Jokowi Ancam Reshuflle Kabinet, Siapa 'Menteri Titipan' yang Disebut Fahri Hamzah di Mata Najwa?
Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah pun turut menyoroti ancaman reshuffle yang dilontarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
TRIBUN-TIMUR.COM-Heboh Presiden Joko Widodo marah kepada para menterinya hingga mengancam lakukan reshuffle kabinet.
Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju bekerja lebih keras di masa pandemi Covid-19.
Hal itu disampaikan Jokowi saat Sidang Kabinet Paripurna berlangsung secara tertutup pada 18 Juni 2020.
Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah pun turut menyoroti ancaman reshuffle yang dilontarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
• Terancam Dicopot, Siapa Sosok Menteri yang Punya Kinerja Buruk hingga Buat Presiden Jokowi Jengkel?
• Serunya Mata Najwa Tadi Malam, Jenderal Ini Ungkap Penyebab Presiden Jokowi Jengkel & Marahi Menteri
• ILC TV One Bahas Presiden Jokowi Marah-marah ke Menteri, Apakah Seberani Rocky Gerung Sebut Drakor?
Fahri mengungkapkan, ada tiga kategori menteri yang perlu diperhatikan bila terjadi reshuffle.
Tiga kategori tersebut di antaranya menteri yang berada di 'zona nyaman', menteri yang profesionalitasnya diragukan, dan menteri 'titipan'.
"Menteri-menteri itu saya mengkategorikannya ada tiga, pertama itu menteri comfort zone."
"Ini orang yang wajahnya Presiden senang melihatnya."
"Dia bisa jadi sasaran maki-maki kalau Presiden lagi marah sendiri," terang Fahri dalam acara Mata Najwa, Rabu (1/7/2020), dikutip dari Youtube Najwa Shihab.

Fahri Hamzah berharap Presiden Jokowi tidak terus menerus meluapkan kemarahannya di hadapan para menteri maupun publik karena bisa berdampak pada kewibawaannya.
Pria asal NTB ini mengaku menteri yang berada di zona nyaman tersebut berfungsi untuk memelihara emosi Presiden.
"Orang ini kalau Presiden marah itu marahnya kedia," tambahnya.
Kategori kedua, Fahri menyebut sebagai menteri yang profesionalnya diragukan.
Ia mengaku kecewa lantaran Jokowi memilih menteri baru dari kategori milenial.
Menurutnya, dunia dari menteri-menteri milenial sebelumnya, amat berbeda dengan dunia politik di pemerintahan.