Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Perjuangan Guru Honorer

Ahmad, Sang Guru Honorer Membangun Semangat di Timur Enrekang

Koneksi sinyal dan kepemilikan gawai inilah yang jadi tantangan Ahmad mengajar di daerah pedalaman selama pandemi.

Penulis: Hasriyani Latif | Editor: Hasriyani Latif
dok pribadi/ahmad
Murid SDN 196 Buntu Kasisi di Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan saat mendapat kunjungan mengajar dari guru di rumahnya, beberapa waktu lalu. 

Sebelum corona 'menyerang', Ahmad harus menempuh jarak sekitar 5 kilometer dari rumah untuk sampai ke sekolah.

"Itu kalau tidak hujan. Kalau hujan, harus putar jalan lagi sekitar 10 kilometer baru sampai," ujar Ahmad saat menceritakan pengalamannya mengajar di kecamatan yang berada di bagian timur Enrekang itu kepada tribun-timur.com, Sabtu (29/8/2020).

Nah, disaat corona mewabah dan sekolah diimbau untuk tidak melakukan pembelajaran tatap muka, Ahmad harus putar otak agar murid-muridnya tak ketinggalan mata pelajaran.

Ia mengaku menerapkan metode daring dan luring. Sebagai guru kelas, ia tiap hari memberikan tugas kepada muridnya via grup WhatsApp (WA).

Masalah muncul ketika tak semua murid punya perangkat HP. Karenanya ia pun berninisiatif untuk mendatangi rumah muridnya satu per satu.

"Dari 15 murid ada sekitar sembilan orang yang tidak punya HP. Itupun ada yang numpang ke rumah tetangga," ujar guru kelas 3 SD ini.

"Karena aturannya memang seperti itu, tidak bisa tatap muka, yah yang tidak punya HP didatangi rumahnya. Kasihan juga kalau mereka ketinggalan mata pelajaran. Intinya bagaimana mereka bisa tetap belajar meski di tengah pandemi," lanjutnya.

Ketika situasi tidak memungkinkan, seperti hujan deras, maka ia memberikan opsi lain kepada murid dalam mengumpulkan tugas.

Murid SDN 196 Buntu Kasisi di Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan saat mendapat kunjungan mengajar dari guru di rumahnya, beberapa waktu lalu.
Murid SDN 196 Buntu Kasisi di Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan saat mendapat kunjungan mengajar dari guru di rumahnya, beberapa waktu lalu. (dok pribadi/ahmad)

Maklum, karena berada di daerah perbukitan dan jalanan juga kurang bagus, sehingga tidak memungkinkan bagi Ahmad mendatangi rumah murid-muridnya kala hujan lagi deras-derasnya.

"Tugas rutin setiap jam 8 pagi. Nanti Hari Jumat orangtua datang ke sekolah kumpul tugas sekalian ambil tugas lagi," ungkap pria lajang ini.

Jangankan yang tak punya HP, yang punya perangkat pun kadang terkendala jaringan sehingga murid kadang bermasalah dalam mengumpulkan tugas-tugas yang sudah diselesaikan.

"Kalau di sini itu sinyal yang ada hanya dua operator. Tapi yang paling bisa dipakai itu Telkomsel. Itupun kadang jaringannya loading-loading. Timbul tenggelam. Tapi lumayanlah untuk pesan WA cukup lancar jadi terbantu juga untuk memberikan tugas-tugas sekolah," ungkapnya.

Semangati Murid Meraih Cita-cita

Mendatangi rumah murid satu per satu memang bukan perkara mudah. Apalagi kondisi jalan tidak mulus. Beruntung, kawasan itu masih bisa diakses menggunakan sepeda motor.

"Tapi tak bisa balap-balap. Pakai motornya harus hari-hati karena jalanan kan tidak mulus. Salah ambil posisi bisa jatuh," kata Ahmad.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved