Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Gempa Sulbar

Ruslan Selamat dari Gempa Sulbar, Beli Indomi 4 Ribu Sebungkus, Bensin 30 Ribu Seliter

Ruslan berinisiatif meminjam 2 unit sepeda motor di bengkel tempatnya bekerja untuk dipakai

Penulis: Darullah | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN TIMUR/DARULLAH
Ruslan (32), korban gempa Sulbar mengungsi di rumah keluarganya di Parepare. 

TRIBUNPAREPARE.COM, PAREPARE - Salah satu korban gempa Sulbar yang mengungsi di Kota Parepare, Ruslan (32), menceritakan kisahnya selamat dari reruntuhan bangunan rumahnya saat gempa magnitudo 6,2 mengguncang Majene dan Mamuju, Sulbar, Jumat (15/1/21).

Ruslan warga Jl Abdul Syakur, Pasar Baru, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

"Kami sekeluarga sudah terlelap, malam itu. Saat sadar ada goncangan, kami sempat pasrah. Apalagi suasana saat itu gelap karena mati lampu," kata Ruslan kepada Tribunparepare.com, Minggu (24/1/2021).

"Saat menyadari beberapa bagian rumah retak dan ambruk, saya  bersama keluarga langsung lari ke luar dan menuju kantor bupati. Sebab di sana tempatnya lebih tinggi, kami khawatir jika ada tsunami setelah gempa," ungkapnya.

"Kami bertahan sampai pagi di sana (kantor bupati),” tambah Ruslan.

Pagi hari, kata Ruslan, dia kembali ke rumahnya untuk melihat kondisi rumah sekaligus mengambil pakaian dan perbekalan.

"Selama 3 hari saya disana (kantor bupati). Kami hanya makan mie instant dan telur saja. Harga mie instan pun melonjak menjadi Rp 4 ribu per bungkus. Mau tidak mau kita harus dibeli untuk bertahan hidup," jelasnya.

"Tidak ada juga air bersih pada saat itu. Masak pakai air (sumur) bor yang diambil dari tempat pencucian motor, listrik padam, beli bensin harganya pun Rp 30 ribu per liter,” bebernya.

Karena persedian makanan menipis, membuat Ruslan berinisiatif meminjam 2 unit sepeda motor di bengkel tempatnya bekerja untuk dipakai mencari tempat yang lebih nyaman.

"Selama 3 hari itu kami tidak pernah tersentuh bantuan, berjuang sendiri. Untungnya istri punya keluarga di Parepare, hingga pada akhirnya kami pun memilih untuk ke Parepare dengan sisa uang Rp 250 ribu,” tuturnya.

Perjalanan ke Kota Parepare tak semulus yang dibayangkan. 

Beberapa kali Ruslan terhalang karena akses jalan.

"Pas sampai di Kabupaten Polman uang kami habis buat beli BBM. Harganya kan mahal Rp 30 ribu per liter. Di Majene kami masih dapat Rp 20 ribu per liter. Sebenarnya ada harga normal (di SPBU) namun antriannya 1 kilometer lebih. Karena kami buru-buru, ya beli bensin botolan saja," tandasnya.

"Karena istri telepon ke keluarga di Parepare, akhirnya kami dijemput di Kabupaten Polman,” tambahnya.

Meskipun kini sudah berada di Kota Parepare, namun trauma masih terus menghantui.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved