Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Timor Leste

Pengakuan Warga Timor Leste Setelah Merdeka: Mendukung Pemerintah Indonesia Masih Hidup dengan Baik

Sekitar 42 persen orang Timor hidup dalam kemiskinan dan orang-orang yang mengais-ngais sampah adalah di antara yang paling putus asa.

Penulis: Arif Fuddin Usman | Editor: Arif Fuddin Usman
tangkapan layar newshub.co.nz
Tampak pemandangan warga mengais di antara tumpukan sampah di kawasan kumuh di Dili, Timor Leste seperti dikutip dari newshub-co-nz 

Dulu, ketika masih menjadi provinsi ke-27 Indonesia, Timor Leste selalu mendapat suplai dana dari negara.

Namun kini sudah lain ceritanya. Negara yang dipimpin Francisco Guterres harus menghidupi warganya dengan usaha sendiri.

Minyak dan gas alam, selalu digaung-gaungkan bakal menjadi andalan rakyat Timor Leste. Bahkan mengklaim bakal lebih sejahtera.

Tapi sekali lagi, faktanya tidak demikian. Murahnya harga minyak bumi karena pandemi dan berujung krisis, membuat Timor Leste kian terpuruk.

Bahkan kini Timor Leste disebut sebagai negara dengan tingkat kelaparan tinggi di dunia.

Edisi terbaru Global Hunger Index (Indeks Kelaparan Global) mengatakan Timor Leste mencatat tingkat kelaparan yang 'mengkhawatirkan'.

Situasi tersebut telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam laporan tersebut, Timor Leste merupakan peringkat terburuk kedua di antara 107 negara, setelah Chad.

Chad sendiri merupakan sebuah negara yang terletak di Gurun Sahara, Afrika.

Sebagai akibat dari kondisi wilayahnya yang didominasi oleh padang gurun dan lokasinya yang jauh dari laut, Chad pun memperoleh julukan 'jantung mati Afrika'.

Melansir Macau Business, Rabu (14/10/2020), Timor Leste memperoleh Global Hunger Index 37,6 (maksimum 100, peringkat terburuk)

Laporan tersebut menganggap situasi di negara Timor Leste itu 'mengkhawatirkan'.

Hal tersebut menjadikan Timor Leste yang terburuk kedua dalam indeks tahun ini di antara negara-negara yang dianalisis.

Dengan menyoroti bahwa situasi di Timor Leste semakin memburuk, penulis laporan menjelaskan hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan kerawanan pangan kronis di Timor Leste.

Di antara faktor-faktor tersebut menyoroti produktivitas pertanian yang rendah.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved