangan yang Hidup di Gorong-gorong: Dulu Saya Sangat Seksi

Sambil menyertakan dua anaknya yang masih usia SD dan TK, Santi tidak henti-hentinya sesenggukan.

Dia mengaku sudah tidak punya apa-apa lagi. HP satu-satunya yang juga untuk media daring sekolah anaknya terpaksa digadaikan untuk makan.

Sudah ada beberapa bulan ini suami Santi tidak lagi bisa menafkahi dirinya bersama dua anaknya.

"Gurunya menanyakan kenapa Cantika (anak pertama) tidak mengerjakan tugas hingga sebulan lebih. Saya sedih dan malu. Soalnya HP saya gadaikan dan belum bisa kami tebus," ucap Santi lirih.

Anak pertamanya itu sekolah di SDN Kapasan V. Santi berniat meminjam HP tetangga tapi harus masuk grup sekolah.

Saat ini, Santi makin bingung karena untuk makan saja susah. Tak ada lagi jasa kuli bangunan untuk suaminya.

Hampir semua barang-barang di rumahnya habis digadaikan.

Tidak hanya HP, sejumlah pakaian sampai kartu keluarga (KK) pun sudah masuk pegadaian.

Anaknya yang masih duduk di kelas II SD pun ikut bingung. Sebab, sebentar lagi akan dilaksanakan ujian kenaikan kelas.

“Kalau sampai tidak naik kelas bagaimana. Saya tidak tega, kasihan," lanjut Santi.

Sementara adiknya Nesya Anindita, anak keduanya hendak masuk TK.

Santi mengaku sedih melihat teman-teman Nesya, adik Cantika, yang sudah persiapan masuk TK. Anak keduanya itu kadang bengong.

Keluarga Santi saat ini memang sudah tercatat sebagai masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Artinya berhak atas bantuan sosial tunai (BST).

Namun, bantuan langsung Rp 300 ribu per bulan yang sudah diterima selama ini habis hanya untuk makan.

Karena tidak tahu harus mengadu ke siapa, Santi memutuskan untuk menghubungi Baktiono, anggota Fraksi PDI Perjuangan yang juga Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya.

Baktiono adalah anggota dewan dari Dapil Tambaksari.

Baktiono yang masih reses mengarahkan Santi ke Fraksi PDIP di gedung dewan.

Achmad mengatakan akan ditampung dan ditindaklanjuti.

Pihaknya juga akan membantu mengomunikasikan masalah tersebut ke Pemerintah Kota agar mendapat intervensi kebijakan.

Untuk sementara, fraksi baru bisa membantu menebus HP yang telah digadaikan.

Sebab, itu penting untuk sarana anaknya sekolah virtual di masa pandemi Covid-19 ini.

"Ada baiknya perangkat kelurahan, Kasi Kesra atau Pak RT setempat lebih tanggap dan paham pemetaan warganya yang rentan permasalahan sosial," kata Achmad.

Baktiono juga mendesak agar sekolah juga lebih proaktif dan selalu mengecek kondisi siswa bersama keluarganya.

"Harus dimasukkan mitra warga atau intervensi bantuan sekolah kepada keluarga Santi ini," kata Baktiono. (*)

Tags
KTP
suami
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved