Tower Radio UINAM Roboh, Ini Komentar Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Menara pemancar radio setinggi 70 meter itu rubuh diterjang angin kencang dan hujan deras.
Penulis: Sayyid Zulfadli Saleh Wahab | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUNGOWA.COM, SUNGGUMINASA - Menara/tower pemancar radio setinggi 70 meter rubuh di Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Minggu (15/11/2020) sekira pukul 13.00 Wita.
Menara pemancar radio yang rubuh tersebut terletak di area Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
Menara pemancar radio setinggi 70 meter itu rubuh diterjang angin kencang dan hujan deras.
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr Firdaus Muhammad mengaku belum mengetahui taksiran kerugiannya.
Namun, kata dia, tidak ada kerusakan lain yang ditimbulkan akibat robohnya tower tersebut.
"Saya belum tahu kalau taksiran kerugiannya, namun tidak ada kerusakan melainkan kerusakan tower itu saja. Tapi tidak ada yang terganggu dalam arti tidak ada kerusakan lain yang ditimbulkan," kata Firdaus saat dikonfirmasi.
Pasca insiden itu, dirinya mendampingi Rektor UIN Alauddin Makassar. Saat itu, Rektor menyampaikan agar harus ada inovasi untuk tekhnologi penyiaran.
"Tadi saya dampingi Pak Rektor. Pak Rektor menyampaikan bahwa ini harus ada inovasi untuk tekhnologi penyiaran untuk anak-anak dan dosen serta nanti bahkan akan dikembangkan untuk misalnya podcast atau semacamnya. Jelas Rektor perhatian untuk radiao televisi, itu media yang dikembangkan oleh UIN itu siar media.id," ujarnya.
Menurutnya, radio siar tidak aktif dalam beberapa waktu tertentu namun pihaknya dalam proses adaptasi untuk radio pendidikan dan dakwah untuk praktikum, sekaligus nantinya akan onair dan dibatasi karena radio pendidikan bukan radio seperti yang lain.
"Towernya itu memang harus dikurangi karena rusak seperti ini maka nanti alternatifnya Pak Rektor mengatakan towernya jangan ketinggian karena hanya untuk pelatihan anak-anak. Yang selama ini cukup bagus, banyak sudah jadi penyiar di luar baik di radio maupun jurnalistik," ungkapnya.
Dia mengatakan, pihaknya telah membiayai tower itu pada tahun lalu, seperti pemeliharaan pengecetan, serta ring pengikatnya.
"Tahun lalu tower sudah dibiayai seperti pengecetan, ring untuk pengikatnya, dan yang patah tadi itu bagian bawah. Sebenarnya tidak patah mungkin karena lepas karena ini kan tarekan, tidak ada penyanggah lain atau pelindung. Jadi tiang yang sama besar dan tingginnya dengan di atas, sehingga ketingianya lebih 50 meter, bebanya terlalu berat dengan hantaman angin keras seperti itu tidak bisa bertahan tapi sudah dimentenens tahun lalu biayanya cukup besar untuk memperbaiki," jelasnya.
Firdaus menyampaikan, saat ini masih dalam proses peralihan dari radio selama ini dikembangkan menunggu proses izin dari KPID dan Kominfo untuk radio pendidikan.
Saat ini radio itu kata dia, tidak onair sementara atau radio tidak aktif.
Dia menyebut, tower atau pemancar radio itu dibangun pada tahun 2010 silam, dan tepat berumus sepuluh tahun namun pihaknya telah memperbaikinya.
"Tetapi ternyata belum kuat karena ini musibah jadi hitugan kita selama ini normal ketika ada hantaman angin kencang seperti tadi ternyata tidak bertahan," bebernya.
Tower pemancar radio itu, pihaknya tidak lagi membangun tower setinggi itu, kalau pun ada, lanjut dia, kemungkinan di atas gedung dengan beban lebih kecil namun tetap dengan jangkauan luas.
"Jadi saya mungkin tidak lagi bikin tower setinggi itu kalau pun ada tower setinggi itu lagi, kemungkinan di atas gedung bebanya lebih kecil tapi jangkauannya ketinggian tetap tapi kita harus turunkan dibawah 50 meter karena kalau di atas 50 itu mengganggu pemancar pesawat maupun radio lain," ujarnya.
Dia mengaku telah mendapatkan teguran terkait ketinggian tower pemancar radio tersebut. Namun pihaknya telah menurunkan ketinggiannya.
"Kan ini jangkauannya luas sekali, maka saya berpikir kita hanya radio pendidikan jangakaunya sekitar kampus, dan sebagian Kota Makassar dan Gowa," bebernya.
Beruntunga kata dia, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
"Jadi kita tidak akan menaikkan menara itu lagi karena tidak terlalu dibutuhkan sekarang karena perkembangan tekhnologi saat ini dan juga resikonya. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam insiden dan kurugian material melainkan tower itu saja, serta kita tidak ingin lagi terjadi hal serupa," tutupnya.