Mata Najwa
Serunya Mata Najwa Semalam, Benarkah Ada Intrik Tingkat Tinggi Calon Kapolri di Kasus Joko Tjandra?
Serunya Mata Najwa tadi malam di Trans 7, host Najwa Shihab membahas kesaktian Joko Tjandra apa hubungannya calon Kapolri ?
TRIBUN-TIMUR.COM - Talkshow Mata Najwa tadi malam di Trans 7 berlangsung seru!
Host Mata Najwa Najwa Shihab mengangkat tema Buronan Istimewa.
Lalu apa hubugannya dengan bursa calon Kapolri ?
Siapa lagi kalau bukan kasus buronan koruptor kakap Joko Tjandra yang dinilai 'mempermalukan dan mengobrak-abrik' institusi Negara.
Lowongan Kerja BUMN PT Pertamina Training and Consulting Cari Karyawan 25 Posisi, Daftar di Link Ini
Lowongan Kerja Terbaru - PT Pegadaian Cari Karyawan Mulai Tamatan SMA, Cek Syarat, Benefit, dan Link
10 Cara Mengatasi HP Lemot, Kenali Dulu Penyebabnya
Buronan lain Edy Tanzil juga dibahas di Mata Najwa.
Benarkah kasus Joko Tjandra ini hanya permainan intrik terkait perebutan jabatan Kapolri yang tak lama lagi ditinggalkan Jenderal Idham Azis?
Di Mata Najwa tadi malam, ketika ditanya Najwa Shihab perihal kasus Djoko Tjandra diduga digunakan dalam perebutan jabatan Kapolri, Komisioner Kompolnas Andrea Pulungan mengatakan, "Feeling pribadi saya kok sepertinya seperti itu."
Andrea mempertanyakan mengapa bisa surat-surat yang bersifat rahasia jabatan keluar ke publik, termasuk dimiliki Koordinator MAKI Boyamin.
Boyamin mengaku mendapatkan dokumen tersebut dari penegak hukum di luar kepolisian. "Tidak ada hubungannya dengan intrik Kapolri," ujar Boyamin.
Simak selengkapnya:
Bursa Calon Kapolri, 8 Perwira Tinggi Berpeluang
Dalam waktu dekat, Jenderal Pol Idham Azis rencananya pensiun.
Bursa Kapolri pun mulai ramai jadi pembahasan
Melansir Indonesia Police Watch (IPW), Geng Solo punya peluang mengisi kursi Trunojoyo 1.
Geng Solo di polisi sekarang ini merujuk perwira tinggi yang pernah bertugas di Surakarta atau Solo, kampung Presiden RI Jokowi.
Namun geng-geng lain juga tidak bisa diabaikan.
Geng-geng di internal Mabes Polri kembali jadi perhatian. Yang menonjol Geng Solo kembali jadi bahan perbincangan menyusul rencana suksesi Kapolri Jenderal Idham Azis.
Kapolri calon pengganti Jenderal Idham Azis diprediksi datang dari Geng Solo ini.
Selain Geng Solo, Indonesian Police Watch (IPhttp://search.google.com/test/amp?skip_amp_follow=true&id=Wx7wofno7pm--H-Wo0nH6gW) juga menyebut ada Geng Idham dan Geng Netral yang sedang kuat di tubuh Mabes Polri saat ini.
Sebelum tiga geng ini, ada Geng Tito, Geng BG dan Geng Syafruddin.
Namun tiga geng terakhir ini sudah meredup di Mabes Polri.
Dalam bursa calon Kapolri pengganti Idham Azis dalam waktu dekat, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane via keterangan tertulis mengatakan, ada tiga kelompok yang menonjol saat ini.
Yakni Geng Solo terdiri atas jenderal jenderal yang pernah bertugas di Solo.
Geng Idham yakni para jenderal yang dekat dengan Kapolri Idham Azis, dan Geng Netral yang dekat dengan semua pihak.
Menurut Neta, tiga kelompok yang sebelumnya sempat mendominasi putaran elit kekuasaan di Polri, saat ini sudah terkikis dan tersingkir dari putaran elit kekuasaan internal kepolisian tersebut.
"Yakni Geng Syafruddin, Geng Tito, dan Geng Budi Gunawan (BG). Dalam sejumlah mutasi di era Kapolri Idham Azis kelompok Syafruddin dan Tito perlahan tapi pasti tersingkir dari putaran elit kekuasaan di kepolisian," katanya.
Sedangkan Geng BG tersisih di luar lembaga kepolisian, meski mendapat pangkat menjadi jenderal bintang tiga.
"Lalu, apakah jenderal jenderal bintang tiga Geng BG yang berada di luar Polri ini bisa kembali ke internal kepolisian dan masuk dalam bursa calon Kapolri, kita tunggu saja," ujarnya lagi.
