Ibadah Haji 2020
Untuk Pertama Kalinya dalam Sejarah Modern, Tak Ada Ibadah Haji sejak Negara Arab Saudi Berdiri
Salah satu pilihan tetap menyelenggarakan haji dalam jumlah kecil dengan protokol kesehatan atau membatalkan ibadah haji secara total
TRIBUN-TIMUR.COM-Untuk pertama kali sejak negara Arab Saudi berdiri pada 1932, tak akan ada penyelenggaraan Ibadah Haji tahun ini.
Hal ini diakibatkan kasus Virus Corona atau Covid-19 di Arab Saudi lebih dari 100.000.
Dikutip dari Kompas.com dari Financial Times, kepastian peniadaan Ibadah Haji tahun 2020 sedang dibahas dengan cermat dan berbagai skenario.
"Keputusan resmi akan dibuat dalam satu minggu," kata seorang pejabat senior dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, dikutip dari Financial Times, Jumat (12/6/2020).
Ibadah haji yang dijadwalkan akan berlangsung pada akhir Juli mendatang merupakan salah satu ritual keagamaan terbesar di dunia yang melibatkan sekitar 2 juta orang setiap tahunnya.
Namun, setelah penyelenggaran acara global, termasuk Olimpiade Tokyo terpaksa ditunda atau dibatalkan, pejabat Saudi menghadapi tekanan semakin besar.
Salah satu pilihan mereka adalah tetap menyelenggarakan haji dalam jumlah kecil dengan protokol kesehatan yang ketat.
Sementara kemungkinan lainnya membatalkan haji secara total.
"Semua opsi ada dalam pembahasan, tetapi prioritasnya adalah untuk kesehatan dan keselamatan jemaah," kata pejabat itu.
Menunda haji

Pada Rabu (10/6/2020), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah berbicara secara langsung dengan Arab Saudi untuk menunda haji 2020.
Dikutip dari Mehr News, Kamis (11/6/2020) Kepala Regional WHO untuk Mediterania Timur Dr Dalia Samhouri menyebut, keputusan soal kegiatan keagamaan tahunan di dunia harus dibuat di bawah pengawasan WHO.
"Setiap keputusan untuk mengadakan acara ziarah keagamaan tahunan di dunia pada tahun ini harus dibuat di bawah pengawasan WHO bersama dengan mengamati protokol kesehatan," kata Dalia.
Meski Arab Saudi memiliki pengalaman dalam menghadapi wabah selama haji, seperti Ebola dan MERS, tapi pandemi virus corona menghadirkan tantangan yang jauh lebih sulit.
Pemerintah telah langkah-langkah ketat untuk mengendalikan virus setelah kasus pertama dikonfirmasi awal Maret 2020, termasuk pembatasan perjalanan dan jam malam nasional selama dua bulan.
Namun, setelah pelonggaran penguncian pada akhir Mei 2020, jumlah kasus infeksi dan kematian harian justru meningkat.
Lebih dari 3.000 kasus dilaporkan setiap hari selama enam hari terakhir dan total kematian yang mencapai 857 orang hingga Kamis.
Plus minus pelaksanaan haji

Sarjana tamu di the Middle East Program of Carnegie Endowment for International Peace, Yasmine Farouk mengatakan, keputusan Saudi soal haji akan penuh dengan konsekuensi politik dan ekonomi di dalam maupun luar negeri.
"Jika mereka melanjutkan haji sementara situasi Covid-19 saat ini tak kunjung membaik, mereka mungkin mengalami tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sistem kesehatan mereka, kritik internasional dan bahkan mungkin tuntutan kompensasi," kata Farouk.
"Jika memutuskan menentang haji, perekonomian negara, khususnya perekonomian lokal Mekkah dan Madinah akan menderita," sambungnya.
Menurut sebuah laporan dari King Abdulaziz Foundation for Research and Archives, penyelenggaraan ibadah haji telah terganggu karena alasan politik, ekonomi, dan kesehatan sekitar 40 kali dalam sejarah.
Semua pembatalan itu terjadi sebelum Arab Saudi modern didirikan pada 1932.
Sejarah Pembatalan Ibadah Haji

Pembatalan pelaksanaan ibadah haji, rukun Islam kelima buka hanya terjadi pada tahun ini.
Menurut data The Saudi King Abdul Aziz Foundation for Research and Archives yang dirilis pada Maret, sebagaimana dikutip dari BBC, ibadah haji pernah 40 kali ditiadakan dalam sejarah peradaban manusia, dengan alasan beragam, mulai dari perang sampai wabah penyakit menular.
Pada 1814, Kerajaan Arab Saudi dilanda wabah thaun, yang juga melanda Mekah dan Madinah sehingga Ka'bah harus ditutup sementara.
Lalu tahun 1831, ada wabah dari India, yang dicurigai adalah kolera, dan bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji.
Periset mencatat setidaknya 75 persen jemaah haji meninggal dunia dan pelaksanaannya dihentikan di tengah jalan.
Kolera kembali ditemukan di Arab Saudi pada 1846-1892, dan haji pun batal dilaksanakan pada 1850, 1865, dan 1883.
Ibadah haji sempat dilaksanakan pada 1864, namun menelan 1.000 korban jiwa per harinya karena terjangkit kolera.
Pada 1987, wabah meningitis menyambangi ibadah haji dan penyebaran penyakit ini menginfeksi setidaknya 10.000 peserta haji.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Arab Saudi Pertimbangkan Pembatalan Haji, Pertama dalam Sejarah Modern"