Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Penyaluran Rastra

Rastra di Mamasa Tuai Protes Lantaran Dianggap Tidak Layak Konsumsi, Ini Faktanya

Sejumlah warga Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Desa Bombong Lambe, Kecamatan Mamasa, mengembalikan jatah beras.

Penulis: Semuel Mesakaraeng | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/SEMUEL
Agen bersama pendamping penyaluran rastra di Lingkungan Tatoa saat memeriksa beras yang akan disalurkan ke warga. 

TRIBUNMAMASA.COM, MAMASA - Beberapa pekan lalu tepatnya 29 Juni 2020, penyaluran beras sejahtera (Rastra) di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat menjadi sorotan lantaran dianggap tidak layak konsumsi.

Hal tersebut berawal saat sejumlah warga Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Desa Bombong Lambe, Kecamatan Mamasa, mengembalikan jatah beras yang diberikan melalui agen di desa itu.

Mereka beralasan mengembalikan beras yang ia terima 13 kg itu, lantaran dianggap tidak layak konsumsi.

Diakuinya, beras yang mereka terima itu berbau ketika dimasak.

Dengan alasan itu, mereka mengembalikan beras jatahnya kepada pihak agen di Karangan Desa Bombong Lambe, bernama Linda Sarina.

Tanpa basa-basi, pihak agen menukar beras yang dikembalikan sejumlah warga itu.

Mendengar kejadian itu, pihak suplayer langsung mendatangi pihak agen di desa itu.

Berdasarkan pantauan Tribunmamasa.com, beras yang dikembalikan tersebut terlihat bersih dan tidak mengeluarkan bau.

Bahkan beberapa dari warga yang juga ingin mengembalikan beras itu terpaksa pulang, sebab takut dimintai keterangan oleh pihak polisi.

Pihak kepolisian akhirnya mengambil beberapa sampel beras yang dikembalikan oleh warga, guna membuktikan layak tidaknya beras itu dikonsumsi.

Alhasil, setelah pihak petugas dan pihak suplayer memasak beras itu, tidak dapat dibuktikan bahwa beras tersebut mengeluarkan bau yang seperti dituduhkan oleh sejumlah warga tersebut.

"Saya sempat masak, faktanya tidak ada mengeluarkan bau yang tidak sedap," ujar Ari salah seorang dari pihak suplayer kala itu.

Senada itu, Agen Beras Linda Sarina mengatakan, baru kali ini pihaknya mendapat protes dari warga.

Padahal kata dia, ada tiga desa yang ia layani, yakni Desa Bombong Lambe, Lembangna Salulo, dan Desa Pebassian.

"Anehnya karena ada tiga desa yang kita layani tapi hanya tiga keluarga yang protes," katanya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved