Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Pinrang

Ambisi Montir Asal Pinrang Haerul Tak Berhenti di Pesawat Ultralight, Segera Buat Helikopter

Montir asal Pinrang, Haerul terinspirasi buat pesawat dari YouTube dan BJ Habibie. Uji coba perdana Bulan Mei 2021.

Editor: Muh Hasim Arfah
DOK TRIBUN TIMUR
Haerul, montir perakit pesawat ultralight asal Kabupaten Pinrang, Sulsel. 

Ternyata Montir asal Pinrang Haerul terinspirasi buat pesawat dari YouTube dan BJ Habibie. Uji coba perdana Bulan Mei 2021. 

TRIBUN-TIMUR.COM- SIAPA sangka Montir asal Pinrang Haerul belajar membuat dan menerbangkan pesawat dari akun YouTube.

Artinya, siapapun bisa mengakses akun berbagai video di bawah naungan perusahaan multinasional, Alphabet Inc. ini.

YouTube dibuat oleh tiga pemuda asal Amerika Serikat.

Mereka mantan karyawan PayPal pada Februari 2005.

Situs web ini memungkinkan pengguna mengunggah, menonton, dan berbagi video.

 Perusahaan ini berkantor pusat di San Bruno, California, dan memakai teknologi Adobe Flash Video dan HTML5 untuk menampilkan berbagai macam konten video buatan pengguna/kreator, termasuk klip film, klip TV, dan video musik.

Selain itu, konten amatir seperti blog video, video orisinal pendek, dan video pendidikan juga ada dalam situs ini.

 Pada November 2006, YouTube, LLC dibeli oleh Google dengan nilai US$1,65 miliar dan resmi beroperasi sebagai anak perusahaan Google.

Selanjutnya, google bertrasformasi nama menjadi Alphabet Inc..

Selain itu, ia juga terinspirasi dari sosok Presiden ke-3 RI, BJ Habibie yang mahir membuat pesawat.

Kesuksesan karya-karya BJ Habibie di dunia kedirgantaraan, membuat Haerul pantang menyerah mewujudkan impiannya naik pesawat, dengan menciptakan pesawat hasil rakitan sendiri.

"Inspirasi saya BJ Habibie. Apalagi kami sama-sama dari Sulsel, tetangga."

"Dari kecil saya memang ingin buat pesawat," ucapnya di Kantor KSP, Jakarta, Senin (20/1/2020).

Ketika masih menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi, Habibie menjadi pemimpin proyek pembuatan Pesawat N-250 Gatot Kaca.

Tim Pendampingan Pesawat Haerul oleh Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin serahkan pesawat ultralight secara resmi ke Haerul di Kelurahan Pallameang, Kecamatan Mattiro Sompe,  Kabupaten Pinrang,  Minggu,  (27/12/2020).

Pesawat ultralight Haerul sisa menunggu dua komponen untuk siap terbang. Yakni mesin dan sistem kontrol kokpit

"Butuh waktu 1 sampai 2 bulan untuk mendatangkan engine (mesin)," ujar Ketua Tim Pendampingan Pesawat Haerul,  Prof Nasaruddin Salam. 

Ia membeberkan, pesawat ultralight akan diterbangkan pilot profesional. 

"Iya,  kami melakukan koordinasi berbagai pihak, " tambahnya. 

Guru besar Universitas Hasanuddin ini memperkirakan pesawat ultralight Haerul sudah bisa uji coba bulan 5 tahun depan.

Menurut salah satu anggota Federasi Aero Sport Indonesia (FASI)  Sulawesi Selatan,  Amran Salam,  sertifikasi engine dan komponen pesawat semua ada ketentuannya.

Di Indonesia sendiri di bawah kewenangan Dirjen Perhubungan Udara.

"Untuk melakukan uji coba, kita bisa lakukan," ujarnya. 

Ia pun optimis pesawat ultralight Haerul bisa terbang. 

"Namanya usaha, kita harus optimis," tambahnya. 

Menurutnya,  status pesawat Haerul ini status pesawat yang dikembangkan.

Di setiap ada kekurangan, pasti dilakukan pembenahan.

"Tujuan dari pesawat Haerul ini, bagaimana mendesain pesawat yang desainnnya disesuaikan dengan standar yang sudah berlaku secara umum.

Baik standar internasional maupun nasional," ujarnya.

Posisi pesawat masih dalam posisi display.

Belum dikategorikan standar pesawat.

"Ini masih dalam bentuk model.

Tetapi, kalau sudah mulai disempurnakan, baik dengan kontrol, mesin dan kelengkapan lainnya.

Nantinya itu akan menuju ke pesawat yang sesungguhnya," katanya. 

Haerul sendiri berharap pesawat ultralight ini bisa berhasil saat uji coba nanti. 

"Mudahan-mudahan bisa.

Sesudah ini, kalau pesawat berhasil terbang, saya akan buat helikopter untuk pertanian yang menggunakan remote kontrol," harapnya.

Sebelumnya,  Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin memutuskan memberikan pendampingan Haerul di bulan Agustus.

Kemudian berkoordinasi dengan Haerul. Pesawat ultralight Haerul mulai dikerjakan bulan September. 

Bulan Desember sudah diserahkan ke Haerul. 

Butuh waktu 4 bulan dalam pengerjaan pesawat ultralight ini. 

"Ini pertama kalinya kami membuat pesawat. Tetapi, teorinya sudah lama," pungkas Prof Nasaruddin Salam. (nining angreani)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved