Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Makassar

Sebulan Pascagempa Bumi, 38.578 Warga Mamuju Masih Mengungsi

Sebulan pasca gempa bumi mengguncang Sulbar, tercatat 38.578 warga Mamuju masih mengungsi di enam kecamatan.

Penulis: Nurhadi | Editor: Sudirman
ist
Tenda pengungsian di halaman kantor Bupati Mamuju 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAMUJU -- Sebulan pasca gempa bumi mengguncang Sulbar, tercatat 38.578 warga Mamuju masih mengungsi di enam kecamatan.

Yakni Kecamatan Mamuju, Tappalang, Tappalang barat, Simboro, Papalang dan Kalukku.

Data dari Kodim 1418 Mamuju, menyebutkan, Kecamatan Simboro menjadi wilayah yang terbanyak warga masih mengungsi, terdapat di dua kelurahan dan lima desa dengan jumlah 15.967 jiwa.

Kemudian, kecamatan Tappalang 5.989 jiwa, Tappalang Barat 9.221 jiwa, Kalukku 1.934 jiwa, Mamuju 5.371 jiwa dan Kecamatan Papalang 96 jiwa.

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Metereologi, Klimtologi dan Geofisika (BMKG), Daryono dalam rilis yang diterima Tribun Timur menyebutkan, saat ini Sulbar memasuki kondisi tektonik segera stabil.

Hal itu berdasarkan data, bahwa telah terjadi 50 kali gempa sususlan dengan 12 kali aktivitas gempa yang dirasakan, sejak gempa magnitudo 6,2 lalu. 

"Kondisi ini dihasilkan dengan memahami bahwa gempa Majene dan Mamuju memiliki produktivitas gempa susulan yang sangat rendah dan didukung perhitungan estimasi peluruhan gempa yang terus meluruh. Selain itu gempa susulan di Sulbar tidak bersifat destruktif seperti yang pernah terjadi di Palu, Lombok dan Ambon,"jelas Daryono.

Menurutnya, bagi rumah yang aman, struktur dan tidak rusak, pemilik bisa pulang ke rumah kembali.

"Tetapi yang rumahnya rusak, memilih tetap di pengunsian. Tapi sekali lagi kami tak punya kewenangan untuk menyarankan pengungsi pulang ke rumah. Soal ini diserahkan sepenuhnya atau melalui izin BPPD,"ujar Daryono.   

BMKG juga telah melakukan survei respon tanah pada tanggal 16 Januari lalu. Selama sepekan tim BMKG melakukan survei di wilayah Mamuju dan Majene.

Survei tersebut menghasilkan klasifikasi atau zona tanah lunak, sedang dan keras.

"Khusus untuk tanah keras akan sangat aman sebab dapat menahan atau bahkan meredam getaran," kata Daryono.

"Kami siap memaparkan hasil survei, peta penjelasannya. Ini penting untuk perencanaan pembangunan dan penataan ruang. Tapi harus didahului oleh surat pemintaan Pemprov atau Pemkab ke BMKG" sambungnya.

Kepala Dinas Kominfo Prov Sulbar, Safaruddin mengatakan, meskipun Sulbar kini dalam kondisi tektonik segera stabil, namun masyarakat tetap diharapkan dalam kewaspadaan.

Bagi pengungsi yang rumahnya masih dapat dihuni dan memutuskan kembali ke rumah, diharapkan jangan lengah.

Kalau dianggap beresiko, aktivitas dan tidur untuk smentara sebaiknya dilakukan dibawah tenda yang didirikan di sekitar rumah masing masing.

"Alhamdulillah, pernyataan BMKG membuat kita sedikit bernafas lega. Tetapi ini bukan berarti kita tak perlu lagi siap siaga"katanya

Warga yang kembali kerumah, lanjut Safaruddin, akan dapat mencegah meluasnya penyebaran Covid 19.

Dengan beraktivitas di rumah, akan semakin memperkecil kontak dengan warga lain. Kerumunan yang sering terjadi di titik pengungsian dapat terhindari.

"Apalagi di pengungsian terkadang pengungsi tidak disiplin lagi dengan protokoler kesehatan. Sehingga di rumah tentu dinilai akan lebih aman dari penyebaran corona," kata Safaruddin, yang juga juru bicara Satgas Covid 19 Sulbar.(tribun-timur.com).

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved