Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sepak Terjang Menteri Terawan, Baru Saja 'Dipermalukan' Najwa Shihab setelah Wawancara Kursi Kosong

Di hadapan kursi kosong, Najwa Shihab menyerang 'Menteri Terawan' dengan sejumlah pertanyaan tentang penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.

Editor: Anita Kusuma Wardana
Istimewa
Sepak Terjang Menteri Terawan, Baru Saja 'Dipermalukan' Najwa Shihab setelah Wawancara Kursi Kosong 

TRIBUN-TIMUR.COM-Nama Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto terus menjadi sorotan semenjak Pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

Keberadaan Menteri Terawan pun terus menjadi 'misteri' bagi publik. Pasalnya, ia jarang terlihat tampil untuk menyampaikan informasi terbaru soal penanganan Covid-19.

Bahkan, Presiden Joko Widodo memilih Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan untuk penanganan Covid-19 di Indonesia, khususnya di sembilan provinsi.

Menteri Terawan kemudian menjadi 'bulan-bulanan' Najwa Shihab.

Dalam tayangan Youtube Najwa Shihab, Senin (28/9/2020), dirinya seakan-akan sedang berdialog 'langsung' dengan Terawan di panggung Mata Najwa.

Di hadapan kursi kosong, Najwa Shihab menyerang 'Menteri Terawan' dengan sejumlah pertanyaan tentang penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.

Video tersebut kemudian viral di media sosial. Nama Terawan kemudian menjadi Trending di Twitter, Selasa (29/9/2020) pagi.

Nama menteri Terawan trending di Twitter, Selasa (29/9/2020) pagi
Nama menteri Terawan trending di Twitter, Selasa (29/9/2020) pagi (Istimewa)

Lantas bagaimana sepak terjang Terawan Agus Putranto hingga ditunjuk Presiden Jokowi sebagai menteri kesehatan?

Terawan Agus Putranto menjabat sebagai Menteri Kesehatan sejak dilantik Presiden Jokowi pada 23 Oktober 2029.

Sebelum menjabat sebagai Menteri Kesehatan, Terawan diketahui menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.

Setelah diangkat menjadi menteri, Terawan kemudian pensiun dari kesatuan TNI.

Mengenal sosok Terawan

dr Terawan Agus Putranto
dr Terawan Agus Putranto (DOK RSPAD)

Nama dokter Terawan mungkin tak asing lagi di telinga kita karena kerap menangani para pesohor negeri, mulai dari pejabat, politisi, hingga bintang televisi.

Dokter tentara kelahiran Yogyakarta, 5 Agustus 1964 ini juga sempat menjadi pusat perhatian setelah mengenalkan terapi cuci otak atau brain wash untuk penderita stroke.

Berikut sosok dokter Terawan beserta kontroversinya.

1. Jadi dokter di usia muda

Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Mayjen TNI dokter Terawan Agus Putranto enggan menanggapi perihal keputusan pemberhentian sementara dari keanggotan IDI yang dikeluarkan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Persatuan Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) terhadap dirinya, Rabu (4/4/2018).(KOMPAS.com/DAVID OLIVER PURBA)
Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Mayjen TNI dokter Terawan Agus Putranto enggan menanggapi perihal keputusan pemberhentian sementara dari keanggotan IDI yang dikeluarkan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Persatuan Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) terhadap dirinya, Rabu (4/4/2018).(KOMPAS.com/DAVID OLIVER PURBA) ()

Dokter Terawan lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada di usia 26 tahun.

Dia kemudian melanjutkan pendidikan spesialis di Departemen Spesialis Radiologi Universitas Airlangga Surabaya.

Kemudian dokter Terawan mengambil program doktor di Universitas Hasanuddin (Unhas) pada 2016.

Judul disertasi Terawan adalah "Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, MOtor Evokde Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis" dengan promotor dekan FK Unhas, Prof Irawan Yusuf, PhD.

