Tahun 2050
Ngeri Prediksi Tahun 2050, Jutaan Manusia di Bumi dalam Bencana Besar & Mengungsi, Gara-gara Hal Ini
Dengan perkiraan populasi dunia akan meningkat menjadi hampir 10 miliar pada tahun 2050 dan meningkatnya perebutan sumber daya yang memicu konflik.
TRIBUN-TIMUR.COM - Prediksi kehidupan Tahun 2050 sangat mengerikan.
Jutaan Manusia di Bumi dalam Bencana Besar & Mengungsi, Gara-gara Hal Ini?
• Bukannya Berfoya-foya Dapat Lotere Rp 52 M, Pasangan Ini Hidup Sederhana dan Uangnya Disumbangkan
• Viral di Sosmed, 2 Pelaku Tabrak Lari di Makassar Diringkus Polisi, Ditemukan Ganja Sintetis
Baru-baru ini sebuah analisis sempat membuat heboh dan perhatian banyak pihak.
Pasalnya dalam analisis tersebut menyebutkan lebih dari 1 miliar manusia terancam harus mengungsi pada tahun 2050 nanti.
Penyebabnya, lantaran terjadinya ancaman ekologi global.

Ancaman ini ini didorong oleh pertumbuhan populasi yang cepat kurangnya akses ke makanan dan air.
Serta meningkatnya paparan bencana alam yang harus dihadapi manusia termasuk risiko penyakit menular.
Institute for Economics and Peace (IEP) yang menyusun indeks terorisme dan perdamaian tahunan berlabel Ecological Threat Register.
• Berjaya Saat Jadi Bintang Film Dewasa, Kini Hidup Menyedihkan di Gorong Air, Begini Kisah Jenni Lee?
• Nonton TV Online Laga Timnas Indonesia U-19 vs Arab Saudi, Nonton Gratis di NET TV dan Live Mola TV
Dengan menggunakan data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sumber lain untuk menilai delapan ancaman ekologi.
Mereka juga memprediksi negara dan wilayah mana yang paling banyak terpapar risiko.
Dengan perkiraan populasi dunia akan meningkat menjadi hampir 10 miliar pada tahun 2050 dan meningkatnya perebutan sumber daya yang memicu konflik.
Penelitian menunjukkan sebanyak 1,2 miliar orang yang tinggal di daerah rentan
Seperti di sub-Sahara Afrika, Asia Tengah dan Timur Tengah mungkin saja dipaksa untuk bermigrasi pada tahun 2050.
“Ini akan memiliki dampak sosial dan politik yang besar, tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara maju,
"karena perpindahan massal akan menyebabkan arus pengungsi yang lebih besar ke negara-negara paling maju,” kata Steve Killelea, pendiri IEP.