Menanti Senja di Puncak Buttu Pattu Mea Majene
Konon, objek wisata ini diberi nama Buttu Pattu Mea lantaran di area tempat wisata terdapat batu berwarna merah.
Penulis: Semuel Mesakaraeng | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUNMAJENE.COM, PAMBOANG - Sepintas, Buttu Pattu Mea memiliki makna biasa-biasa saja, namun siapa sangka Buttu Pattu Mea memiliki history tersendiri.
Buttu Pattu Mea terdiri dari tiga suku kata yakni Buttu (gunung), Pattu (batu) dan Mea (merah).
Puncak Buttu Pattu Mea terletak di Desa Betteng, Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.
Konon, objek wisata ini diberi nama Buttu Pattu Mea lantaran di area tempat wisata terdapat batu berwarna merah.
Namun sayang, Pattu Mea tinggal nama lantaran batu itu sudah tertutupi aspal beton.
Puncak Buttu Pattu Mea berada di atas ketinggian kurang lebih 370 meter dari permukaan laut (MDPL).
Objek wisata ini dibangun sejak tabun 2019, dengan memiliki beberapa fasilitas berupa gazebo, warung, ruang pertemuan dan spot selfie dan monumen benteng pertahanan.
Berada di atas Puncak, pengunjung dapat menikmati keindahan matahari terbenam di sebelah barat.
Selain menikmati mata hari terbenam, pengunjung juga bisa menikmati pemandangan deretan pegunungan sembari menikmati segelas kopi dan menu spesial lainnya yang disediakan di warung di area tempat wisata.
Di atas Puncak yang memiliki dataran kurang lebih seluas 100 persegi, pengunjung juga diperbolehkan mendirikan tenda bagi yang ingin menginap.
Untuk tarif masuk, pengunjung cukup mengeluarkan biaya Rp.5000, untuk harga minuman dan makanan ringan, juga cukup terjangkau.
Selain memiliki pemandangan alam dan spot selfie, di objek wisata ini, juga terdapat cerita sejarah di balik perjuangan masyarakat setempat melawan penjajah Belanda.
Itu dibuktikan dengan adanya sebuah Benteng pertahanan masyarakat di sekitar area tempat wisata, yang dipagar dengan susunan batu setinggi mencapai 3 meter.
"Di sini ada Benteng pertahanan, menurut ceritanya, Benteng ini bukti sejarah perjuangan masyarakat pada zaman Belanda," kata Sumarjo salah satu pemilik warung kepada Tribun Timur, Senin (31/8/2020) petang tadi.
Bagi anda yang senang melancong, jangan lewatkan objek wisata yang satu ini. Untuk tiba di puncak dari ibu kota Majene, hanya membutuhkan waktu tempuh sekira 30 menit, berjarak kurang lebih 14 Km.
Bagi anda yang ingin berkunjung, direkomendasikan untuk menggunakan kendaraan sepeda motor lantaran jalan cukup terjal dan mendaki.
Namun tidak berarti kendaraan roda empat tidak bisa naik, jalannya agak mulus, hanya sedikit menanjak.
Namun jagan khawatir, sebab itu akan terbayarkan jika anda sudah berada di atas puncak.
"Bagus pemandangannya, suasananya sejuk, hanya perlu sedikit ditambah beberapa fasilitas pendukung," ujar Masfajar salah satu pengunjung.