Siapa saja Geng Solo dimaksud? Cek selengkapnya:
1. Irjen Nana Sudjana (Kapolda Metro Jaya)
Irjen Nana Sudjana sempat jadi perbincangan Desember 2019 lalu.

Indonesian Police Watch (IPW) saat itu menyebut Irjen Nana Sudjana tidak punya prestasi mencolok hingga tidak layak jadi Kapolda Metro Jaya.
Kelebihan Irjen Nana Sudjana saat itu hanya karena pernah jadi Kapolresta di Solo, kampung Presiden Jokowi.
Wakil Ketua Komisi III dari Fraksi NasDem Ahamad Sahroni tidak sependapat dengan pendapat Indonesia Police Watch (IPW) yang menyebut penunjukkan Irjen Pol Nana Sudjana sebagai Kapolda Metro Jaya untuk menonjolkan adanya ‘geng Solo di Polri’.
Sebutan ‘geng Solo’ itu yakni mereka yang pernah menjabat sebagai Kapolresta Solo saat presiden Jokowi menjabat Wali Kota Solo.
Untuk diketahui Nana pernah menjabat sebagai Kapolresta Solo pada 2010 saat Jokowi menjabat Walikota.
Sahroni mengatakan bahwa pendapat IPW tersebut mengada-ngada.
Menurutnya, penunjukkan Irjen Pol Nana Sundjana sebagai Kapolda Metro Jaya berdasarkan penilaian objektif.
“Pasti ada kriteria profesionalnya lah, nggak mungkin ujug-ujug diangkat jadi Kapolda Metro Jaya dengan alasan yang sembarangan. Menurut saya, anggapan bahwa Pak Nana ditunjuk sebagai Kapolda Metro karena dirinya pernah menjabat sebagai Kapolresta Solo itu tidak berdasar,” ujar Sahroni kepada wartawan Selasa (24/12/2019).
Menurutnya jabatan Kapolda Metro jaya sangatlah strategis.
Orang yang menempati posisi tersebut harus benar-benar layak.
Karena itu, ia yakin Kapolri Jenderal Idham Azis mengangkat Kapolda Metro Jaya bukan karena faktor kedekatan saja.
“Ini jabatan yang sangat strategis, nggak bisa main-main. Jadi pasti Pak Kapolri juga sudah mempertimbangkan berbagai hal secara matang dan objektif. Selain itu, para polisi ini juga berjenjang kariernya. Jadi walaupun benar bahwa mereka pernah dinas di Solo, saya rasa semua Akpol juga kayaknya pernah dinas di sana.” Katanya.
2. Irjen Ahmad Luthfi Kapolda Jateng
Irjen Pol Drs. Ahmad Luthfi, S.H., S.St., M.K lahir di Surabaya, Jawa Timur, 22 November 1966.
Umur kini 53 tahun
Ia adalah seorang perwira tinggi Polri yang sejak 1 Mei 2020 menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah.
Luthfi, lulusan Sepamilsuk Polri 1989 ini berpengalaman dalam bidang intel.
Jabatan terakhir jenderal bintang dua ini adalah Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah.
Pernah Wakapolres Solo 2011 dan Kaporresta Solo 2015 lalu.
3. Bareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo

Komjen Listyo Sigit Prabowo Kabareskrim Polri (Kompas.com)
Komjen. Pol. Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si
Llahir di Ambon, Maluku, 5 Mei 1969
Umur 51 tahun
Saat ini, dia menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri sejak tanggal 6 Desember 2019.
Listyo tercatat pernah menduduki sejumlah jabatan penting.
Dia adalah Ajudan Presiden RI Joko Widodo. Ia kemudian menjabat Kepala Kepolisian Daerah Banten, Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan terakhir sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri.
Pernah Kapolresta Solo tahun 2011 lalu.
4. 8 Calon Kapolri Potensial, Ada Ajudan SBY
Kapolri Jenderal Idham Azis sebentar lagi akan diganti
Kenapa bisa?
Wacana siapa pengganti Jenderal Pol Idham Azis sebagai Kapolri sudah mulai berhembus.
Kedelapan nama itu adalah mereka yang punya pangkat jenderal bintang tiga dan dua
Siapa-siapa saja mereka?
Diketahui bahwa Jenderal Pol Idham Azis pensiun masih sekira tujuh bulan lagi atau Januari 2021
Daftar nama kandidat pengganti Jenderal Idham Azis disebutkan Indonesia Police Watch (IPW)
Dilansir dari Warta Kota, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyebutkan bahwa ada delapan nama yang masuk sebagai calon kuat dalam bursa calon Kapolri.
Dari pendataan IPW, kata Neta, kedelapan nama itu terdiri atas lima jenderal bintang tiga (Komjen) dan tiga bintang dua (Irjen).
"Mereka lulusan Akademi Kepolisian tahun 1988 A hingga lulusan tahun 1991," kata Neta dalam pesan tertulisnya kepada Wartakotalive.com, Kamis (11/6/2020).
Delapan itu yakni:
Jenderal bintang tiga
1. Komjen Rico (Kabaintelkam).
2. Komjen Agus (Kabaharkam)
3. Komjen Boy Rafly (Kepala BNPT)
4. Komjen Sigit (Kabareskrim)
5. Komjen Gatot (Wakapolri).
Jenderal bintang dua:
6. Irjen Nana Sudjana (Kapolda Metro Jaya)
7. Irjen Lufti (Kapolda Jateng)
8. Irjen Fadhil (Kapolda Jatim).
Ketiga jenderal bintang dua ini bisa masuk bursa calon Kapolri, karena menjelang Idham Azis pensiun ada dua posisi jenderal bintang tiga yang bakal pensiun, yakni Kepala BNN dan Sestama Lemhanas.
Bahkan, jika menjelang 1 Juli 2020 ini posisi Kakorbrimob dijadikan bintang tiga, peluang jenderal bintang dua untuk masuk menjadi bintang tiga menjadi tiga posisi.
"Sebab keberadaan Kakorbrimob dengan pangkat Komjen sudah disetujui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan tinggal menunggu penetapan dan pelantikan saja," kata Neta.
Sesuai prosedurnya, menurut Neta, nama calon Kapolri itu akan digodok Dewan Kebijakan Tinggi (Wanjakti) Polri yang diketuai Wakapolri dan anggotanya Irwasum, Assisten SDM, dan Kadiv Propam.
"Nama-nama yang digodok Wanjakti ini lalu diserahkan Kapolri kepada presiden untuk dipilih, kemudian dilakukan uji kepatutan di Komisi 3 DPR," katanya.
Di sisi lain, menurut Neta, Kompolnas juga memberikan nama-nama calon kapolri sebagai usulan kepada presiden.
Dalam bursa calon Kapolri kali ini, Neta mengatakan, ada tiga kelompok yang menonjol yakni Geng Solo terdiri atas jenderal jenderal yang pernah bertugas di Solo.
Geng Idham yakni para jenderal yang dekat dengan Kapolri Idham Azis, dan Geng Netral yang dekat dengan semua pihak.
Menurut Neta, tiga kelompok yang sebelumnya sempat mendominasi putaran elit kekuasaan di Polri, saat ini sudah terkikis dan tersingkir dari putaran elit kekuasaan internal kepolisian tersebut.
"Yakni Geng Syafruddin, Geng Tito, dan Geng Budi Gunawan (BG). Dalam sejumlah mutasi di era Kapolri Idham Azis kelompok Syafruddin dan Tito perlahan tapi pasti tersingkir dari putaran elit kekuasaan di kepolisian," katanya.
Sedangkan Geng BG tersisih di luar lembaga kepolisian, meski mendapat pangkat menjadi jenderal bintang tiga.
"Lalu, apakah jenderal jenderal bintang tiga Geng BG yang berada di luar Polri ini bisa kembali ke internal kepolisian dan masuk dalam bursa calon Kapolri, kita tunggu saja," ujarnya lagi.
Selain itu, kata Neta, ada dua hal lagi yang menarik untuk dicermati.
Pertama, nama mantan ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Komjen Rico disebut sebagai calon kuat Kapolri pengganti Idham Azis, karena Rico adalah Adimakayasa Akpol 88 B.
"Jika hal itu terjadi tentunya ini menjadi fenomena baru, tidak hanya di dalam dinamika kepolisian tapi juga dalam dinamika politik, dimana mantan ajudan Presiden SBY bisa menjadi Kapolri di era Presiden Jokowi," katanya.
Kedua, nama Irjen Fadil sebagai calon pengganti Idham Azis karena Kapolda Jatim ini salah satu 'tim sukses' saat Idham Azis mengikuti uji kepatutan menjadi kapolri di DPR.
"Terlepas siapa pun yang menjadi kapolri yang dipilih Presiden Jokowi nanti, dinamika prosesnya menarik untuk dicermati. Selain itu tugas berat tentunya menanti, Kapolri baru," kata Neta.(*)
Lowongan Kerja BUMN PT Pertamina Training and Consulting Cari Karyawan 25 Posisi, Daftar di Link Ini
Lowongan Kerja Terbaru - PT Pegadaian Cari Karyawan Mulai Tamatan SMA, Cek Syarat, Benefit, dan Link
10 Cara Mengatasi HP Lemot, Kenali Dulu Penyebabnya
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dan Wartakotalive dengan judul Jabatan Berakhir 6 Bulan Lagi, 8 Nama Calon Kuat Pengganti Jenderal Idham Azis Mulai Diperbincangkan