Pasukan Elit TNI AD
Kisah Pasukan Elit TNI AD Hanya 3 Menit Lumpuhkan Teroris, Padahal 17 Peti Mati Sudah Disiapkan
Kisah berawal saat pesawat Garuda Indonesia Penerbangan 206, DC-9 Woyla dari Jakarta tujuan Medan dibajak dan dibawa ke Thailand pada 1981 silam.
Akibatnya penyergap-2 yang menyusul dibelakang Capa Kirang juga terkena tembakan pembajak di dada, tetapi tembakan itu hanya mengenai rompi anti peluru yang dikenakannya.
Ia hanya mengalami memar di balik rompi anti pelurunya.
• Cara Bintang Emon Serang Balik Penyebar Fitnah, Diam-diam Beri Bukti Tampar Para Buzzer
Pontas kemudian membalas tembakan pembajak yang berada di dekat pramugari itu dengan tembakan semi-otomatik H&K MP5 SD-2.
Tembakan itu langsung melumpuhkannya.
Ia tersungkur bersandar pada bahu pramugari yang membeku ketakutan disampingnya.
Dalam waktu singkat, pasukan lain yang berada di luar pesawat melakukan evakuasi medik terhadap Kirang yang masih sadar, namun mengalami luka-luka tembak menuju Dearah Persiapan 1.
Dalam briefing terakhir kepada Capa Kirang, Sintong memerintahkan, "Kirang, setelah ketiga pintu terbuka, kamu masuk terakhir. Kalau pembajak kesitu, kamu nda usah tergesa-gesa."
Menurut evaluasi Sintong, Kirang terlalu cepat berlari menaiki tangga. Hal itu disebabkan oleh sifat prajurit Komando yang penuh pengalaman tempur itu, sangat agresif.
Ketika Kirang masuk, ia langsung berhadapan dengan pembajak yang berada dibelakang dengan sikap siap menembak.
Firasat gugurnya Achmad sudah dirasakan oleh rekannya yang lain.
Mereka menceritakan Ahmad Kirang sempat menukar rompi antipeluru dengan yang lebih pendek karena merasa tidak nyaman.
Barangkali memang sudah menjadi takdirnya gugur di medan laga menjalankan tugas.
Nama Achmad Kirang menjadi pahlawan bagi Kopassus.
Bahkan di Kampung Halamannya itu juga dibuat Monumen Ahmad Kirang di jantung Kota Mamuju, Sulbar. Ahmad Kirang adalah prajurit TNI kelahiran Mamuju, kebanggaan Sulbar.