Inflasi yang Terkendali Jadi Faktor Penentu Pulihnya Ekonomi Dalam Negeri
Bank Indonesia mencatat perekonomian Sulsel pada triwulan I 2020 mengalami pertumbuhan terendah dalam satu dekade.
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Ilham Mulyawan Indra
Inflasi yang Terkendali Jadi Faktor Penentu Pulihnya Ekonomi Dalam Negeri
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Bank Indonesia mencatat perekonomian Sulsel pada triwulan I 2020 mengalami pertumbuhan terendah dalam satu dekade.
Hanya tumbuh sebesar 3,07 persen (year to year), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2019 yang mencapai 6,48% (yoy).
Perekonomian Sulsel diperkirakan mulai mengalami perbaikan pada triwulan III 2020 yang didorong oleh meningkatnya konsumsi swasta dan kinerja investasi.
Sedangkan pada triwulan II pengaruh covid-19 masih sangat kuat karena dampak pandemi ini di triwulan I yang membuat lapangan kerja berkurang, sehingga terjadi perlambatan yang dalam.
Direktur Eksekutif Bank Indonesia Perwakilan Sulsel, Bambang Kusmiarso optimistis pemulihan perekonomian secara bertahap dapat terjadi apabila ada konsistensi kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi tersebut.
Ditambah pemahaman masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan dalam kegiatan keseharian, agar pandemi segera berakhir dan roda perekonomian bisa berputar normal kembali.
Ia juga menyebut inflasi yang terkendali menjadi salah satu harapan dalam menjaga daya beli masyarakat dan menopang pemulihan perekonomian ke depan.
Tekanan inflasi Sulsel pada triwulan I 2020 masih berada dalam rentang sasaran inflasi 3+1%.
Tekanan inflasi pada triwulan I 2020 terutama terjadi pada kelompok volatile foods dipicu keterbatasan pasokan bawang putih dan gula pasir.
"Karena tak dipungkiri bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan sendi-sendi perekonomian Sulsel mengalami pelemahan kinerja seiring penurunan permintaan yang terjadi secara luas dan dalam waktu yang relatif cepat," kata Bambang, Selasa (16/6/2020) lalu.

Namun penghimpunan dana pihak ketiga secara umum masih tumbuh 3,7% (yoy) meski melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,5% (yoy).
Penyaluran kredit juga terpantau tumbuh melambat, menjadi 3,7% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,2% (yoy), perlambatan khususnya terjadi pada penyaluran kredit rumah tangga. (*)
Bambang menambahkan, imbas penyebaran Covid-19 terutama dirasakan pada lapangan kerja industri makro dan kecil, industri pengolahan, serta penyediaan akomodasi dan makan minum.
Konsumsi swasta melambat akibat keterbatasan kinerja konsumsi rumah tangga ditengah pandemi Covid-19 dan kontraksi pada komponen LNPRT seiring penundaan Pilkada serentak.
Pelaku ekonomi yang cenderung wait and see selama pandemi COVID-19 juga menjadi kendala dalam kinerja investasi.
"Permintaan yang terbatas akibat COVID-19 menyebabkan kinerja net ekspor mengalami kontraksi," katanya. (*)