Buku Bilang Taung
Muhlis Hadrawi Paparkan Keunggulan Buku Bilang Taung Karya Nor Sidin
Akademisi Universitas Hasanuddin (Unhas), Muhlis Hadrawi memaparkan keunggulan buku Bilang Taung Karya Nor Sidin.
Penulis: Rudi Salam | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Akademisi Universitas Hasanuddin (Unhas), Muhlis Hadrawi memaparkan keunggulan buku Bilang Taung Karya Nor Sidin.
Hal tersebut disampaikannya dalam Webinar Tribun Timur yang bertajuk 'Peluncuran Kalender Sulsel dan Buku Bilang Taung', Sabtu (31/10/2020).
Acara tersebut disiarkan secara langsung melalui YouTube dan Facebook Tribun Timur.
Hadir sebagai narasumber Muhlis Hadrawi (Akademisi Unhas), Nuraidar Agus MHum (Balai Bahasa Sulsel), M Sapri Pamulu (Pemerhati Budaya Sulsel), dan Nor Sidin atau Ambo Uphex (Penulis Buku Bilang Taung).
Dalam Webinar yang dipandu Andi Rachmat Munawar itu, Muhlis Hadrawi mengatakan bahwa apa yang disajikan Nor Sidin dalam buku Bilang Taung adalah satu dokumentasi warisan pengetahuan masyarakat Bugis yang sudah nyata-nyata ada pada abad 16.
"Bukan saja tentang pengetahuan konsepsi, tetapi pengetahuan ini sudah teraplikasi dalam masyarakat sehari-hari," katanya.
Hal itu kata dia, teraplikasikan dalam dua ranah kebudayaan, yakni hal yang berkaitan dengan agraris, agraris sangat tersangkut paut dengan astronomi.
"Bagaimana pertanian itu dijalankan, mulai menggarap tanah, mulai menanam, sampai panen. Semua ada siklus sistem penanggalan Bugis," katanya.
"Dan mengapa saya bilang petanian melimpah di Sulawesi Selatan, selain karena faktor alam, tetapi juga faktor ilmu pengetahuan yang mendukung yakni astronomi," lanjutnya.
Kedua adalah di bidang kemaritiman. Orang masyarakat Bugis Makassar, terang dia, disebut orang yang membina maritim, melahirkan kapal besar.
"Hal itu didukung oleh sistem pengetahuan astronomi yang kedua. Dua peradaban Bugis Makassar yang terbina sejak abad 16, yakni kebudayaan agraris dan maritim itu sangat didukung oleh sistem pengetahuan apa yang disebut dengan astronomi," jelasnya.
Selain itu, menurutnya hal yang sangat penting ditunjukkan dalam buku tersebut yakni bagaimana sistem astronomi masyarakat Bugis yang terkandung dalam naskah-naskah kemudian diangkat dan diperkenalkan kembali.
Walaupun sebenarnya ada beberapa kajian yang sudah ada, tetapi kata dia belum dipublikasi seperti buku Bilang Taung.
"Penggunaan naskah yang sedemikian rupa dengan menggabungkan sekian naskah dalam negeri dan luar negeri misalnya itu baru kali ini ditampilkan oleh saudara Ambo Upe," tuturnya.
Selaku editor, dirinya melihat buku ini sebagai salah satu posisi dan keunggulan buku ini ada pada sumber data.