Pemuda Bittuang Tewas Gantung Diri
Kasus Bunuh Diri Marak di Toraja, Begini Solusi dari Psikolog
Kasus Bunuh Diri Marak di Kabupaten Toraja, Sulawesi Selatan Begini Solusi dari Psikolog
Penulis: Tommy Paseru | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUNTORAJA.COM, MAKALE - Kasus bunuh diri di Kabupaten Toraja, Sulawesi Selatan marak terjadi.
Di tahun 2020 terjadi 30 kejadian bunuh diri. Tana Toraja 14 kasus dan Toraja Utara 16 kasus.
Sementara di awal tahun ini kembali terjadi dua kasus bunuh diri. Korbannya wanita berumur 20 tahun dan seorang laki-laki 20 tahun.
Kasus-kasus yang terjadi pun sontak menjadi perbincangan masyarakat Toraja.
Hal ini juga mendapat respon dari Andi Tajuddin yang merupakan mantan wakil rektor III dan dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar.
Andi Tajuddin menyatakan keprihatinannya mengenai kasus bunuh diri di Toraja.
Menurutnya kasus yang terjadi bukanlah hal yang lumrah dan tentunya harus diperhatikan dengan baik.
"Kasus yang terjadi di Toraja sudah menjadi kejadian luar biasa dan semua pihak harus tanggap masalah ini," katanya.
Ia menjelaskan, respon seseorang terhadap persoalan yang dialami dalam hidupnya sangat tergantung pada kekuatan mentalnya untuk menghadapi berbagai masalahnya.
Jika yang bersangkutan memiliki mental yang kuat dan sehat serta memiliki adaptasi psikologi yang baik, tidak masalah.
Tetapi yang memiliki keterbatasan kemampuan dalam menghadapi atau menyesuaikan diri terhadap berbagai persoalannya, ini yang rentan dan berpotensi menimbulkan berbagai gangguan psikologis.
"Apalagi di era pandemi Covid-19 yang tak kunjung surut ini merupakan salah satu faktor memicu munculnya berbagai gangguan mental seseorang," ujarnya.
Dikatakan, peristiwa bunuh diri yang sering terjadi merupakan kenyataan sosial.
Pemicunya boleh jadi karena depresi, perilaku bullying, khawatir yang berlebihan, atau merasa hidupnya sudah tidak berarti apa-apa.
Sehingga berupaya mengakhiri hidupnya dengan cara-cara yang tidak wajar atau disengaja.
"Hubungan asmara dan keluarga yang tidak sehat sering menjadi pemicu munculnya hambatan psikologis seseorang untuk melakukan adaptasi mental," tuturnya.
"Jika hal ini berlarut-larut, tidak kunjung selesai dan menjadi akut bisa berpotensi mengarahkan yang bersangkutan mengakhiri hidup dengan cara yang tidak wajar," jelasnya.
Dikatakan, ada beberapa hal yang minimal sebagai langkah untuk menghindari munculnya niat seseorang bunuh diri.
Seperti membangun komunikasi yang baik dalam lingkungan keluarga dan sekitarnya.
Mendorong individu yang mengalami masalah secara terbuka dan suka rela mengutarakan setiap masalahnya, dan bagi keluarga lainnya hindari perilaku menghakimi, kemudian perlihatkan perilaku empati.
Tanggap dan solutif terhadap masalah yang dialami anggota keluarga.
Secara khusus dibutuhkan penanganan secara serius dengan pemberian edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental.
"Pentingnya sosialisasi promosi kesehatan jiwa atau mental kepada masyarakat di Toraja Utara dan Tana Toraja menurut saya sangat perlu untuk dilaksanakan atau ditingkatkan serta dimaksimalkan," tuturnya.
Andi Tajuddin juga mengatakan jika tidak ada halangan Fakultas Psikologi UIT akan melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) bersama dosen, mahasiswa dan alumni asal Toraja.
"Kalau memungkinkan, sebagai bentuk turut peduli kesehatan mental terhadap masyarakat di Toraja, kita rencana memberikan edukasi mental terutama di daerah yang berpotensi mengalami masalah psikologi" pungkasnya.(*)
Laporan Kontributor Tribuntoraja.com, @b_u_u_r_y