TRIBUN TIMUR WIKI
Kasus Positif Covid-19 Masih Bertambah, IDI Makassar Tegaskan STOP Kerumunan
"Dari jajaran atas sampai bawah, kita meminta stop lakukan kegiatan yang berjumlah banyak orang dalam ruangan. Ini sumber dari penularan," tuturnya.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Waode Nurmin
TRIBUNTIMURWIKI. COM- Angka kasus Positif Covid-19 terus bertambah setiap harinya.
Khususnya di Kota Makassar. Bahkan sebanyak enam dokter dinyatakan meninggal dunia karena terpapar covid-19.
Angka tersebut menambah jumlah dokter yang meninggal karena virus corona yang muncul di Indonesia sejak 2 Maret 2020.
Atas hal tersebut, menjadi kabar duka yang mendalam bukan hanya untuk kalangan medis namun seluruh masyarakat Indonesia.
Baca juga: Mulai Besok 18 Desember 2020, Rapid Test Antigen Jadi Syarat Wajib Perjalanan Jauh, Harganya
Hal itu disampaikan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar dr Siswanto Wahab SpKK saat dikonfirmasi via WhatsApp, Kamis (17/12/2020).
"Terjadi peningkatan (kasus covid-19), ini tentunya kita berduka harapan kita semua bahwa menjadi pelajaran untuk kita semua terus berhati-hati dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat," jelasnya.
Terlebih bagi mereka yang bekerja di Rumah Sakit Rujukan Covid-19.
Sehingga, sambungnya, hal ini harus menjadi perhatian seluruh masyarakat pasalnya dengan penularan yang begitu cepat siapapun bisa terinfeksi.
"Reproduction rate nya saja dari riset itu cukup tinggi, bahkan saat ini di Sulawesi Selatan untuk tingkat kematian 125 kali terjadi peningkatan. Angka ini juga tinggi," tuturnya.
dr Siswanto Wahab SpKK mewakili IDI Makassar mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk terus mematuhi protokol kesehatan dengan menerapkan 3M, mencuci tangan di air yang mengalir, menjaga jarak saat berada di tempat umum, dan menggunakan masker.
"Yang paling tegas ingin kami sampaikan bahwa hindari keramain," jelasnya.
Ia pun berharap ada tindakan tegas dari Pemerintah pada setiap perhelatan atau kegiatan dalam bentuk apapun.
"Dari jajaran atas sampai bawah, kita meminta stop lakukan kegiatan yang berjumlah banyak orang dalam ruangan. Ini sumber dari penularan," tuturnya.
Terlebih banyaknya kegiatan yang sudah mulai dilontarkan, menjadikan hal ini boomerang terjadinya peningkatan kasus penularan yang semakin meningkat.
Ia pun menyinggung terkait pembukaan sekolah belajar tatap muka yang dicanangkan akan digelar pada Januari 2021.
"Itu tidak boleh dilakukan, terlebih penularan yang tinggi seperti ini," tuturnya.
Banyak jumlah kasus tersebut sebagian besar berpotensi pada orang-orang yang lemah imun.
Ia pun menjelaskan orang yang mempunyai komorbid, mempunyai potensi kematiannya enam setengah kali dari pada yang tidak.
"Misalnya hipertensi dan orang yang memiliki dua komorbid hipertensi dan diabetes atau DM, itu mempunyai resiko kematian 15 persen," jelasnya.
Begitu pula, katanya, orangtua di atas 60 tahun, mempunyai resiko 9.5 persen tingkat kematian dibanding umur 18 sampai 30 tahun.
Untuk diketahui, angka kematian dokter semakin meningkat hingga 15 Desember 2020.
Kematian dokter tersebut dikonfirmasi melalui data terbaru yang dirilis Tim mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Bahkan Makassar menempati posisi ke enam diantara 10 besar daerah atau kota yang tingkat kematian dokternya tinggi.
Sebanyak enam orang dokter di Kota Makassar dinyatakan meninggal karena covid-19.
Sedangkan posisi teratas ditempati oleh Medan sebanyak 14 dokter.
Angka tersebut sama dengan Jakarta Selatan.
Surabaya sebanyak 11 dokter, Jakarta Timur sembilan dokter, dan Malang Raya sebanyak enam dokter menyusul Makassar dengan jumlah yang sama.
Masih ada 87 daerah atau kota yang juga mengalami masalah yang sama.
Dilansir dari Tribunnews.com, Tim mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memperbarui jumlah kematian dokter maupun tenaga kesehatan akibat terinfeksi Covid-19.
Dari Maret hingga 15 Desember 2020, IDI mencatat ada 369 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat Covid-19.
Jumlah tersebut terdiri dari 202 dokter dan 15 dokter gigi, serta 142 perawat.
Para dokter yang meninggal terdiri dari 107 dokter umum (4 guru besar) dan 92 dokter spesialis (7 guru besar), serta 2 residen, dan 1 dalam verifikasi yang keseluruhannya berasal dari 24 IDI Wilayah (provinsi) dan 92 IDI Cabang (Kota/Kabupaten).
Tim Mitigasi PB IDI Dr Adib Khumaidi mengakaan kenaikan tingkat kematian dokter dan tenaga kesehatan tersebut merupakan dampak dari meningkatnya jumlah penderita Covid-19 baik yang dirawat maupun OTG (Orang Tanpa Gejala).
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang baru saja selesai juga menjadi potensi fluktuasi naiknya angka penularan Covid-19.
"Kami mengimbau masyarakat dan kepala daerah serta pendukungnya untuk menghindari proses aktifitas yang melibatkan berkerumunnya massa. Dan bagi setiap orang untuk memeriksakan kesehatannya apabila terdapat gejala, dan melakukan testing meskipun juga tanpa gejala," kata Adib dalam keterangannya, Selasa (15/12/2020).
Tim Mitigasi IDI berharap para pemimpin daerah yang terpilih untuk memprioritaskan penanganan Pandemi Covid-19 dengan meningkatkan upaya preventif dan kemampuan layanan fasilitas kesehatan seraya melindungi para tenaga medis dan kesehatan.
Tim Mitigasi IDI juga mengimbau masyarakat agar melakukan perlindungan maksimal dengan menjalankan protokol kesehatan karena situasi penularan Covid-19 di Indonesia saat ini sudah tidak terkendali.
Tingginya lonjakan pasien Covid-19 serta angka kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan menjadi peringatan kepada semua untuk tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan (3M).
"Dengan mengabaikan protokol kesehatan, maka Anda tidak hanya mengorbankan keselamatan diri sendiri namun juga keluarga dan orang terdekat termasuk orang di sekitar. Pandemi ini akan berlalu dengan kerjasama seluruh pihak," ungkap Adib.
Berikut data kematian Dokter dan tenaga kesehatan berdasarkan provinsi :
Jawa Timur 41 dokter, 2 dokter gigi, dan 40 perawat;
DKI Jakarta 32 dokter, 5 dokter gigi dan 21 perawat;
Sumatra Utara 24 dokter dan 3 perawat;
Jawa Barat 19 dokter, 4 dokter gigi, dan 19 perawat;
Jawa Tengah 21 dokter dan 21 perawat;
Sulawesi Selatan 7 dokter dan 3 perawat;
Banten 7 dokter dan 2 perawat;
Bali 6 dokter;
DI Aceh 6 dokter dan 2 perawat;
Kalimantan Timur 5 dokter dan 3 perawat;
Riau 5 dokter;
DI Yogyakarta 6 dokter dan 2 perawat;
Kalimantan Selatan 4 dokter, 1 dokter gigi, dan 6 perawat;
Sumatra Selatan 4 dokter dan 5 perawat;
Kepulauan Riau 3 dokter dan 2 perawat;
Sulawesi Utara 3 dokter;
Nusa Tenggara Barat 2 dokter dan 1 perawat;
Sumatra Barat 1 dokter, 1 dokter gigi, dan 2 perawat;
Kalimantan Tengah 1 dokter dan 2 perawat;
Lampung 1 dokter dan 1 perawat;
Maluku Utara 1 dokter dan 1 perawat;
Bengkulu 1 dokter;
Sulawesi Tenggara 1 dokter dan 2 dokter gigi;
Papua Barat 1 dokter;
Papua 2 perawat;
Nusa Tenggara Timur 1 perawat;
Kalimantan Barat 1 perawat, serta
DPLN (Daerah Penugasan Luar Negeri) Kuwait 2 perawat.
Laporan Wartawan Tribun Timur Desi Triana