Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Klakson

Pilkada Itu Candu?

DALAM Pilkada, kita sebenarnya tak memilih walau kita disuruh untuk itu. Namun esensinya, Pilkada mengharuskan kita "mencari".

Editor: Edi Sumardi
DOK TRIBUN TIMUR
Abdul Karim, penulis dan pengamat demokrasi 

Persoalan pantas dan tak pantas, atau layak dan tak layak seseorang menjadi pemimpin itu bukan perkara pokok.

Sebab ia memang menampung sahaja.

Ia kurang berfungsi sebagai pabrik calon-calon pemimpin.

Tentu ini berbeda.

Sebab hukum pabrik adalah mengolah sesuatu, untuk "menjadi" sesuatu.

Dengan kata lain, pabrik sifatnya mengolah hal yang belum "jadi", ke "menjadi".

Tidak maksimalnya kinerja parpol mencetak calon-calon pemimpin hingga akhirnya parpol tak berdaya menghadapi penetrasi kaum berduit.

Kaum berduit yang sebenarnya hanya segelintir orang itu lalu mendominasi pencalonan kandidat kepala daerah.

Apalagi, parpol kita kini tak sudi lagi berkeringat.

Pikiran instan meracuni alam pikiran parpol.

Maka parpol berjaya, rakyat merana.

Bagaimana mungkin rakyat merana, bukankah di setiap Pilkada mereka bergembira lantaran sering mendapat amplop atau sembako yang dianggap rejeki itu?

Bukankah mereka sering terlibat sebagai tim pemenangan dengan pengorbanan tenaga, pikiran, harga diri bahkan nyawa?

Di sinilah uniknya.

Seringkali rakyat terlibat sebagai tim pemenangan atau simpatisan namun tak menghasilkan apa-apa, tetapi di Pilkada berikutnya mereka terlibat lagi sebagi tim pemenangan dibawah.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved