Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kronologi Bossman Mardigu Terpapar Covid-19, Sempat Berkumpul dengan Sandiaga Uno & Helmy Yahya

Kronologi Bossman Mardigu Terpapar Covid-19, Sempat Berkumpul dengan Sandiaga Uno & Helmy Yahya

Editor: Ilham Arsyam
facebook
sandiaga uno, helmy yahya dan mardigu wowiek 

Ada pengalaman pribadi bagi saya, di ujung persis pilres amerika, 3 malam kedepannya saya demam, dan di hari berikutnya saya di nyatakan positif covid.
Berbeda dengan kebanyakan orang yang mungkin terpapar covid, kondisi imunitas saya 2 bulan terakhir agaknya sedang menghadapi ujian kesehatan sehingga ketika covid memapar, sisi lain dari kehidupan saya rasakan yaitu badan saya lemas, mati rasa di lidah, dan banyak lagi keluhan covid saya rasakan seperti batuk kecil.

Ada acara besar tepat sebelum di lakukan test PCR SWAB itu, dimana beberaopa sahabat saya berkumpul, ada pak gita wiryawan, pak sandiaga, pak helmy dan banyak lagi mitra bisnis saya.

Namun semua setelah 7 hari setelahnya, alhamdulliah semuanya sehat tak terpapar, di sisi lain, saya esoknya lemas.
Saya di bawa ke IGD, di test bukan hanya CT Thorak tetapi di ambil sisi yang tidak biasa di test, yaitu masuknya oxigen ke paru. Saya di test dengan mengambil sample darah ke arah masuknya, bukan arah keluarnya, rasa sakit yang lumayan ketika sample di lakukan, cukup lama jaruk ngurek ngurek nadi saya.

Hasil nya, ternyata hanya 82% kadar oxigen yang masuk, ini rupanya yang membuat saya dalam beberapa hari kekurangan oxigen. Lemas, tak bertenaga.

Singkat cerita, dokter bergerak cepat, dan bukan hanya avigan, cofivor, vitamin, oxigen, pengencer darah apapun itu ternyata saya secara cepat di berikan PLASMA DARAH dari orang yang terkena covid.

Plasma darah? Saya dapat 3 ampul plasma darah selama 3 hari.

Ya, saya di tranfusi plasma donor dari mereka yang sudah sembuh yang plasma darahnya akan NGAJARI sistem kekebalan tubuh saya lebih cepat adaptasi dan memenangkan pertempuran melawan virus.

Ada kalimat dari sang dokter yang membuat saya tersentak, sebelum melakukan pemasangan plasma tersebut, yang membuat saya berjanji.
Pak, ini plasma dari orang yang sudah sembuh covid, saat ini langka sekali dan PMI serta RSPAD selalu kekurangan.

Mau kah bapak NANTI GIVING BACK?
Saya bilang, apa itu dok?

Bapak memberikan plasma bapak ketika bapak sembuh untuk orang lain mendapatkan plasma bapak dan ini cepat sekali menyembuhkan covid?
Saya terenyuh mendengar kalimat itu.

Saya bilang, saya tidak ingin berhutang pada kehidupan, saya janji, saya akan berikan plasama saya.
Dan kemudian dokter menyalami saya, terima kasih pak.

Sungguh, ada banyak yang telah sembuh dari covid namun plasma nya yang bisa membantu sesama jarang yang mau mereka kasih. Bangsa ini bisa jadi bangsa besar kalau saling kasih, saling sayang, saling bantu, tanpa pamrih, apa yang dapat giving back lagi, terus bergulir. Demikia sauara parau sang dokter berkata sambil memasang infus ke tubuh saya berisi donor plasma.

Dia kemudian melanjutkan, methode ini pasti bisa membuat covid hilang dengan biaya murah. Tidak semua memang perlu plasma tetapi stoknya kurang pak, kurang sekali, biasanya di lakukan untuk yang kategori “sudah severe”, agak berat. Sang dokter berbicara dengan nada parau.

Saya hanya bisa diam, saya menyadari, setuju, sangat setuju, bangsa ini ngak kompak kali ya, kenapa covid yang salah satunya metode penyelesainya memakai plasma darah kirang populer, karena jarang yang punya kesadaran memberikannya untuk sesama.

Padahal plasam cepat sekali membantu pasien covid memerangi virus. Faktanya saat ini donor plasma darahnya langka. PMI butuh, RSPAD butuh, yang terpapar butuh yang seperti saya yang perlu oksigen, juga plasma dari yang telah sembuh dan banyak lagi.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved