Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
Kelola Seribu Ton Sampah Jadi Energi Listrik Lewat PLTSa
Sampah bukan hanya akan menjadi barang tak berharga, tapi akan menjadi sumber energi terbaru untuk kebutuhan listrik kota besar di Indonesia.
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Produksi sampah Kota Makassar mencapai 1.200 ton perhari. Sampah organik sebesar 57 persen, 43 persen non organik.
Produksi sampah yang berlimpah ini tidak dibarengi dengan pengolahan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa.
Sehingga, sampah menumpuk dan menimbulkan bau hingga terjadi kebakaran hebat September tahun 2019 lalu.
Sehingga, solusi paling utama adalah mengelola sampah itu sehingga menghasilkan energi untuk kelangsungan hidup masyarakat Kota Makassar.
Pemerintah Kota Makassar sudah menggadang-gadang untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
Dari level pusat, pemerintah juga sudah menetapkan Makassar sebagai salah satu dari 12 kota yang akan dibangun PLTSa.
Terhitung sejak 2019 hingga 2022 mendatang, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, ada 12 Pembangkit Listrik Tenaga Sambah (PLTSa) yang bakal beroperasi guna menyelesaikan persoalan sampah di Indonesia.
Surabaya (10 MW) akan menjadi kota pertama yang mengoperasikan pembangkit listik berbasis biomassa tersebut dari volume sampah sebesar 1.500 ton/hari dengan nilai investasi sekitar US$ 49,86 juta.
Lokasi PLTSa kedua berada di Bekasi. PLTSa tersebut memiliki nilai investasi sebesar US$ 120 juta dengan daya 9 MW. Selanjutnya, ada tiga pembangkit sampah yang berlokasi di Surakarta (10 MW), Palembang (20 MW), dan Denpasar (20 MW).
Total investasi untuk menghasilkan setrum dari tiga lokasi yang mengelola sampah sebanyak 2.800 ton/hari sebesar US$ 297,82 juta.
Sisanya, Jakarta sebesar 38 MW dengan investasi US$ 345,8 juta, Bandung dengan kapasitas 29 MW dan investasi sebesar US$ 245 juta, Makassar, Manado, dan Tangerang Selatan dengan masing-masing kapasitas 20 MW dan investasi yang sama, yaitu US$ 120 juta.
Pemerintah Kota Makassar sudah mendatangkan investor dari Jakarta Japan Club, PT Sumitomo. Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah menerima langsung investor itu di Balaikota Makassar, Jl Ahmad Yani, Makassar, Sulsel, Rabu (11/9/2019).
PT Sumitomo selama ini fokus membangun pembangkit listrik tenaga sampah di dunia.
PT Sumitomo Corporation menggandeng Hitachi Zosen dari Jepang menawarkan secara serius kerja sama dengan Pemerintah Kota Makassar untuk pembangunan PTLSa.
PLTSa Makassar bakal mengolah 1 ton sampah menjadi energi listrik sebesar 400-800 kWh.
TPA Tamangapa Makassar menampung sampah 1.131 Ton per hari dari estimasi jumlah penduduk kota Makassar 1,5 Juta jiwa.
PT Sumitomo bakal melakukan feasibility studi (studi kelayakan) paling lambat satu tahun. "Hasil feasibility studi ini akan menentukan kapasitas mesin," kata Nurdin Abdullah, beberapa waktu lalu.
Ia lebih berharap jika sampah Maros, Gowa dan Takalar bisa masuk ke PLTSa ini.
"Misalnya, dari Maros Gowa, kalau Maros membuat alat sendiri, maka potensi sampah terlalu sedikit. Makin banyak sampah makin bagus," katanya.
Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) menjadi leading sector proyek ini.
"Pihak kementerian mengundang beberapa feasibility studi. Nanti Kemenko Kemaritiman yang tentukan itu," katanya.
Dasar hukum pembangunan PLTSa sangat jelas yakni Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan pada 12 April 2018.
Saat ini, Pemerintah Kota Makassar sudah memasukkan bantuan fasilitas Project Development Facility ke menteri keuangan.
“Berapa kebutuhannya, tergantung teknologi yang akan digunakan nantinya,” kata pelaksana tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar, Iskandar, Sabtu (9/5/2020).
Kota Surabaya menjadi yang perama memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Indonesia.
PLTSa di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo ini, dibangun atas kerja sama antara Pemkot Surabaya dengan PT Sumber Organik (SO) yang menggunakan teknologi Gasifikasi Power Plant.
Dari teknologi gasifikasi itu mampu menghasilkan listrik 12 megawatt melalui pengolahan sampah 1.000 ton per hari.
Presiden Joko Widodo akan meresmikan PLTSa pertama di Indonesia ini, Oktober 2020. Ke depan, sampah bukan hanya akan menjadi barang tak berharga, tapi akan menjadi sumber energi terbaru untuk kebutuhan listrik kota besar di Indonesia.
Untuk mendukung itu, butuh dukungan penuh pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan sampah menjadi berharga, yakni energi terbarukan.(*)