Kronologi Bossman Mardigu Terpapar Covid-19, Sempat Berkumpul dengan Sandiaga Uno & Helmy Yahya
Kronologi Bossman Mardigu Terpapar Covid-19, Sempat Berkumpul dengan Sandiaga Uno & Helmy Yahya
Kronologi Bossman Mardigu Terpapar Covid-19, Sempat Berkumpul dengan Sandiaga Uno & Helmy Yahya
TRIBUN-TIMUR.COM - Pengusaha sekaligus influencer Mardigu Wowiek baru saja sembuh dari Covid-19.
Pria berjuluk Bossman Mardigu ini rupanya sempat dirawat di rumah sakit akibat positif virus corona.
Hal itu ia ceritakan di akun media sosialnya Senin (23/11/2020) kemarin.
Salah satu yang disinggung adalah orang-orang yang bertemu dengannya sebelum dinyatakan positif.
Beberapa diantaranya adalah Sandiaga Uno, Gita Wirjawan dan Helmy Yahya.
Mardigu yang memilik lebih 1 juta subscriber di Youtube menceritakan kisahnya berjuang sembuh dari virus mematikan itu.
Termasuk rahasia kesembuhannya.
Berikut pengakuan Mardigu lewat tulisan yang diunggahnya:
BOSSMAN COVID
Sahabat dimana pun anda berada, sahabat pro NKRI garis lurus, juga sahabat yang ingin perubahan mendasar di Indonesia yang tidak pakai asing aseng, tetapi bergantung sesama anak bangsa, izinkan saya berbagi cerita.
Sebagaimana jauh jauh hari saya mengatakan setelah november pilpress amerika, trump jadi lagi atau tidak, covid beritanya akan memudar, akan hilang dalam waktu cepat, tanpa terasa.
Bukan covid-nya hilang, covid abadi bersama kita hingga akhir jaman. Namun covid sejak saat ini punya makna lain, kegunaanya sebagai “political tools” sidah selesai. Sudah hilang, sekakarng covid adalah pandemic saja tanpa embel-embel alat politik globalis dunia.
vacine sudah jadi, penangangan covid makin canggih, obat sudah semakin tersedia, industri farmasi besar sudah panen sejak awal covid, dan dunia kesehatan punya arti lain sejak saat itu.
Jadi kedepan, covid menjadi sudah “tertangani” dan kehidupan keras kedepan kembali mulai lagi, kedepan menjadi makin berat, namun globalis yang panen di masa covid ya itulah target mereka, maunya mereka globalis cabal sudah tercapai. Entah main apa lagi dalam 10 tahun kdepan, terserah mereka.
Ada pengalaman pribadi bagi saya, di ujung persis pilres amerika, 3 malam kedepannya saya demam, dan di hari berikutnya saya di nyatakan positif covid.
Berbeda dengan kebanyakan orang yang mungkin terpapar covid, kondisi imunitas saya 2 bulan terakhir agaknya sedang menghadapi ujian kesehatan sehingga ketika covid memapar, sisi lain dari kehidupan saya rasakan yaitu badan saya lemas, mati rasa di lidah, dan banyak lagi keluhan covid saya rasakan seperti batuk kecil.
Ada acara besar tepat sebelum di lakukan test PCR SWAB itu, dimana beberaopa sahabat saya berkumpul, ada pak gita wiryawan, pak sandiaga, pak helmy dan banyak lagi mitra bisnis saya.
Namun semua setelah 7 hari setelahnya, alhamdulliah semuanya sehat tak terpapar, di sisi lain, saya esoknya lemas.
Saya di bawa ke IGD, di test bukan hanya CT Thorak tetapi di ambil sisi yang tidak biasa di test, yaitu masuknya oxigen ke paru. Saya di test dengan mengambil sample darah ke arah masuknya, bukan arah keluarnya, rasa sakit yang lumayan ketika sample di lakukan, cukup lama jaruk ngurek ngurek nadi saya.
Hasil nya, ternyata hanya 82% kadar oxigen yang masuk, ini rupanya yang membuat saya dalam beberapa hari kekurangan oxigen. Lemas, tak bertenaga.
Singkat cerita, dokter bergerak cepat, dan bukan hanya avigan, cofivor, vitamin, oxigen, pengencer darah apapun itu ternyata saya secara cepat di berikan PLASMA DARAH dari orang yang terkena covid.
