Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Makassar

Rubon's Abon Ikan Tuna dari Sinjai, Modal Awal Rp 200 Ribu Kini Masuk Toko Oleh-oleh di Makassar

Hadir langsung sebagai narasumber pada seri ke-6 ini, Manager Pemasaran Rubon's, Abdul Gaffar.

Penulis: Sukmawati Ibrahim | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM/DIWAN
Narasumber pada seri ke-6 ini, Manager Pemasaran Rubon's, Abdul Gaffar (kanan) 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Program rutin Irman Yasin Limpo bekerjasama Tribun Timur bertajuk #katanone kembali tayang di akun YouTube dan Fanpage Facebook Tribun Timur, Selasa (30/6/2020) malam.

Hadir langsung sebagai narasumber pada seri ke-6 ini, Manager Pemasaran Rubon's, Abdul Gaffar.

Gaffar membeberkan, Rubon's ini terbentuk sejak tahun 2016 dengan modal awal Rp 200 ribu.

"Awal hanya iseng, dengan kemasan dari wadah teh poci. Kami foto lalu posting ke sosial media dan mendapat respon positif," katanya, Selasa (30/6/2020).

Olehnya itu, Gaffar menilai potensi abon ini besar untuk dipasarkan, karena marketnya cukup besar.

Hal ini yang menjadi salah satu penopang usaha tersebut berlangsung hingga kini dengan jumlah karyawan delapan orang, semuanya ibu-ibu.

Selain itu, bahan baku abon mudah didapatkan karena lokasi produksinya di sentra pengelolaan ikan di Lappa, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.

"Produksi kami tentu awet atau tahan lama yah. Karena bahan bakunya memang gampang sekali kita dapat dan memang ada pusatnya, dimana semua UMKM fokus pada pengelolaan hasil laut," ujarnya.

Tidak hanya itu, menurut Gaffar Rubon's sudah punya pelanggan tetap, khususnya di wilayah Sulsel.

"Pasarnya sudah di beberapa kabupaten di Sulsel seperti Sinjai, Bone, Bulukumba dan Makassar. Tapi, pasar terbesar tetap Makassar karena sudah masuk di beberapa toko oleh-oleh dan kini menjadi salah satu oleh-oleh khas Sulsel," bebernya.

Rubon's ini juga menyasar perumahan hingga kolaborasi dengan sekolah-sekolah maupun koperasi.

Meski demikian, masih banyak kendala yang dihadapi, salah satunya dalam hal jumlah produksi belum mampu memenuhi semua permintaan pasar.

"Dalam sebulan produksi kami hanya 500 sampai 700 picis, karena kendalanya di modal. Mungkin butuh stimulus dari pemerintah atau stakeholder lainnya. Apalagi semua syarat untuk dipasarkan secara meluas sudah lengkap karena sudah ada BPOM, label halal dan persyaratan lainnya," jelasnya.

Mengenai pandemi Covid-19, Gaffar mengaku usahanya ikut terdampak. Penurunan produksi mencapai 80 persen.

"Mulai bergairah kembali saat ada program bagi-bagi sembako bagi masyarakat terdampak. Waktu itu kami dapat 2.500 picis orderan untuk disebar ke masyarakat yang terdampak dan ini cukup membantu," tukasnya.

Ia berharap, ke depannya bisa semakin berkembang, market semakin luar dan produksi terus meningkat. (*)

Laporan Wartawan Tribun Timur @umhaconcit

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved