NU Sulsel Melawan PKI
Kenang G30S/PKI, Ulama NU Ungkap Perjuangan Hadji Kalla dan Jusuf Kalla Menghadapi Komunis di Sulsel
Pengkaderan diikuti kaum bapak, ibu, dan pemuda NU Sulsel. Pengkaderan ini disebut TC Banting Stir.
“Saya rasakan itu dalam membangkitkan GP Ansor di Kecamatan Mariso Makassar, mulai April 1965, setelah selesai ikuti TC Banting Stir NU tersebut,” kata Prof Hasyim Aidid.
Lanjut Prof Dr Hasyim Aidid, puncak situasi konflik politik yang sangat memanas dengan berbagai ulah PKI berlanjut dengan kekejaman yang sangat biadab menculik dan membunuh beberapa Jenderal pada dalam Gerakan 30 September 1965.
Perlawanan diluar PKI lalu bangkit. Segera dengan spontan terbentuklah Front Pancasila yang diketuai oleh tokoh PBNU Muh Subhan ZE.
“Di Makassar tampillah tokoh NU Sulsel Shaleh Bustami, bersama tokoh masyarakat lainnya seperti H Halide dan Patompo,” ujar Prof Hasyim Aidid.
Perlawanan dari kampus mahasiswa dan pelajar tak kalah sengitnya. Dengan dipelopori HMI , PMII, PMKRI, Terbentuklah KAMI ( Komite Aksi Mahasiswa Indonesia ).
Menurut Prof Hasyim Aidir di Makassar KAMI dipimpin oleh tiga serangkai, Muh Jusuf Kalla, Zainuddin Thaha, dan Rapiuddin Hamarung.
Dari kalangan pelajar dipelopori oleh PII terbentuk KAPPI (Komite Aksi Pemuda Pelajar Indonesia). Terkenal seorang pelopornya Muh Subair Bakri. Sementara GP Ansor dengan Bansernya bersama Pemuda Muhammadiyah dgn Kokamnya bergerak di kalangan masyarakat luas, melawan kekuatan PKI dan segala simpatisannya, atau antek-anteknya.
“Tetaplah seterusnya waspada terhadap antek PKI,” tegas Prof Hasyim Aidid.(*)