VIDEO: Curhat Ayah yang Bayinya Meninggal di RSUD Bantaeng karena Lambat Ditangani
Warga Kampung Pa'lingang, Kecamatan Pajukukang, Roa (37) kini hanya bisa pasrah dan memendam sakit hati yang mendalam atas pelayanan RSUD Bantaeng.
Penulis: Achmad Nasution | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUNBANTAENG.COM, BANTAENG - Warga Kampung Pa'lingang, Kecamatan Pajukukang, Roa (37) kini hanya bisa pasrah dan memendam sakit hati yang mendalam atas pelayanan RSUD Bantaeng.
Pasalnya, istrinya Irmawaty (29) ketika mendatangi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Anwar Makkatutu Bantaeng, pada Sabtu (26/12/2020) untuk melahirkan merasa tak mendapatkan pelayanan yang baik.
Istrinya yang seharusnya menjalani proses operasi untuk melahirkan lambat dilakukan penanganan.
Tindakan operasi baru dilakukan pada hari ketiga di RSUD Bantaeng.
Alhasil, bayi perempuan yang dia sangat harapkan meninggal dalam kandungan.
Bayi itu meninggal akibat terjadi gawat janin karena proses persalinan yang lambat.
"Malam ketiga baru dioperasi, meninggalmi bayinya," kata Roa kepada TribunBantaeng.com, Rabu (30/12/2020).
Kata dia, bayi perempuan itu sangat dia harapkan untuk menggantikan anak perempuan pertamanya yang telah meninggal dunia.
"Ini bayi penggantinya anak perempuanku yang sebelumnya telah meninggal, ternyata bayi perempuan meninggal juga. Jadi perasaanku hancur," tuturnya.
Roa bersama keluarganya ternyata hidup serba kekurangan dan dengan kondisi kehidupannya itu, dia juga harus menanggung kesedihan mendalam dengan meninggalnya bayi perempuannya akibat istrinya lambat ditangani saat melahirkan.
Sehari-hari, Roa hanya bekerja sebagai nelayan yang berpenghasilan sangat rendah. Maksimal pendapatannya per bulan hanya Rp 500 ribu.
"Pekerjaanku sebagai Nelayan, penghasilan paling banyak Rp 500 ribu satu bulan," jelasnya.
Dengan pendapatan Rp 500 ribu dia harus menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak laki-lakinya yang hanya tinggal seorang.
Istrinya juga tidak mempunyai pekerjaan lain. Dia hanya membantu Roa menjual ikan hasil tangkapan.
Sehingga, tak ada penghasilan lain yang bisa menambah biaya sehari-hari dan sekolah anaknya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Bantaeng, dr Hikmawaty mengatakan dalam penanganan pasien yang ingin melahirkan terdapat kendala.
Sebab, ruang operasi tertutup karena sejumlah Nakes termasuk dokter ahli kandungan terkonfirmasi positif covid-19.
"Sudah disampaikan ke publik bahwa OK kami itu tutup selama 10 hari karena beberapa tenaga kami terkonfirmasi dan selama di RS tetapi kami tetap koordinasikan dengan bidan yang menangani dan dokter yang menjalani isolasi mandiri," tuturnya.
Dia juga membantah tuduhan bahwa lambat dalam penanganan.
"Bukan tidak direspon tetapi karena dokter kami melakukan isolasi mandiri. Jadi tidak benar kalau kami lambat ditangani," jelasnya.
Menurutnya, selama di RSUD Bantaeng tetap dalam pantauan observasi dengan harapan dapat melahirkan secara normal.
Namun dalam perjalanannya ternyata kemajuan persalinan tak ada dan diputuskan untuk operasi. Tetapi hasilnya, bayi meninggal dunia.
Seperti apa lengkapnya?
Simak videonya:(*)