Plasma darah? Saya dapat 3 ampul plasma darah selama 3 hari.
Ya, saya di tranfusi plasma donor dari mereka yang sudah sembuh yang plasma darahnya akan NGAJARI sistem kekebalan tubuh saya lebih cepat adaptasi dan memenangkan pertempuran melawan virus.
Ada kalimat dari sang dokter yang membuat saya tersentak, sebelum melakukan pemasangan plasma tersebut, yang membuat saya berjanji.
Pak, ini plasma dari orang yang sudah sembuh covid, saat ini langka sekali dan PMI serta RSPAD selalu kekurangan.
Mau kah bapak NANTI GIVING BACK?
Saya bilang, apa itu dok?
Bapak memberikan plasma bapak ketika bapak sembuh untuk orang lain mendapatkan plasma bapak dan ini cepat sekali menyembuhkan covid?
Saya terenyuh mendengar kalimat itu.
Saya bilang, saya tidak ingin berhutang pada kehidupan, saya janji, saya akan berikan plasama saya.
Dan kemudian dokter menyalami saya, terima kasih pak.
Sungguh, ada banyak yang telah sembuh dari covid namun plasma nya yang bisa membantu sesama jarang yang mau mereka kasih. Bangsa ini bisa jadi bangsa besar kalau saling kasih, saling sayang, saling bantu, tanpa pamrih, apa yang dapat giving back lagi, terus bergulir. Demikia sauara parau sang dokter berkata sambil memasang infus ke tubuh saya berisi donor plasma.
Dia kemudian melanjutkan, methode ini pasti bisa membuat covid hilang dengan biaya murah. Tidak semua memang perlu plasma tetapi stoknya kurang pak, kurang sekali, biasanya di lakukan untuk yang kategori “sudah severe”, agak berat. Sang dokter berbicara dengan nada parau.
Saya hanya bisa diam, saya menyadari, setuju, sangat setuju, bangsa ini ngak kompak kali ya, kenapa covid yang salah satunya metode penyelesainya memakai plasma darah kirang populer, karena jarang yang punya kesadaran memberikannya untuk sesama.
Padahal plasam cepat sekali membantu pasien covid memerangi virus. Faktanya saat ini donor plasma darahnya langka. PMI butuh, RSPAD butuh, yang terpapar butuh yang seperti saya yang perlu oksigen, juga plasma dari yang telah sembuh dan banyak lagi.
Bagi saya, peristiwa bersama covid bukan perisitiwa yang biasa, namun sangat menggugah saya, kesadaran saya muncul akan giving back untuk menyelesaikan covid melalui plasma.
Begini maksud cerita saya, saat ini ada lebih dari 380.000 orang yang telah sembuh dari covid sehingga sudah memilik antibodi.
Ada baiknya memberikan sedikit plasma darahnya katakan 50.000 orang saja, dimana saat ini dengan angka itu, bisa bisa musnah semua covid dalam waktu cepat, sekali lagi, tidak semua yang terkena covid perlu plasma namun kalau ada plasma tersebut akan membuat lebih cepat lagi penangannya.
Bener deh, covid adalah contoh apakah bangsa indonesia bangsa yang besar, penanganan covod dengan plasma adalah contoh give back yang keren. Membuktikan dnegansesama anak bangsa kita selesaikan covid, kita tuntaskan covid.
Di penguhujung informasi ini, kepada sahabatku yang telah memberikan donor plasama nya sehingga saya sembuh saya ucapkan ribuan terima kasih. pastinya saya tidak kenal anda, tetapi anda setidak telah membantu menolong saya. Saya bergetar menyucap syukur.
Kepada team dokter dan perawat yang dengan sigap membantu saya, juga semua tenaga kesehatan yang menangani covid di seluruh indonesia saya mendoakan terbaik pahala terbanyak untuk anda semua.
Sebagai bakti saya kepada sesama walau sederhana, saat ini saya sedang ngantri untuk menyumbangkan plasma darah saya. Pasti banyak yang butuh sedikit giving back saya ini, melanjutkan legacy mendonor kepada sesama. karena kita samua basudara.
Akhirul kalam, terima kasih sahabat semua yang berkenan menyebarkan informasi ini betapa pentingnya plasma di sumbangkan dari mereka yang telah sembuh.
Profil Mardigu Wowiek
Nama Mardigu mulai mencuat sebagai pengusaha saat Mardigu menciptakan cyronium, salah satu pilihan investasi berbasis cryptocurrency.
