Tribun Makassar
XL Axiata Raih Pertumbuhan Kinerja Positif di Tengah Pandemi
XL Axiata berhasil melalui periode sembilan bulan pertama tahun 2020 ini dengan tetap mencatat pertumbuhan kinerja yang positif.
Penulis: Sukmawati Ibrahim | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR-Pandemi Covid-19 yang merebak sejak Maret lalu tak mempengaruhi kinerja PT Axiata Tbk (XL Axiata).
XL Axiata berhasil melalui periode sembilan bulan pertama tahun 2020 ini dengan tetap mencatat pertumbuhan kinerja yang positif.
Tantangan industri yang cukup berat, XL Axiata tetap mampu mencatat peningkatan pendapatan layanan (service revenue) sebesar Rp 18,3 triliun, atau meningkat 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY).
Demikian pula, pendapatan dari layanan data juga terus tumbuh 12 persen YoY, dan sekaligus meningkatkan kontribusinya terhadap total pendapatan layanan (service revenue) perusahaan menjadi sebesar 92 persen.
Demikian disampaikan Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini saat hadir
di acara e-Media Update via zoom, Jumat (6/11/2020).
Ia mengatakan, Pandemi Covid-19 memang berdampak pada daya beli masyarakat, dan itu juga sangat dirasakan oleh semua operator, termasuk XL Axiata.
Akan tetapi, turunnya daya beli masyarakat ini ternyata tidak menurunkan intensitas kompetisi di industri.
Semua operator justru berlomba menawarkan berbagai produk, yang disesuaikan dengan kebutuhan maupun kemampuan beli masyarakat.
"Kita bisa lihat produk-produk dengan harga yang lebih terjangkau atau bonus yang lebih banyak. Karena itu kami berupaya keras untuk bisa mempertahankan kinerja dengan mendorong penjualan dan di saat yang sama melakukan efisiensi di hampir semua lini bisnis. Hasilnya, kami masih mampu meraih pertumbuhan di periode sembilan bulan tahun ini," katanya.
Dian membeberkan, sepanjang sembilan bulan 2020 ini, XL Axiata juga berhasil meraih EBITDA sebesar Rp 9,9 triliun, meningkat 34 persen YoY. Laba bersih setelah pajak pada sembilan bulan ini tercatat Rp 2,1 triliun.
Secara kuartal, pada periode kuartal ketiga 2020 ini, EBITDA juga berhasil tumbuh 3 persen lebih tinggi dari kuartal sebelumnya (QoQ), dan laba bersih setelah pajak mencapai sebesar Rp 331 miliar.
"Beban usaha di sembilan bulan tahun 2020 menurun 14 persen YoY. Penurunan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, salah satunya beban biaya infrastruktur yang lebih rendah (28 persen YoY) sebagai dampak dari adopsi IFRS 16," bebernya.
Faktor selanjutnya, lanjut Dian, biaya interkoneksi dan biaya langsung lainnya juga turun 24 persen YoY, terutama karena interkoneksi yang lebih rendah sebagai dampak dari penurunan trafik penggunaan layanan voice.
"Terakhir, juga karena faktor biaya pemasaran yang turun 6 persen YoY setelah lebih banyak penggunaan saluran digital," lanjutnya.
Dari segi trafik data, sepanjang sembilan bulan pertama 2020 meningkat 47 persen YoY dari 2.386 Petabyte menjadi 3.496 Petabyte.
"Sementara itu jika dihitung per kuartal, pada kuartal ketiga 2020 ini, trafik data meningkat 4 persen QoQ. Peningkatan trafik tidak terlepas dari bertambahnya jumlah total pelanggan, yaitu menjadi 56,9 juta, meningkat dari kuartal sebelumnya sebanyak 55,7 juta," ucapnya.
Lebih jauh, menurut Dian, tingkat penetrasi smartphone pelanggan meningkat tipis dari 87 persen dikuartal sebelumnya menjadi 88 persen.
"Rerata pendapatan per pelanggan atau ARPU campuran meningkat dari sebelumnya Rp 34 ribu menjadi Rp 36 ribu di periode yang sama tahun ini," ucapnya lagi.
Lebih jauh, Dian menyampaikan bahwa pada periode ini XL Axiata juga mengenalkan beberapa penawaran baru.
Yaitu Fitur XTRA UNLIMITED TURBO dan Unlimited 1 jam untuk pelanggan layanan prabayar XL, dan paket Edu-Pack untuk pelanggan AXIS, juga myPRIO x unlimited untuk pelanggan pascabayar Prioritas.
Begitupun dari segi pemanfaatan digital IT, artificial intelligent dan data analytics juga terus XL Axiata lanjutkan untuk mengidentifikasi apa saja kebutuhan setiap segmen pelanggan atas layanan telekomunikasi dan data.
"Dengan demikian perusahaan bisa lebih tepat dalam pembuatan produk layanan baru yang memang dibutuhkan setiap segmen pelanggan. Selain itu, penawaran produk juga bisa lebih terarah, sesuai dengan karakter setiap segmen," imbuhnya.
Tak hanya itu, Dian menyampaikan, guna menyiapkan jaringan menuju 5G, XL Axiata juga terus melanjutkan proses fiberisasi jaringan.
Begitupun dari sisi kondisi finansial, neraca perusahaan tetap sehat dengan saldo kas yang lebih tinggi setelah mendapat tambahan dari hasil penjualan menara.
"Free Cash Flow (FCF) juga ada pada tingkat yang sehat, yaitu sebesar Rp 4,8 triliun atau meningkat hingga 162 persen YoY. XL Axiata saat ini juga tidak memiliki pinjaman dalam denominasi US Dollar, 59 persen di antaranya berbunga floating dan masa jatuh tempo yang tidak bersamaan," tukasnya.
Sekedar informasi, hingga akhir September 2020, XL Axiata tercatat memiliki total lebih dari 142 ribu Base Transceiver Station (BTS).
Jumlah ini meningkat sekitar 10 persen dari jumlah BTS di periode yang sama tahun lalu.
Dari total sebanyak itu, 53.055 merupakan BTS 4G.
Sementara itu, jika dilihat dari luas cakupan wilayah, jaringan 4G milik XL Axiata telah melayani pelanggan di 458 kota/kabupaten di hampir semua provinsi yang ada di Republik Indonesia. (*)
Laporan Wartawan Tribun Timur @umhaconcit