Terawan mulai menjadi dokter tentara pada 1990 dan ditugaskan di berbagai wilayah, hingga akhirnya menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta sejak 2015.

Terawan juga merupakan salah satu dokter kepresidenan. Dia sempat ditunjuk Jokowi untuk membantu merawat almarhum Ani Yudhoyono ketika menjalani pengobatan kanker darah di Singapura beberapa waktu lalu.

2. Kontroversi terapi cuci otak

Dokter Terawan saat Promosi Doktor di Aula Prof Dr Ahmad Amiruddin Fakultas Kedokteran Unhas 2016 lalu (kanan), Dokter Terawan dan Krishna Murti
Dokter Terawan saat Promosi Doktor di Aula Prof Dr Ahmad Amiruddin Fakultas Kedokteran Unhas 2016 lalu (kanan), Dokter Terawan dan Krishna Murti (IST/ kolase tribun-timur.com)

April tahun lalu, nama Terawan hangat diperbincangkan masyarakat. Saat itu Terawan memperkenalkan metode cuci otak atau brain wash yang diyakini dapat mengobati stroke.

Saat itu Terawan mengaku, terapinya memberi hasil bagus kepada pasien.

"Ada banyak pasien yang merasa sembuh atau diringankan oleh terapi cuci otak itu," kata Terawan dilansir Wartakotalive.

Di lain sisi, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyebut metode Digital Substraction Angogram (DSA) atau cuci otak untuk pengobatan stroke belum teruji secara klinis.

Ketua Umum PB IDI Prof dr Ilham Oetama Marsis, SpOG mengatakan, setiap teknologi dan metode pengobatan mesti melalui uji klinis.

"Harus dibuktikan kembali bahwa dengan cara itu saja apakah bisa menggantikan terapi konservatif yang ada? Belum tentu, dia harus membuktikan," kata Marsis kepada wartawan, Senin (9/4/2018).

Marsis menjelaskan, metode dan teknik pengobatan yang diterapkan Terawan telah teruji secara akademis ketika ia memperoleh gelar doktor di bidang kedokteran.

Namun, metode tersebut tetap harus diuji secara klinis dan praktis untuk bisa diterapkan kepada masyarakat luas.

3. Dianggap melanggar kode etik IDI

Ashanty Derita Penyakit Autoimun, Ditangani Dokter Terawan: Istri Anang Hermansyah Tuai Cibiran
Ashanty Derita Penyakit Autoimun, Ditangani Dokter Terawan: Istri Anang Hermansyah Tuai Cibiran (Screen IG @ashanty_ash)

Kontroversi terapi Digital Substraction Angogram (DSA) atau cuci otak untuk pengobatan stroke berujung pada pemecatan sementara Terawan dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK).

Ketua MKEK, dr Prijo Pratomo, Sp. Rad, mengatakan, MKEK tidak mempermasalahkan teknik terapi pengobatan DSA yang dijalankan Terawan untuk mengobati stroke. Namun yang dipermasalahkan adalah kode etik yang dilanggar.

"Kami tidak mempersoalkan DSA, tapi sumpah dokter dan kode etik yang dilanggar," ujarnya saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (4/4/2018).

Prijo menyebut ada pasal Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki) yang dilanggar.

Dari 21 pasal yang yang tercantum dalam Kodeki, Terawan telah mengabaikan dua pasal yakni pasal empat dan enam.

Pada pasal empat tertulis: Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Terawan tidak menaati itu, dan kata Prijo, Terawan mengiklankan diri. Padahal, ini adalah aktivitas yang bertolak belakang dengan pasal empat serta mencederai sumpah dokter. Sementara itu, kesalahan lain dari Terawan adalah berperilaku yang bertentangan dengan pasal enam.

Bunyi pasal enam Kodeki: "Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat".

"Sebetulnya kami tidak mengusik disertasi yang diajukan Terawan, apalagi Prof Irawan sebagai promotor," jelas Prijo.

