IHSG
Saham Naik, Repatriasi Deviden Buat Rupiah Melemah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 15,07 poin atau 0,30% ke 4.988,86 pada akhir perdagangan Senin (6/7/2020).
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 15,07 poin atau 0,30% ke 4.988,86 pada akhir perdagangan Senin (6/7/2020).
Sebanyak 226 saham naik, 185 saham turun dan 157 saham stagnan.
Delapan sektor saham menguat, menopang IHSG. Sedangkan dua sektor saham tergelincir ke zona merah.
Sektor-sektor saham dengan kenaikan terbesar adalah sektor pertambangan yang naik 1,45%, sektor perkebunan naik 0,99% dan sektor industri dasar naik 0,93%.
Sedangkan dua sektor saham yang melemah adalah sektor konstruksi yang turun 0,55% dan sektor infrastruktur turun 0,32%.
Total volume perdagangan saham di bursa hari ini mencapai 8,22 miliar saham dengan total nilai Rp 6,73 triliun.
Branch Manager Trimegah Securitas Indonesia Tbk, Carlo E F Coutrier menyampaikan analisis IHSG hari ini sempat menguat di 5009, tetapi ditutup dengan kenaikan tipis di 4988 (+0,3%).
Kenaikan itu diikuti dengan bursa regional asia rata-rata mengalami kenaikan yang signifikan.
"Bursa Jepang (Nikkei) mengalami kenaikan +1,8%, Bursa China (Shanghai Composite) naik +5,7%, Bursa Hongkong (Hangseng) naik +3,9%, dan Bursa Singapur (Straits Times) naik +1,4%. Bursa Indonesia (IHSG) tercatat yang mengalami kenaikan paling sedikit, salah satu penyebab IHSG lag dan tidak ikut bergerak searah dengan bursa regional Asia adalah pelemahan Rupiah. Rupiah sempat menguat ke Rp.14,450 namun sore hari mengalami pelemahan ke Rp.14,520," katanya.
Menurutnya, pelemahan rupiah kemungkinan disebabkan oleh tingginya permintaan USD untuk repatriasi deviden, dan rencana pemerintah atas kebijakan "Burden Sharing" bersama BI untuk pemulihan Ekonomi.
Repatriasi dividen adalah pembagian keuntungan perusahaan asing yang menanamkan modal di Indonesia kepada pemegang saham di luar negeri.
Melalui skema Burden Sharing ini, Bank Indonesia berencana akan membeli Obligasi Khusus dari pemerintah dengan tingkat bunga 0 persen.
"Ini akan meringankan pemerintah dari sisi bunga dan dana nya bisa untuk pemulihan ekonomi. Tetapi mungkin akan sedikit ketat likuiditas untuk BI," katanya. (*)