Inilah Kalender Bugis Makassar, 20 Januari 2021 M ini Bertepatan dengan 5 Nagai 351 B,Bacanya!

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tanggal 20 Januari 2021 bertepatan dengan Bilang Taung 5 Nagai 351 B. Hari Waji Toaramei, 5 Nagai, Tule 11 Pang Banawa, 351 Bilang. Inilah kalender Bugis Makassar.

Artinya, hari Rabu, tanggal 20 Januari 2021 M, bertepatan dengan Hari Waji Toaramei, tanggal 5 Nagai, hari ke-11 siklus Pang Banawa, tahun 351 Bilang.

Dengan kata lain, 5 Nagai 351 B bertepatan dengan 20 Januari 2021 M.

Cara pelafadzannya atau pembacaannya/penyebutannya adalah “tanggala limana Nagai esso makaseppulonaseddih Pang Banawa Taung 351 Bilang.

Bilang adalah sebutan untuk tahun dalam Bugis-Makassar.

Hari ini, tanggal 20 Januari 2021 Masehi juga bertepatan dengan 7 Jumadil Akhir 1442 Hijriyah.

Atau Tanggal 5 Nagai 351 B bertepatan dengan 7 Jumadil Akhir 1442 Hijriyah.

Jadi sesuai Bilang Taung, tanggal 20 Januari 2021 ini adalah hari ke-5 dalam bulan Nagai, dan hari ke-11 dalam siklus atau Pang Banawa.

Menurut penyusun Kalender Bilang Taung, Nor Sidin Ambo Uphex, setiap tanggal 16 dalam kalender masehi adalah tanggal 1 dalam penanggalan Bilang.

Tanggal 1 Nagai 351 Bilang jatuh pada Hari Sabtu, 16 Januari 2021.

Bilang Taung Bugis-Makassar diluncurkan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah pada Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-351 Sulsel, 9 Oktober 2020 M.

Tanggal 9 Oktober 2020 M bertepatan dengan 26 Posiyai Hari Ke-8 (Webbo) Pang Bisaka 351 B. Atau tanggala duappullona enneng Posiyai esso maka-aruwana Pang Bisaka taung 351 Bilang.

Nagai sendiri adalah bulan ke-9 dalam Taung Bilang. Bulan pertama di Taung Bilang disebut Sarawanai dan bulan ke-12 disebut

Adapun 12 bulan Bilang Taung adalah:

1.       Sarawanai

2.       Padawanai

3.       Sujiari

4.       Pacingkai

5.       Posiyai

6.       Mangasirai

7.       Mangasettiwi

8.       Mangalompai

9.       Nagai

10.   Palagunai

11.   Bisakai

12.   Jettai

Menurut Nor Sidin Ambo Uphex sesuai dalam lontara Bilang Taung, 1 Sarawanai bertepatan dengan 16 Mei. “Jadi tahun baru Bilang Taung itu bertepatan dengan 16 Mei,” ujar Nor Sidin Ambo Uhex.

Didiskusikan di Studio Tribun Timur

Pertama kalinya  dalam sejarah Indonesia merdeka selama 75 tahun Sulsel mempunyai kalender. Kalender ini menjadi kado ulang tahun ke-351 tahun Sulawesi Selatan. 

Kalender ini terinspirasi dari Buku Bilang Taung karya Nor Sidin Ambo Uphex.

Buku tersebut berisikan tulisan tentang sistem penanggalan masyarakat Sulawesi Selatan berdasarkan naskah lontara.

Buku Bilang Taung tersebut diserahkan Gubernur Nurdin Abdullah dan Pj Wali Kota Makassar Prof Rudy Djamaluddin di Hotel Claro, Makassar, Selasa (20/10/2020).

Kalender Bilang Taung tersebut kemudian diluncurkan dirangkaikan bedah buku Bilang Taung' pada Sabtu, 31 Oktober 2020, melalui webinar yang disiarkan langsung di YouTube Tribun Timur dan Facebook Tribun Timur Berita Online Makassar. Ambo Uphe hadir langsung di Studio Tribun Timur, Jl Cendrawasih 430 Makassar  dalam peluncuran tersebut.

Hadir sebagai narasumber, Dr Muhlis Hadrawi MHum (Akademisi Unhas), Dr Nuraidar Agus MHum (Balai Bahasa Sulsel), M Sapri Pamulu PhD (Pemerhati Budaya Sulsel) dan Ambo Uphex (Penulis Buku Bilang Taung).

Dalam Webinar yang dipandu oleh Andi Rachmat Munawar itu, Nor Sidin Ambo Uphex mengatakan, dalam buku itu ada sistem perhitungan 12 bulan masyarakat Bugis-Makassar sebelum masuknya Islam dan sebelum masuknya Bangsa Eropa.

"Pertama kali adalah saya temukan bukan di naskah lontara tetapi di beberapa catatan peneliti Eropa seperti Thomas Stamford Reffels (1824), Matthes (1874), John Crawfurd juga, namun pada saat itu saya tidak menemukan naskah lontara," katanya.

Ketiga peneliti itu bisa menemukan 12 bulan sistem penanggalan Bugis tanpa adanya naskah lontara.

"Alhamdulillah di beberapa tahun belakangan ini, saya menemukan salah satu naskah yang menuliskan 12 bulan dalam sistem kalender Bugis Makassar yang tersimpan di salah satu museum di Jerman," jelas Nor Sidin Ambo Uphex.

"Alhamdulillah saya mencoba untuk menulis dan rampung, didukung oleh 3 tomatoa malebbita yang hadir juga di webinar ini. Selain untuk penguatan, naskah penanggalang ini masih digunakan setelah Islam masuk dan bangsa Eropa masuk ternyata masih digunakan," jelas Nor Sidin Ambo Uphex menambahkan.(*)