Namun, temuan hasil penelitian akademik yang akan diterapkan pada pasien harus melalui serangkaian uji hingga layak sesuai standar profesi kedokteran.

Bukan berarti yang sudah ilmiah secara akademik lantas ilmiah secara dunia medis.

"Ada serangkaian uji klinis lewat multisenter, pada hewan, in vitro, in vivo. Tahapan-tahapan seperti itu harus ditempuh," imbuh Prijo.

Terapi pengobatan, kata Prijo, lagi-lagi mesti sejalan dengan sumpah dokter dan kode etik, termasuk dokter dilarang mempromosikan diri.

Testimoni yang berasal dari para pejabat, selebriti papan atas, atau pasien bukanlah evidence base yang menguatkan penelitian akedemik untuk layak dalam dunia medis.

Sanksi pemecatan dokter Terawan oleh IDI berlangsung selama 12 bulan sejak 26 Februari 2018 hingga 25 Februari 2019.

4. Tangani pasien stroke sejak 2005

Dokter terawan dan keluarga pasien
Dokter terawan dan keluarga pasien ()

Dilansir dari laman warta kota, Terawan mengaku sudah menerapkan metode cuci otak untuk mengatasi masalah stroke sejak tahun 2005.

"Sudah sekitar 40.000 pasien yang kami tangani," katanya.

Bahkan menurutnya, tak banyak komplain dari masyarakat yang ia terima sehingga menjadikan bukti keampuhan metode yang diterapkannya itu.

Setelah itu, ia menemukan metode baru untuk menangani pasien stroke yang disebut dengan terapi çuci otak dan penerapan program Digital Substraction Angiogram (DSA).

5. Metode cuci otak Terawan

Melansir dari TribunJateng, Dokter Terawan menjelaskan metode 'cuci otak' itu secara ringkas sebenarnya adalah memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah melalui pangkal paha penderita stroke.

Hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah terdapat penyumbatan pembuluh darah di area otak. Penyumbatan tersebut dapat mengakibatkan aliran darah ke otak bisa macet dan dapat menyebabkan saraf tubuh tidak bisa bekerja dengan baik.

Kondisi inilah yang terjadi pada penderita stroke.

Sumbatan tersebut melalui metode DSA kemudian dibersihkan sehingga pembuluh darah kembali bersih dan aliran darah pun normal kembali.

Cara membersihkan sumbatan pembuluh darah pun terdapat berbagai cara.

Mulai dari pemasangan balon di jaringan otak (transcranial LED) yang dilanjutkan dengan terapi.

Selain itu ada juga cara lain yaitu memasukkan cairan Heparin yang bisa memberi pengaruh pada pembuluh darah.

Cairan tersebut juga menimbulkan efek anti pembekuan darah di pembuluh darah.

"Ada banyak pasien yang merasa sembuh atau diringankan oleh terapi cuci otak itu," jelas Terawan.

Terawan pun menyediakan dua lantai ruangan di RSPAD khusus untuk menangani pasien stroke bernama Cerebro Vascular Center (CVV).

Dikabarkan setiap hari ada sekitar 35 pasien yang melakukan perawatan di ruangan ini. Biayanya pun berkisar antara Rp 35 juta sampai Rp 100 juta per pasien.

Berikut profil singkat dokter Terawan:

Nama: Terawan Agus Putranto

Panggilan: ir Terawan

Tempat/Tanggal Lahir: Yogyakarta, 5 Agustus 1964

Pasangan: Ester Dahlia

Pendidikan:

Fakultas Kedokteran Universitas Gajah mada tahun 1990.

S2, Spesialisasi Radiologi di Universitas Airlangga, Surabaya, pada tahun 2004.

S3, Doktor Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar pada tahun 2013.

Karier:

Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, tahun 2015.

Tim dokter kepresidenan tahun 2009.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia.

Ketua World International Committee of Military Medicine.

Ketua ASEAN Association of Radiology.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved