Drone Mata mata
Dosen HI Unhas Duga China Mata-matai Selat Makassar karena Pintu Gerbang 2 Samudera
Nelayan Kabupaten Selayar temukan drone mata mata diduga milik China di dekat Selat Makassar. Reaksi dosen Unhas Ashry Sallatu SIP MSi.
Penulis: Muh Hasim Arfah | Editor: Muh Hasim Arfah
Nelayan Kabupaten Selayar temukan drone mata mata diduga milik China di dekat Selat Makassar. Dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Hasanuddin anggap Ashry Sallatu SIP MSi sampaik Stategisnya selat Makassar.
TRIBUN-TIMUR.COM- Nelayan Kabupaten Selayar menemukan drone di dekat kepulauan Selayar.
Drone bawah air ini dilengkapi dengan kamera ditemukan beberapa hari yang lalu.
Drone yang berbentuk seperti rudal yang diduga milik China tersebut telah diamankan di Pangkalan Angkatan Laut di Makassar.
Belum ada penjelasan resmi pemerintah soal Drone mata-mata ini.
Ada juga dugaan ini Drone China di Selayar lakukan operasi.
Wilayah Selayar berada di dekat perairan Laut Makassar dan Laut Flores.
Apakah ada hal istimewa yang terkandung di bawah laut Makassar dan Flores?
Hal itu menjadi misteri saat ini.
Dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Hasanuddin Makassar, Ashry Sallatu SIP MSi mengatakan posisi Selat Makassar sangat penting di mata dunia.
Selat Makassar adalah gerbang samudera yang menghubungkan samudera pasifik dengan samudera hindia.
“Selat Makassar adalah pintu gerbang dua samudera.
Jadi posisi Selat Makassar sangat penting terutama untuk jalur pelayaran perdagangan antara samudera hindia sama samudera pasifik.
Signifikan besar nilai perdagangan dijalur itu,” katanya.
Selain itu, dari sisi perdagangan china.
China mempunyai masalah perdagangan dengan Australia.
Australia berada di sebelah selatan Indonesia.
Selat Makassar berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2002, tentang Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), masuk dalam ALKI II.
Dikutip dari http://www.politik.lipi.go.id/ ALKI II memiliki nilai strategis.
ALKI II yang mencakup Selat Lombok, Selat Makassar, dan Laut Sulawesi menjadi penting dalam posisinya sebagai jalur pendukung utama dari Selat Malaka yang sudah amat padat.
Rahardjo Adisasmita, yang dikenal dengan konsep ”Kawasan Pembangunan SEMEJA”-nya, mengemukakan bahwa di masa depan Selat Lombok-Selat Makassar memegang peran kunci sebagai jalur pelayaran dunia, di mana jika garis jalur pelayaran vertikal dan garis jalur pelayaran horizontal ditarik pada bola dunia akan beririsan pada titik yang berada tepat di Selat Makassar.
“Kawasan Pembangunan SEMEJA” adalah konsep yang khas dan diformulasikan untuk kawasan kepulauan.
Konsep pengembangan SEMEJA ini dapat berbentuk selat, teluk, dan laut yang berfungsi untuk memfasilitasi berkembangnya kegiatan perdagangan dan transportasi antar daerah yang berada di sekelilingnya dengan berdasar pada prinsip saling membutuhkan, saling melengkapi, dan saling menguntungkan, di mana kota yang lebih kuat, besar, dan maju wajib mendorong dan menarik kota yang lebih “kecil” (Rahardjo Adisasmita, 2008).
Adisasmita juga menyatakan bahwa Selat Makassar–Selat Lombok yang memotong Laut Jawa–Banda–Arafura menjadi penghubung dari Utara (Filipina) ke arah Selatan (Samudera Hindia) adalah sebagai alur utama transportasi laut internasional (international sea transportation highway).
Pada dasarnya, negara-negara di dunia sebagai pengguna jalur pelayaran dapat memilih jalur yang paling aman dan ekonomis dengan mematuhi ketentuan dalam UNCLOS 1982.
Sebaliknya, negara yang dilalui seperti Indonesia, harus menjamin keamanan dan keselamatan alur laut tersebut di samping memanfaatkan peluang ekonomi dan meminimalkan kendala dari pilihan jalur tersebut (Hasim Djalal, 1995).
Untuk itu, ALKI II sebagai jalur pelayaran dunia yang potensial di masa mendatang perlu mendapat perhatian terkait hal ini.

Dikutip dari kontan.co.id, Hubungan Australia dengan mitra dagang utamanya, China, memburuk pada 2018.
Pada waktu itu, Australia menjadi negara pertama yang secara terbuka melarang Huawei China dari jaringan 5G di negaranya.
Hubungan semakin memburuk setelah Canberra menyerukan penyelidikan tentang asal-usul virus corona.
Reuters memberitakan, pembalasan diplomatik terus menyusul secara bergantian, termasuk penggerebekan di rumah jurnalis Tiongkok di Australia, evakuasi beberapa jurnalis Australia dari Tiongkok, dan serangkaian tindakan kebijakan perdagangan yang diberlakukan oleh Tiongkok terhadap ekspor Australia.
Padahal, China sejauh ini merupakan pasar ekspor keseluruhan teratas Australia.
Berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF), nilai pasar ekspor kedua negara senilai US$ 104 miliar pada 2019.
Sehingga, pemutusan hubungan perdagangan yang berlangsung lama dapat merusak ekonomi Australia.
Pengiriman daging sapi, barley, dan batu bara Australia senilai miliaran dolar merupakan yang paling terpengaruh oleh langkah yang diambil China baru-baru ini.
Apalagi, China dapat dengan mudah menemukan pasokan alternatif.
Bijih besi - ekspor utama Australia dan bahan penting untuk sektor baja besar China - sejauh ini telah terhindar dari aksi perang dagang.
Pun demikian halnya dengan LNG Australia.
Selain itu, mantan Ketua Masika ICMI Orwil Sulsel menyampaikan ada hasil riset juga menyebutkan bahwa iklim dunia ditentukan oleh kondisi laut di Selat Makassar.(*)