Dia membuatnya bersama perusahaannya yang bernama PT Santara Daya Inspiratama.
Cryptocurrency adalah mata uang digital. Perkembangannya cukup pesat sejak 2015.
"Dunia sejenis cryptocurrency ini adalah bisnis masa depan. Dunia other income anak millenial," ujarnya dikutip dari Kompas.com, Selasa (22/5/2018).
Menurut Mardigu, cyronium merupakan mata uang digital yang memiliki aset jaminan berupa koin dalam bentuk fisik. Dia menggunakan teknologi blockchain untuk mendukung adanya transparansi dalam investasi.
Mardigu mengklaim cyronium lebih stabil dan harganya tidak akan turun dratis seperti cryptocurrency lainnya.
Bahkan dalam dunia usaha, Mardigu disebut-sebut sebagai mentor bisnis Sandiaga Uno.
Pengamat terorisme
Jauh sebelum disebut-sebut pengusaha, Mardigu juga didapuk sebagai pengamat terorisme.
Banyak pemberitaan Kompas.com memuat pendapatnya ketika berbicara mengenai kasus-kasus terorisme di Indonesia.
Seperti pada pemberitaan Kompas.com, Rabu (10/3/2010), Mardigu meyakini salah satu teroris yang tewas dalam penyergapan polisi di Pamulang pada 2010 adalah Dulmatin.
Dia mengatakan terduga Dulmatin adalah otak di balik aksi bom bunuh diri di Bali pada 2002. Dulmatin bergerak di Indonesia dengan guardian angels seperti dr Fauzi.
Mardigu mengatakan keduanya telah saling mengenal sejak di Poso dan Ambon.
Tak hanya itu, Mardigu juga ikut berbicara saat ada ledakan di Vihara Ekayana, Jakarta Barat, Minggu (4/8/2013). Satu paket meledak dalam peristiwa itu, dan 3 orang mengalami luka ringan.
Dia menilai sekitar 10.000 anggota intelijen tak mampu meredam pergerakan kelompok teror dan menjamin rasa aman warga negara.
Sebanyak 10.000 orang itu tergabung dalam Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Intelijen Strategis (BAIS), dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
"Intel Indonesia ada 10.000 orang. Sementara kelompok ini paling cuma seribu. Jadi selama ini BIN ngapain, BAIS, BNPT? Intel sekarang enggak bergerak," ujarnya untuk Kompas.com, Senin (5/8/2013).
Dia bahkan menambahkan, selama ini intel hanya makan gaji buta dan kebanyakan hanya duduk-duduk daripada bergerak di lapangan.
Hal inilah yang menjadikan Mardigu prnah menjadi staf ahli Kementerian Pertahanan beberapa tahun silam.
Praktisi hipnoterapi
Tak hanya pengamat terorisme.
Mardigu yang merupakan lulusan San Fransisco State University, Master Applied Psychology in Criminal Mind & Forensic Investigators juga seorang praktisi hipnoterapi.
Mardigu pernah menjelaskan mengenai orang latah yang berpotensi menjadi target pelaku kejahatan dengan metode hipnotis.
"Pola pikir orang yang menderita latah itu lompat-lompat. Ini bisa dimanfaatkan pelaku kejahatan dengan hipnotis," kata Mardigu seperti diberitakan Kompas.com, Sabtu (28/8/2010).
Dia mengetahui bahwa pelaku kejahatan dengan hipnotis punya cara untuk mengetes korbannya latah atau tidak. Misalnya dengan menjatuhkan uang koin tepat di depan korban.
Dia mengimbau pada para calon pemudik kala itu untuk senantiasa berhati-hati saat mudik Lebaran.
Channel YouTube
Dilansir dari channel YouTube-nya, Mardigu Wowiek Prasantyo (MWP) memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun berbisnis oil dan gas serta digital bisnis.
Selain itu juga memiliki pengalaman di bidang geopolitik dan geoekonomi.
Dia diklaim juga seorang penulis yang telah menulis 4 buku bisnis, 2 buku geopolitik dan geoekonomi, serta 1 buku aplikasi psikologi.
Mardigu juga merupakan pendiri Rumah Yatim Indonesia yang saat ini memiliki lebih dari 6.000 anak didik. Dia dijuluki Bossman Sontoloyo oleh teman-temannya.
Hal itu karena cara berpikir dan strateginya nyeleneh.