Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Klakson

Tanpa Gejala

Kehidupan ini dimulai dengan gejala. Kita tak pantas ingkari itu. Namun kini, kita sedang hidup di dunia serba tak bergejala. Kita nyaris tak punya

Editor: Edi Sumardi
DOK TRIBUN TIMUR
Abdul Karim, Anggota Majelis Demokrasi dan Humaniora (MDH) Sulsel 

Abdul Karim

Anggota Majelis Demokrasi dan Humaniora (MDH) Sulsel

KEHIDUPAN ini dimulai dengan gejala.

Kita tak pantas ingkari itu.

Namun kini, kita sedang hidup di dunia serba tak bergejala.

Kita nyaris tak punya pegangan.

Bahkan, kita nyaris tanpa harapan.

Sebab gejala adalah sebuah harapan.

Gejala adalah sebuah opitimisme.

Dan karena itu, gejala adalah sebuah petunjuk, sebuah tanda.

Karena itulah, dalam siklus peradaban manusia, gejala mesti selalu ada.

Bagaimana mungkin kehidupan ini ada tanpa tanda.

Kehidupan ini dimulai dengan gejala.

Dalam kitab suci, diterangkan bagaimana Adam dan Hawa diciptakan sebagai tanda peradaban manusia.

Sebelum Adam, Tuhan menciptakan pepohonan sebagai tanda akan ada kehidupan duniawi kelak.

Hingga hari ini, kehidupan itu nyata adanya.

Di sini, tanda adalah jalan menuju nyata.

Dengan kata lain, gejala adalah petunjuk menuju kenyataan.

Tetapi kini, kita sedang meniup udara di dunia tanpa gejala, Tanpa kenyataan.

Katakanlah misalnya demokrasi.

Demokrasi memang terus diperdengarkan--mungkin juga diperdagangkan, apalagi saat Pilkada atau Pemilu digelar.

Sayangnya, kita tak menemukan gejalanya--bahwa demokrasi dipraktekkan dalam dunia hari-hari kita.

Ke hal-hal spesifik lagi, katakanlah politik perwakilan legislator kita disegala level misalnya.

Setahun lebih sudah mereka duduk di kursi terhormat itu, kita tak paham apa andil nyata mereka bagi perikehidupan ini.

Reses memang mempertemukan mereka dengan pemilihnya, namun tindak lanjut reses dapat dibicarakan namun kadang sulit dijelaskan.

Dengan kata lain, politik perwakilan kita tak bergejala efektivitasnya.

Dalam hal keberagamaan, kita seringkali merasa benar alias tak pernah samar dalam peribadatan.

Seakan diri inilah yang paling benar dalam beribadah.

Yang lain dinyatakan salah atau keliru.

Tak ada gejala bila kaum seperti ini tak taat ibadah.

Tetapi pada hakikatnya kita patut bertanya; beragamakah ia, lalu ber-Tuhankah ia?

Kita khawatir jangan sampai kita beragama, namun tak bertuhan.

Taat beragama, namun tak patuh ber-Tuhan.

Kita khawatir bila tanpa gejala menghampiri aspek-aspek penting dalam hidup ini--termasuk peribadatan tadi.

Dan yang paling mengkawatirkan sebab korupsi pun dioperasikan tanpa gejala.

Bagaimana mungkin?

Mungkin saja, sebab sejumlah pejabat publik tiba-tiba diringkus petugas KPK lantaran korupsi.

Padahal, tak ada gejala yang terlihat oleh mata awam.

Gerak-geriknya sama sekali tak mencurigakan bila ia seorang koruptor.

Apalagi ia rajin ke masjid, sudah haji pula.

Namun, perilaku korupnya sungguh nyata adanya.

Begitulah gejala dengan segala tanpanya.(*)

Tulisan ini telah diterbitkan di harian Tribun Timur edisi, Rabu, 13 Januari 2021.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved