Update Corona Sulsel
Penyebab Utama Sulsel Jadi Provinsi dengan Indeks Penularan Virus Corona Tertinggi di Indonesia
Dilansir dari https://covid19. sulselprov.go.id/, terlihat jumlah data angka kasus positif di Sulsel terkonfirmasi terus bertambah.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
TRIBUNTIMURWIKI.COM- Penyebaran virus corona nampaknya masih terus terjadi di Sulawesi Selatan.
Belum terjadi tanda-tanda penurunan jumlah kasus.
Hal tersebut dari terus bertambahnya jumlah kasus positif setiap harinya.
Kabar terbaru untuk perkembangan pasien positif corona atau covid-19 di Sulawesi Selatan, Jumat (12/6/2020).
Dilansir dari https://covid19. sulselprov.go.id/, terlihat jumlah data angka kasus positif di Sulsel terkonfirmasi terus bertambah.
Berdasarkan data yang diupdate pada Kamis 11 Juni 2020, pukul 22.25 wita total angka kasus positif mencapai kini naik menjadi 2.16 kasus.
Masih terjadi peningkatan yang begitu signifikan.
Bahkan peningkatannya cukup tajam dibanding sepanjang adanya kasus terkonfirmasi di Sulsel.
Pasalnya sehari sebelumnya, angka positif berjumlah 2381 kasus.
Sehingga penambahan kasus positif dalam kurun waktu 24 jam bertambah menjadi 135 kasus.
Angka ini berkurang setelah sebelumnya selama dua hari berturut-turut Makassar mencapai angka terkonfirmasi positif hingga 180 kasus dan 187 kasus.
Meski demikian, pasien yang dinyatakan sembuh dari covid-19 bertambah.
Kini angka pasien sembuh dari covid-19 menjadi 795 orang.
Sedangkan hari sebelumnya angka kesembuhan menjadi 758 orang.
Untuk jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) kini mencapai 6080 orang dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) berjumlah 2053 orang.
Untuk kematian pada kasus pasien PDP kini berjumlah 173 orang.
Indeks Penularan Corona Sulsel Tertinggi di Indonesia
Kini Sulawesi Selatan menjadi provinsi dengan indeks penularan (Rt) corona tertinggi di Indonesia, dengan Makassar sebagai episentrum wabah.
Menurut data Bonza, platform yang memantau indeks penularan corona di Indonesia, Rt di Sulsel kini menyentuh angka 1,59.
Angka ini merupakan yang tertinggi dibanding dengan 33 provinsi lainnya.
Angka 1,59 merupakan titik tertinggi sejak 18 April.
Secara keseluruhan, Rt di Sulsel turun naik dngan catatan, tidak pernah di bawah 1.
Artinya, selalu ada peluang satu orang menulari seorang lainnya.
Pakar Epidemiologi Universitas Hasanuddin, Prof Ridwan Amiruddin, menjabarkan bahwa dasar perhitungan reproduction effective (Rt) adalah kemampuan infektif sekunder setiap kasus ke kelompok berisiko baru.
Dengan kondisi Rt di Sulsel terkhusus Makassar yang belum menunjukan penurunan secara grafik, Ketua Perhimpunan Ahli Epidemologi Sulsel itu menyebut Pemerintah harus mengambil langkah cepat.
“Hal-hal yang mesti dilakukan oleh Pemprov sebagai fungsi koordinasi dan sinergitas dengan seluruh pemda se-Sulsel untuk secara bersama sama menahan laju insidensi covid-19. Untuk Pemprov telah dirumuskan untuk memberikan tekanan suppress terhadap pertumbuhan kasus covid-19 dengan melaksanakan program aggressive testing, massive tracking dan training/public education,” ucapnya saat dihubungi, Kamis (11/6/2020) malam.
Walau pihak Pemerintah dianggap sebagai pihak yang paling berwenang dalam mengurus dan engatur regulasi dalam penanganan Covid-19, masyarakat pun menjadi pihak yang paling berpegaruh dalam kesuksesan memutus mata rantai penyebaran.
Utamanya untuk para pelaku usaha yang saat ini sudah diberikan kelonggaran dalam menjalankan aktivitas ekonominya.
“Hal paling penting yang dilakukan oleh masyarakat adalah memiliki sikap ketanggapan terhadap pandemi ini, mengambil peran aktif untuk menegakkan disiplin tinggi dalam hal personal hygiene terkhusus dalam penggunaan masker, jaga jarak dan cuci tangan. Untuk pelaku usaha point pentingnya adalah menetapkan protokol kesehatan di seluruh sektor layanan publik,” harapnya.
Meski faktanya sejauh ini penerapan protocol kesehatan utamanya penggunaan masker presentasenya masih di bawah angka 40 persen.
“Jadi studi yang ada teman di Jatim dengan studinya tentang kepatuhan memakai masker itu menunjukkan bahwa yang ke kampus 75% tidak pakai masker yang ke pasar 80% tidak pakai masker di warkop 88% tidak pakai masker, sementara ini level penuaran di tempat ini termasuk level tinggi,” paparnya.
Secara umum Prof Ridwan menerangkan bahwa melonjaknya jumlah kasus positif di Makassar tak terlepas dari kebijakan penghentian Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dinilai terlalu cepat.
“Penanganan covid kota makassar terlalu longgar dengan peningkatan kasus yang menanjak tiga hari terakhir, itu tidak terlepas dari penghentian PSBB, idul fitri, lebaran dan euforia masyarakat untuk berkumpul. Ini yang sangat menghawatirkan. Apalagi belum dibuka sekolah. Kalau ini juga sudah dibuka maka alamat Sulsel akan menjadi Wuhan ke-2,” terangnya.
“Idealnya indikator pelonggaran itu klau memenuhi syarat Rt kurang satu selama 2 pekan berturut turu. sementara kota makassar Rt masih di atas satu sudah di hentikan dengan berbagai alasan,” tutupnya.(*)