Suami Menyerah
Tak Kuat Layani Hasrat Istri Usia 30-an, Pria Tulungagung Memilih Cerai 'Sehari Sampai 9 Ronde'
Tak Kuat Layani Hasrat Istri Usia 30-an, Suami di Tulungagung Memilih Cerai 'Sehari Sampai 9 Ronde'
Pasangan itu diputuskan bercerai oleh Pengadilan Agama, dan telah resmi secara hukum.
Karena pasangan itu belum memiliki anak, jadi mereka tidak berurusan dengan masalah hak asuh, dan perceraiannya lancar.
• Prakiraan Cuaca Jumat 21 Agustus 2020: Berikut Daftar Wilayah Rawan Cuaca Ekstrem Menurut BMKG
• UPDATE Corona Sulsel, Sulbar, Sultra, Gorontalo, Kaltara, Kaltim dan Kalteng, Lihat Kasus Terbanyak
Kisah ini dikatakan menimbulkan kehebohan di jejaring Indonesia, bahkan sampai terendus oleh media asal Vietnam dan menulis berita unik ini.
Banyak komentar beragam, ada yang menyalahkan suaminya namun ada pula yang menyalahkan sang istri.
"Saya melihat banyak pasangan yang memiliki masalah soal seksualitas, namun berhasil diselesaikan dengan cara damai," kata seorang warganet.
"Seharusnya mereka saling mengerti satu sama lain, sangat disayangkan mereka harus bercerai karena salah satunya adalah masalah ini," jelas komentar lainnya.
Apa Itu Nymphomania?
Seorang suami di Tulungagung, Jawa Timur, minta cerai.
Penyebabnya tak bisa lagi melayani permintaan Istri, sehari bisa sembilan kali bercinta.
Sedang viral di lini masa cerita tentang seorang suami di Tulungagung yang menggugat cerai istrinya yang hiperseks.
Sang istri diceritakan bisa meminta jatah berhubungan intim sembilan kali dalam sehari.
Menurut salah seorang psikolog asal Tulungagung Ifada Nur Rohmania, hubungan seksual yang tidak terkontrol pada seorang perempuan disebut Nymphomania.
Namun sang perempuan sangat dimungkinkan tidak menikmati hubungan tersebut.
"Sangat dimungkinkan justru tidak menikmati hubungan seksual itu sendiri, karena bisa akibat depresi, masalah karir, percintaan yang gagal, dan sebagainya," kata Ifada dikutip dari detik.com (15/08/2020).
Dijelaskan Ifada, persoalan hiperseksualitas biasanya disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah bentuk dari pelarian sebuah persoalan yang bersumber oedipal yang tidak teratasi.