Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Disertasi Haji Bugis

Teliti Keunikan Haji Bugis atau Aji Ugi, Ketua LTN NU Sulsel Raih Gelar Doktor di UIN Alauddin

Teliti Keunikan Haji Bugis atau Aji Ugi, Peneliti BLAM Makassar dan juga Ketua LTN NU Sulsel Raih Gelar Doktor di UIN Alauddin

Editor: Mansur AM
LTN NU
Peneliti Balai Litbang Agama Kota Makassar, Syamsurijal Adhan 

TRIBUN-TIMUR.COM - Peneliti Balai Litbang Agama Kota Makassar (BLAM), Syamsurijal Adhan, meraih gelar doktor setelah berhasil mempertahankan penelitiannya di hadapan para tim penguji di Kampus UIN Alauddin Makassar, Selasa (18/8/2020). 

Mengutip website BLAM,  mantan aktivis PMII UIN Alauddin Makassar itu kini bisa menyematkan gelar Doktor di depan namanya, seusai Sidang Promosi Doktor di Universitas Islam Negeri (UIN) Makassa.

Selama sekitar dua jam lebih, yang ditayangkan lewat aplikasi zoom dan ditonton ratusan audiens, Ijal, sapaan akrab Syamsurijal, berhasil mempertahankan disertasinya “Aji Ugi (Studi Perjumpaan Agama, Tradisi Lokal, dan Gaya Hidup Modern, dalam Masyarakat Bugis Segeri).”

Seusai sidang promosi, Promotor dan Penguji kemudian memutuskan “mengganjar” ayah tiga putri ini, dengan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,92 atau “Sangat Memuaskan.”

Dengan demikian, Ketua Lembaga Ta’lif wa Nasyr Nahldatul Ulama (LTN-NU) Sulawesi Selatan, 2019-2024, termasuk Doktor 841 yang telah dihasilkan UIN Makassar. Di BLAM sendiri, Ijal tercatat sebagai Doktor ke-11.

Sidang Promosi Doktor Syamsurijal menghadirkan enam Promotor dan Penguji, serta satu Penguji Eksternal.

Selaku Promotor dan Penguji, Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si, Prof Dr. H. Muh. Ramli, M.Si, Wahyuddin Halim, MA, Ph.D, Prof Dr. H. Usman Jafar, MA, Dr. H. Norman Said, MA, dan Dr. Andi Aderus, yang juga bertindak selaku pimpinan sidang. Sedangkan Penguji Eksternal, Prof. Dr. H. Abd. Kadir Ahmad, MS, Peneliti Ahli Utama BLAM.

Jalannya Sidang Promosi

Seusai mempromosikan temuan riset di depan tim sidang, Syamsurijal menjawab semua pertanyaan yang diajukan tim promotor dan penguji, dengan lancar. Ia pun berbicara dengan bersemangat. Syamsurijal mengusai betul temuan lapangan disertasinya ini.

Alhasil, beberapa kali promotor maupun penguji, terdengar memberikan pujian atas jawaban-jawaban yang diberikan. Prof Ramli, misalnya, mengaku apa yang ditulis dan ditemukan Syamsurijal luar biasa.

Bahkan, Wahyuddin Halim, sempat menanyakan, apa perbedaan meneliti disertasi dengan penelitian lapangan yang biasa dilakukan di kantornya.

“Anda ini sudah punya jam terbang tinggi di dunia penelitian. Pertanyaan saya, apakah ada perbedaan antara meneliti di BLAM dengan menulis disertasi?” tanya Wahyuddin Halim.

“Dari sisi waktu, meneliti untuk disertasi membutuhkan waktu lebih panjang, apalagi dengan pendekatan etnografi. Sedangkan di BLAM, saya kurang punya banyak waktu untuk menggali data lebih dalam lagi, karena waktunya dibatasi,” jawab Syamsurijal.

Menggunakan penelitian Etnografi, Syamsurijal banyak menemukan data “unik”, yang sebenarnya kerap diabaikan sebagian besar peneliti. Misalnya, ketika ia menyatakan, bahwa bagi Orang Segeri, merantau tidak hanya dimaknai sebagai meninggalkan kampung halaman menuju daerah lain.

“Ada tradisi terkenal di kalangan perantau Orang Segeri, yaitu merantau pakai songkok hitam, pulang kampung pakai songkok putih. Maksudnya, tujuan akhir orang Segeri merantau adalah naik haji, yang dianggap oleh mereka sebagai puncak kekayaan,” kata Presidium Forum Mahasiswa Kota Makassar (FORMAKAR) 2000-2001.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved