Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Edukasi

Siapa Sultan Hasanuddin? Dijuluki Ayam Jantan dari Timur

Salah satu nama pahlawan yang paling dikenal asal Sulawesi Selatan ialah Sultan Hasanuddin.

Editor: Sudirman
TRIBUN TIMUR/ MUH ABDIWAN
Guest relation Office berfoto di depan ornamen patung Sultan Hasanuddin yang menjadi hiasan hotel dalam rangka menyambut 17 Agustus di Hotel Clarion, Makassar, Jumat (5/8/2016). 

TRIBUN-TIMUR.COM - Salah satu nama pahlawan yang paling dikenal asal Sulawesi Selatan ialah Sultan Hasanuddin.

Apalagi saat itu, Kerajaan Gowa berjaya dibawa kepemimpinan Sultan Hasanuddin.

Saat Sultan Hasanuddin memimpin Kerajaan Gowa ia sempat membuka kerjasama dengan banyak negara termasuk Belanda sebagai produsen rempah-rempah.

Namun hal tersebut ternyata tidak disukai Belanda (VOC), karena Sultam Hasanuddin menolak permintaan VOC untuk memonopoli Makassar.

Hingga akhirnya terjadi peperangan antara Sultan Hasanuddin dengan VOC.

Raja Gowa ke-16

Dalam buku Biografi Pahlwanan Kusuma Bangsa (2011) karya Ria Listiana, Sultan Hasanuddin lahir di Ujung Panjang, Sulawesi pada tahun 1631.

Memiliki nama asli I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe.

Sultan Hasanuddin adalah putra kedua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15.

Setelah memeluk agama Islam, beliau mendapat gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana dan lebih dikenal dengan nama Sultan Hasanuddin.

Perjuangan Sultan Hasanuddin

Setelah Sultan Hasanuddin naik tahta, dirinya menggabungkan beberapa kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk bersama-sama melawan Belanda.

Pada tahun 1660, Sultan Hasanuddin mulai memerangi penjajah Belanda. Namun di sisi lain, kerajaan taklukan dari Kerajaan Gowa ternyata membantu Belanda, yaitu Kerajaan Bone.

Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, Belanda berusaha menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil salah satunya Gowa.

Pertempuran terus berlangsung, bahkan Belanda menambah pasukan untuk mendesak Gowa agar menyerah.

Dugaan Belanda tepat, Gowa mulai melemah dan bersedia mengadakan perjanjian damai, Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.

Meski sudah melakukan perjanjian, Sultan Hasanuddin kembali melakukan perlawanan karena merasa dirugikan.

Akhirnya pihak Belanda meminta bantuan tentara dari Batavia.

Karena mendapat bantuan tentara, pasukan Belanda berhasil menerobos benteng terkuat di Gowa, yaitu Benteng Somba Opu pada 12 Juni 1669.

Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan tetap menolak bekerja sama dengan Belanda.

Ayam Jantan dari Timur

Selama perlawanannya dengan Belanda, Sultan Hasanuddin dijuluki De Haantjes van Het Oosten yang artinya Ayam Jantan dari Benua Timur.

Amir Hendarsah dalam bukunya Kisah Heroik Pahlawanan Nasional (2009), menjelaskan julukan tersebut diberikan karena kegigihan dan keberanian Sultan Hasanuddin memimpin perjuangan menentang VOC.

Meski VOC terus menambah pasukannya untuk melemahkan Gowa, Sultan Hasanuddin tak pernah kehabisan semangat untuk terus melawan.

Sultan Hasanuddin meninggal dan dimakamkan pada tanggal 12 Juni 1670 di Katangka, Makassar.

Diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biografi Sultan Hasanuddin, si Ayam Jantan dari Timur

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved