Muslim Uighur
China Marah Besar Saat Ditegur Jerman Soal Muslim Uighur, Beri Hukuman Rantai hingga Dicekoki Obat
Ditegur Soal Muslim Uighur, China 'Mengamuk' pada Jerman: Berhenti Campuri Urusan Dalam Negeri Kami!
TRIBUN-TIMUR.COM - China marah besar saat Ditegur Jerman Soal penanganan Muslim Uighur,
mulai dari Beri Hukuman Rantai hingga Dicekoki Obat oleh polisi China.
• Wanita Uighur ini Mengaku Ditangkap saat Puncak Wabah Corona di China & Dipaksa Minum Obat Tertentu
• Mengenal Dilraba Dilmurat, Artis Keturunan Uighur Jadi Trending Setelah Laporkan Penggemar Obsesif
Sidang PBB beberapa waktu lalu diwarnai dengan adu argumen antara China dan Jerman.
Jerman dalam kesempatan tersebut secara menohok mengkritik pelanggaran HAM di China.
Jerman bahkan menghimbau kepada negara di seluruh dunia agar menerima para pengungsi Muslim Uighur.

Mengutip South China Morning Post, grup dari negara Barat yang diwakili oleh duta besar Berlin, Christoph Heusgen,
menjelaskan "kekhawatiran mendalam" mengenai penerapan hukum keamanan nasional yang dilakukan Beijing terhadap Hong Kong.
Hukum tersebut membuat warga Hong Kong bisa dikirim ke China daratan untuk disidang. Seruan Berlin didukung oleh 38 negara lain.
• VIDEO: Viral Video Pembantaian Etnis Uighur di China, Disebut Terjadi di Wilayah Xinjiang
• Sinopsis Jodha Akbar ANTV 9 Oktober 2020 Episode 22, Jodha Hamil & Jalal Tak Percaya, Lakukan Ini?
Menanggapi hal tersebut, Beijing dan sekutu mereka di PBB menyerang balik.
Mereka menolak adanya "campur tangan hubungan dalam negeri China" yang dilakukan negara lain.
Temuan PBB menyebutkan jutaan warga Uighur sedang 'dihukum' oleh China di wilayah sebelah barat Xinjiang.

Meski begitu, Xi Jinping membela diri, menyebut praktik "anti-teror" untuk "latihan vokasi" sebagai "hal yang benar untuk dilakukan".
"Kami sangat khawatir mengenai situasi HAM di Xinjiang dan perkembangan terbaru di Hong Kong," ujar Heusgen dalam debat umum PBB.
"Dalam kekhawatiran kami mengenai situasi HAM di Xinjiang, kami menyerukan semua negara untuk menghargai prinsip non-refoulement."
Sebagai informasi, prinsip non-refoulement adalah praktik untuk tidak memaksa para pengungsi dan pencari suaka kembali ke negara mereka sendiri.
• Biodata & Foto-foto Dilraba Dilmurat, Artis Tercantik Asia dari Uighur
• Masyarakat Sipil Punya Peran Suarakan Dukungan untuk Uighur
Menurut PBB, non-refoulement membentuk perlindungan penting di bawah hukum HAM internasional, pengungsi dan hukum kemanusiaan.
Hukum ini melarang suatu negara memindahkan atau mendepak orang-orang dari juridiksi mereka saat ada dasar penting untuk yakin jika orang tersebut terancam kehilangan nyawa saat kembali.
Ancaman yang termasuk adalah penyiksaan dan pelanggaran HAM lainnya.
"Lebih banyak lagi laporan mengenai pengadaan buruh paksa dan pemaksaan program KB, termasuk sterilisasi.
"Kami memanggil China untuk memperbolehkan akses mendalam dan menyeluruh ke Xinjiang.
"Akses ditujukan untuk pengamat independen termasuk Komisi Petinggi PBB untuk HAM dan stafnya."
Jerman juga mengkhawatirkan situasi di Hong Kong bersama dengan negara lain termasuk anggota Uni Eropa dan AS serta Inggris.
"Kami khawatir mengenai elemen hukum keamanan nasional yang perbolehkan kasus tertentu dipindahkan untuk disidang di China daratan," ujar Heusgen.
"Kami mendesak pejabat relevan untuk menjamin hak yang dilindungi di bawah payung hukum Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik serta Deklarasi Gabungan Sino-Inggris.
"Termasuk hak-hak yang dilindungi adalah kebebasan berbicara, kebebasan pers dan pengadaan pertemuan."
China sendiri menyebut bahwa AS telah melanggar HAM.
Duta besar China untuk PBB, Zhang Jun, berbicara mewakili 26 negara lain termasuk Belarusia, Korea Utara, Iran, Suriah dan Venezuela.
"Kematian George Floyd dan penembakan Jacob Blake masih terjadi," ujar Zhang.
"Insiden ini menunjukkan bahwa rasisme masih mengakar di AS, termasuk brutalitas polisi dan ketidaksetaraan sosial."
Sementara itu, Kuba memimpin 45 negara yang mendukung aksi China terhadap Xinjiang.
Pernyataan gabungan "dicatat dengan apresiasi bahwa China telah tmenerapkan langkah serius merespon ancaman terorisme dan ekstrimisme sehubungan dengan keamanan HAM semua grup etnis di Xinjiang," papar media China Xinhua. (*)
Muslim Uighur Dibelenggu Rantai hingga Dicekoki Obat
Di tahun 2020, kekejaman China terhadap etnis Uighur masih disoroti dunia.
Pertama, di bulan Juli 2020 ini, beredar video yang diduga kelompok etnik Uighur mengalami kekerasan.
Dalam video yang beredar di internet tersebut, tampak para tahanan dengan seragam berwarna biru duduk berbaris dan dibelenggu rantai.
Rambut mereka terlihat habis dicukur dengan mata ditutup. Mereka diperiksa satu per satu oleh petugas.
Setelah diperiksa, para tahanan tersebut dibawa pergi dari sebuah tempat yang disinyalir ada di wilayah Xinjiang.
Belum selesai apakah video itu benar atau tidak, seorang wanita yang enggan disebut namanya menceritakan bagaimana dia ditangkap saat puncak wabah virus corona di China dan dipaksa minum obat tertentu.
Dilansir the Associated Press, ketika polisi menangkap wanita yang ternyata beretnis Uighur itu, dia dimasukkan ke dalam sel tahanan bersama puluhan wanita lainnya.
Di sana, wanita itu dipaksa minum obat yang membuatnya merasa lemas dan mual.
(Maymunah Nasution)
Artikel ini telah tayang di Intisari.ID dengan judul: 'Berhenti Campuri Urusan Kami', Ujar China Kepada Jerman Saat Disentil Soal Uighur di Forum PBB, Apa yang Sebenarnya Terjadi?