Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PSM Makassar

Dua Musim Main AFC di Luar Makassar, Manajamen PSM: Kita Tekor

Manajemen PSM Makassar mengungkap, dua musim berturut-turut tampil di AFC Cup tak membantu klub dari segi bisnis.

Penulis: Alfian | Editor: Sudirman
PSM Makassar
Media Officer PSM Makassar, Sulaiman Abdul Karim 

TRIBUN-TIMUR.COM,MAKASSAR - Manajemen PSM Makassar mengungkap, dua musim berturut-turut tampil di AFC Cup tak membantu klub dari segi bisnis.

Sebaliknya kerugian secara finansial yang didapatkan tim berjuluk Ayam Jantan dari Timur ini.

Manajamen PSM melalui Media Officer, Sulaiman Abdul Karim, menerangkan sejatinya klub sepakbola adalah prestasi dan bisnis.

Keduanya saling berkaitan erat untuk membawa kejayaan bagi sebuah klub, termasuk PSM.

Sejak era Liga 1 Indonesia pada musim 2017 lalu, PSM mulai bangkit dan kembali diperhitungkan sebagai klub papan atas. Dalam tiga gelaran Liga 1 ini, PSM selalu bertengger di papan atas.

Bahkan di level Asia, PSM sudah mewakili Indonesia dua musim berturut-turut yakni 2019 dan 2020 tampil di AFC Cup.

Tak main-main prestasi PSM cukup membanggakan yakni melaju hingga semifinal zona Asean 2019 lalu.

Hanya saja prestasi PSM ini tak sejalan dengan keuntungan dalam konteks bisnis. Sule sapaan Sulaiman bahkan mengungkapkan PSM merugi hingga ratusan juta.

"Prestasi dan bisnis dalam sepakbola itu berkaitan erat, kalau kita berprestasi bisnis pun akan membaik, karena apa yang mau kita jual kalau bukan prestasi?. Persoalannya dua musim berturut-turut kita tampil di AFC, prestasi kita dapat tapi dari segi bisnis kita tekor," terangnya saat menjadi nArasumber bincang bola virtual Tribun Timur, Selasa (24/11).

Kerugian ini terjadi lantaran selama gelaran AFC Cup, PSM harus berhomebase di luar Makassar.

Pasalnya tak ada stadion refresentatif di Makassar yang memenuhi standar menggelar pertandingan internasional.

Inilah yang kemudian membuat PSM merugi. Sebab dalam satu pertandingan, PSM yang berhomebase di Jawa hanya ditonton maksimal 300an suporter.

"Yang nonton paling 300an sementara biaya menggelar pertandingan itu ratusan juta. Contoh waktu kita main di Stadion Madya, sekali pertandingan itu kita habiskan Rp 500 juta lebih," paparnya.

Sementara subsidi yang diterima dari AFC kurang dari pengeluaran yang dilakukan.

"Subsidi AFC hanya 300an kalau saya tidak salah," sambungnya.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved