Nadiem Makarim Frustasi, Krisis Pendidikan di Indonesia Akibat Pandemi Covid-19 Jarang Dibahas
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menilai, masalah pendidikan jarang dibahas banyak kalangan saat Pandemi Covid-19
TRIBUN-TIMUR.COM- Pandemi Covid-19 melanda berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.
Akibat Pandemi Covid-19 berdampak di berbagai sektor, terutama perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi negara melemah, bahkan sejumlah negara telah mengalami resesi. Indonesia pun diambang resesi.
Namun, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menilai, masalah pendidikan jarang dibahas banyak kalangan saat Pandemi Covid-19 sekarang.
Padahal, menurut Nadiem Makarim, pendidikan menjadi salah satu indikator penting bagi negara agar bisa berkembang, selain faktor ekonomi dan kesehatan.
Hal tersebut disampaikan Nadiem Makarim dalam acara Yidan Prize Asia Pacific Annual Conference yang dilakukan secara virtual, Rabu (16/9/2020).

"Risiko ekonomi dan kesehatan banyak dibahas oleh banyak orang akibat pandemi ini. Risiko itu selalu dibicarakan dan tak pernah berhenti, tapi saya belum pernah mendengar dari banyak orang dalam membicarakan krisis pendidikan. Itu menjadikan saya frustasi, karena risiko dari pendidikan itu permanen bagi generasi negeri ini," ujar Nadiem.
Nadiem mengaku, persoalan itu ditambah lagi dengan kondisi Indonesia yang berbeda dengan negara lain.
Karena Indonesia merupakan negara kepulauan, makanya harus dibarengi infrastruktur memadai, agar proses pendidikan bisa berjalan baik.
Maka dari itu, kata Nadiem, Indonesia mempunyai beban lebih berat dibanding negara lain, dalam mengatasi pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini.
"Indonesia di masa sulit ini. Dengan memiliki pulau yang banyak dibanding negara lain. Masalah infrastruktur menjadi tantangan. Makanya, kita harus seimbang dengan berbagai risiko, seperti kesehatan, ekonomi hingga pendidikan," tegas pria yang pernah menjadi bos Gojek.
Masyarakat beradaptasi
Kondisi pandemi ini, sambung dia, tak hanya memperburuk Indonesia saja, tapi juga skala global.
Itu karena di masa pandemi ini, masalah ketahanan dapat terlihat dari akses infrastruktur dan status ekonomi masyarakat.
"Bagi yang mampu atau tidak mampu mengalami kesenjangan. Itu nyata. Yang mampu dapat bertahan dari dampak negatif di pandemi ini. Bagi yang tidak memiliki, mereka susah akan akses internet atau kuota. Itu bagi mereka menderita. Jadi itu yang terpikirkan bagi saya selama masa pandemi ini," terang Nadiem.