Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sriwijaya Air Jatuh

Penyelam Andal Makassar Ini Turut Cari Sriwijaya Air SJ182, Bersama Diver POSSI Saat Lion Air JT 610

Makmur Ajie dan Budi Cahyono turut melakukan penyelaman untuk membantu pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ-182, yang jatuh Sabtu (9/1/2021) lalu.

Editor: Arif Fuddin Usman
Tribunnews.com
Makmur Ajie (kanan) dan Budi Cahyono (kiri) turut melakukan penyelaman untuk membantu pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ-182, yang jatuh Sabtu (9/1/2021) lalu. 

Setiap Minggu Main di Laut

Budi Cahyono (49), jadi satu di antara puluhan penyelam yang ikut serta dalam pencarian kotak hitam, korban, dan badan pesawat Sriwijaya Air SJ-182, yang hilang kontak sejak Sabtu (9/1) lalu.

Budi Cahyono tengah berada di tenda yang didirikan di area dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, saat ditemui Selasa (12/1) kemarin.

Budi merupakan Koordinator Lapangan Relawan Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI).

Dari POSSI, ucap Budi, terdapat 17 penyelam yang ikut berperan dalam pencarian.

Bahkan POSSI menyediakan kapal sendiri. Sebagian penyelam sudah ada yang di perairan, diduga lokasi pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh.

Sementara sebagian lainnya akan menyelam Rabu (13/1) pagi.

"Kita mulai operasional besok jam 06.00 pagi dengan enam penyelam menuju lokasi. Karena kapalnya speedboat, tidak besar.

"Jadi kapasitas kan' ada tabung segala jadi kita enam penyelam dan support-nya dua," ujar Budi di JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Budi bercerita awal mula mendengar adanya berita pesawat hilang kontak, langsung tergerak untuk memberikan bantuan.

Ia pun membentuk tim bersama dengan penyelam lain dari POSSI. Rencananya, ia bersama penyelam lain akan bertahan selama 7 hari.

Namun, menurut Budi, hal itu tergantung dari arahan Basarnas. Sebelum melakukan pencarian, para penyelam sudah dilengkapi dengan beberapa peralatan, misal alat untuk mengangkut tubuh, tas jaring, dan tali.

"Tekniknya pun sudah kita bahas. Jadi tidak mengangkut barang dengan badannya dia jadi harus dengan balon. Jadi ada teknik khusus supaya tidak terjadi hal yang membahayakan," imbuh Budi.

Setiap harinya, para penyelam melakukan evaluasi. Berdasarkan laporan para penyelam, ucap Budi, ada beberapa kendala saat melakukan pencarian. Termasuk yang mempengaruhi jarak pandang di bawah laut.

"Kabut saja. Itu setiap mengambil barang lumpurnya (banyak). Jadi di bawah itu bukan karang, lumpur.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved