Sulbar
Kepala Desa di Sulbar Bunuh Diri, Tulis Wasiat: Jangan Masuk Politik karena Tak Sesuai Ajaran Agama
Tertekan Terus 'Dipaksa' Bohong Selama Menjabat, Kades di Sulbar Bunuh Diri Tinggalkan Wasiat: Jangan Pernah Masuk Politik, Tak Sesuai Ajaran Agama
Penulis: Semuel Mesakaraeng | Editor: Arif Fuddin Usman
Sementara itu, Alber sang keponakan yang masih tak menyangka bahwa buang air besar adalah ucapan terkahir Pelipus mengatakan, ia tak melihat tas yang dimaksud.
"Saya tidak lihat tasnya, yang ada itu saya punya tas yang saya taruh di depan," ujar Alber.
Pesan untuk Pak Camat
Rupanya, sebelum memutuskan bunuh diri, Pelipus sempat memberikan pesan untuk Camat Rantebulahan Timur, Elim Tupa'langi.
Menurut Erim, sebelum meninggal dunia Pelipus sempat berniat untuk membangun Desanya dengan tulus.
Pelipus berpesan bahwa setelah persoalan di desanya tuntas, ia akan mengabdi untuk Buangin.
"Setelah dimediasi dengan mahasiswa dua hari yang lalu, dia sepakat membangun Desa Buangin," kata Camat.
Pelipus, sempat didemo oleh mahasiswa karena diangap tak transparan masalah dana.
Surat wasiat untuk keluarga
Tak lama setelah kepergian Pelipus, seorang kerabat yang juga aparat di desanya bernama Gunawan, menemukan sederet pesan untuk keluarga yang tertulis dalam tinta hitam.
Gunawan menemukan surat wasiat tersebut di lemari milik Pelipus.
Diketahui, Pelipus memiliki seorang istri bernama Elsi dan dua anak bernama Arga dan Dirga.
"Pesan-pesan saya buat keluarga, kiranya apa yang terjadi pada saat ini tidak mempengaruhi hubungan atau tekanan keluarga." bunyi surat Pelipus.
"Untuk istri tercinta (Elsi) jaga baik-baik Arga sama Dirga, sekolahkan dengan baik, maafkan aku yang belum bisa membahagiakan.
Buat ananda Arga/Dirga, sekolah yang baik agar tidak mengulang apa yang dilakukan bapak kalian, jangan sekali-kali masuk jalur politik karena tidak sesuai dengan ajaran agama kita.