Suami Tikam Istri Hingga Tewas, Fakta Kematian Korban Dinilai Tak Sesuai Keterangan Orangtua Pelaku
Suami tikam istri hingga tewas, fakta kematian korban dinilai tak sesuai keterangan orangtua pelaku. Kamaluddin, suami tega menghabisi nyawa istrinya.
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Abdul Azis Alimuddin
Informasi dihimpun korban dan pelaku baru sebulan lebih melangsungkan pernikahan. Tepatnya pada Minggu (4/10/2020) lalu.
Seorang tetangga korban, Irma mengatakan, korban dan pelaku sudah lama menjalin hubungan.
“Sudah lama pacaran baru menikah. Mereka suka sama suka,” katanya, Sabtu (21/11/2020) kemarin.
Baca juga: Kinerja Danny Pomanto Dinilai Nyata, Projo Ormas Pendukung Jokowi Dukung Adama di Pilkada Makassar
Namun kata dia, selama menjalin hubungan rumah tangga keduanya terkadang adu mulut.
Setelah dinasihati oleh orangtua, keduanya kembali akur.
Irma menyampaikan tidak ada yang menyangka bahwa Kamaluddin tega membunuh Selmi secara sadis.
Sebab, malam sebelum kejadian korban dan pelaku saling tertawa bersama di rumah orangtua korban di Jl Sukawati, Kelurahan Macege, Kecamatan Tanete Riattang Barat.
Bahkan, pelaku membantu memperbaiki rumah orangtua korban karena mendapat program bedah rumah.
Baca juga: Suami Tikam Istri di Bone Hingga Tewas Seorang Residivis, Pernah Dijatuhi Hukuman 7 Tahun Penjara
"Jadi pelaku selalu bantu-bantu orang disitu seperti gergaji dan sebagainya karena orangtua istrinya dapat program bedah rumah.
"Tidak ada menyangka kejadian tersebut. Korban dan pelaku tertawa bersama malamnya di rumah korban," katanya.
Namun ketika pukul 23.00 Wita sang suami Kamaluddin mengajak istrinya pulang ke rumah orangtua pelaku.
Tapi korban tidak mau pulang ke rumah orangtua pelaku di Lingkungan Harapan Tallumae, Kelurahan Bukaka, Kecamatan Tanete Riattang.
Setelah dinasihati dan dipaksa oleh orangtuanya, barulah korban ikut bersama suaminya.
Baca juga: Kisah Asmara Suami Tikam Istri Hingga Tewas di Bone, Lama Pacaran Hingga Saling Cekcok Setelah Nikah
“Diajak pulang oleh suaminya pukul 23.00 Wita, tapi korban tidak mau,” katanya.
“Korban dipaksa oleh keluarganya karena nanti dibilang maja tomatoaki atau orang tua yang selalu memcampuri urusan anaknya,” kata Irma.
