Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Wawancara Eksklusif Tribun Timur

Dosen FIB Unhas Raih S3 di Tengah Pandemi Corona Iran, Supratman SS MSc PhD Ingin Segera Peluk Ibu

salah satu motivasi saya meraih kesalehan untuk memuliakan mama semuliamulianya dan setinggitingginya. Saya ingin mama saya sangat dikasihi Allah SWT

Editor: AS Kambie
dok tribun timur
Dosen FIB Unhas Supratman SS MSc PhD mempertahankan disertasi di depan Kepala Bagian Akademik Dr Fahoumi, Dosen Pengarah Dr Gholamreza Jamshidiha, dan Kepala Bagian Kebudayaan dan Urusan Keagamaan Dr Imamzadeh di Al Mustafa International University, Contemporary Muslim Thought, Teheran-Campus, Iran, Rabu (13/5/2020). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, FIB Unhas, bertambah lagi doktornya.

Supratman SS MSc PhD meraih gelar doktor di Al Mustafa International University, Teheran, Iran.

Saat sebagian besar warga dunia berjuang menghadapi Covid-19, Al Mustafa International University, berjuang ganda.

Selain berjuang menyelamatkan diri dari sergapan corona di Iran, Supratman juga berjuang menyelesaikan studi S3 di Al Mustafa International University, Contemporary Muslim Thought, Teheran-Campus, Iran.

Supratman telah mencatatkan namanya sebagai sarjana Sastra Persia pertama di Indonesia. Supratman SS MSc PhD meraih gelar ini tahun 2006.

Selain mahir bahasa Persia dan Inggris, Supa, sapaan Supratman SS MSc PhD, ia juga akrab dengan Bahasa Arab dan kenal dengan Bahasa Perancis.

Sebelum ke Iran menyelesaikan S3, Dosen Departemen Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (Unhas) ini diundang ke Amerika menghadiri dialog keagamaan dan toleransi di Drew University, New Jersey.

Dia juga juga pernah diundang ke Kyoto University, Jepang, dan Malaysia.

Di tengah memuncaknya pandemi Corona di Iran, Supratman SS MSc PhD meraih gelar S3. 

Supratman menyelesaikan S3 di hari Al Qadr,19 Ramadan.

“Hari di mana subuhnya kepala Imam Ali dibacot parang tatkala mengimami Salat Subuh di Kufah 1400 tahun yang lalu.

"Saya ujian disertasi pada 13 Mei 2020," kata Supratman SS MSc PhD dalam Wawancara Eksklusif Tribun Timur.

Berikut perikan wawancara eksklusif AS Kambie dengan Supratman SS MSc PhD via WA, Kamis (4/6/2020) malam:

Tribun Timur cetak edisi Jumat, 5 Juni 2020
Tribun Timur cetak edisi Jumat, 5 Juni 2020 (dok.tribun)

Pertama, Selamat atau pengukuhan Anda sebagai doktor di Iran.
Terima kasih. Alhamdulillah.

Anda adalah segelintir orang yang menyelesaikan studi S3 di tengah suasana Pandemi Corona, apalagi di Iran, salah satu negara yang awalnya disebut-sebut terparah. Bagaimana perasaan Anda?
Sangat bahagia dan bangga. Selain itu hanya saya sarjana di Unhas yang merupakan alumni Iran.

Dari segi spesifikasi dan keunikan tentu ini sangat berarti. Karena umumnya sarjana di Unhas adalah alumni Jepang, Australia, Amerika dan juga Eropa.

Dan saya siap adu prestasi dan kontribusi dengan almuni tersebut dalam rangka kejayaan dan kebesaran Unhas juga Indonesia.

Bisa Anda jelaskan bagaiman sebenarnya kondisi Iran di tengah pandemi corona ini, saat Anda berjuang menyelesaikan studi S3?

Tentang corona memang Iran salah satu terparah. Tetapi banyak hal bisa dikatakan dengan corona terkait Iran.

Pertama, negara yang tetap independen dalam mengatasi masalah dalam negeri dengan kekuatan dan sumber daya alam dan manusia sendiri.

Kedua, Iran selalu bisa belajar dari embargo dari Amerika dan Eropa. Ketiga, Iran kembali produksi alat-alat kesehatan untuk antisipasi corona.

Bagaimana proses penyelesaian studi Anda di tengah memuncaknya wabah corona di negeri Para Mullah?

Tentu punya hambatan tersendiri. Terutama dalam hal komunikasi dengan profesor pembimbing dan profesor penasihat.

Profesor pembimbing saya Prof Hamid Parsania sangat serius menangani materi dari disertasi saya dan ingin menyediakan waktu khusus untuk membimbing saya.

Dengan kejadian corona hal itu akhirnya menjadi terbatas lewat online dan pada saat yang sama beliau juga sangat sibuk sebagai salah satu intelektual dan cendikiawan papan atas di Iran sekarang ini.

Perpustakaan nasional dan juga sarana di kampus semuanya tutup.

Tetapi untungnya sebelum kejadian corona, Professor Hamid Parsania telah menyediakan semua referensi yang saya butuhkan.

Akhirnya dari segi referensi dapat saya penuhi untuk standar penulisan disertasi.

Sebelum Ujian harus ada makalah yang terbit di jurnal terakreditasi dan mendaftar di lembaga yayasan Sarjana Iran dan memasukkan intisari disertasi.

Kendala utama adalah ketemu dengan pembimbing yang supersibuk sebagai intelektial papan atas di Iran.

Saya melakukan ujian pertama yang kemudian dapat kritikan dan berbagai saran dari 3 profesor penguji.

Yaitu, Hojatul Islam Wal Muslimin Dr Mohsen Miri, DR Hassan Abdi, dan DR Hossein Zadeh.

Itu tiga bulan yang lalu. Saya kemudian perbaiki dan akhirnya mengajukan ujian lagi yang kedua kalinya.

Pada akhirnya diterima oleh mereka dan dinyatakan lulus dengan angka 18.30. Suatu nilai yang masuk standar tertinggi atau istimewa.

Ujian kedua dilakukan semionline. Maksudnya sebagian hadir secara langsung, sebagian lagi online.

Profesor yang tinggal di Teheran hadir langsung di universitas dan yang lain yang tinggal di luar Teheran seperti Qom dan Karaj ikut secara online.

Oh iya saya juga harus ikuti dan lulusi ujian toefl sebelum ujian pertahankan disertasi.

Ngomong-ngomong tentang apa disertasi Anda?

Disertasi saya ditulis dalam Bahasa Inggris karena kelas internasional.

Judulnya, Potential Actual of Society of the Transcendent Wisdom (al Hikmah al Muthaaliyah) as Foundation of Social Theory in Iran. 

Saya kuliah S3 selama dua tahun. Kelas saya adalah program internasional. Jadi mahasiswanya ada berbagai negara.

Teman sekelas saya dari Korea Selatan, Albania, Pakistan, India, dan Nigeria. Bahasa Pengantar adalah Bahasa Inggris.

Saya tercepat di antara semua mahasiswa yang ikut program in, dengan nilai 18.30, masuk dalam kategori nilai terbaik.

Bisa Anda jelaskan secara singkat disertasi tersebut?

Disertasi saya singkatnya adalah berangkat dari keresahan saya terhadap masyarakat dan negara muslim yang hidup dengan pola pemikiran dari Barat.

Bagi saya ini sebuah anomali. Saya sangat mengharapkan adanya sebuah teori sosial yang menjadi pola dan pandangan hidup bagi masyarakat dan negara muslim.

Masyarakat Muslim harus punya bangunan pemikiran dan teori sosial tersendiri.

Saya menemukan fondasi teori sosial dalam karya Mulla Sadra yang disebut dengan al Hikmah al Nuthaaliyah (the Transcendent Wisdom).

Bagi saya al Hikmah al Nuthaaliyah adalah sebuah pemikiran filsafat yang sangat kuat fondasi dan bangunan pemikirannya terkait dengan kehidupan sosial.

Saat ini, di tengah krisis sosial di dunia semakin menguatkan bagi masyarakat muslim untuk tidak sekadar mengikuti wacana sosial dari varat.

Tetapi lebih dari itu harus mewujudkan sebuah revolusi pemikiran sosial yang mana diambil dari budaya dan tradisi sosial dari masyarakat Muslim itu sendiri.

Masyarakat Muslim seperti Iran dan Indonesia sangat kaya dengan tradisi, budaya dan kearifan lokal yang kemudian bisa dijadikan sebagai fondasi untuk mewujudkan bangunan pemikiran dan teori-teori sosial.

Disertasi saya yang setebal 242 halaman ini akan saya terbitkan dalam bentuk dalam Bahasa Indonesia. Dalam bentuk buku dalam Bahasa Indonesia.

Bila buku saya terbit nantinya professor itu diundang sebagai pembahas utama dari buku tersebut.

Dalam momen Lebaran ini, apakah Anda masih sempat silaturahmi dengan keluarga di Indonesia? Bagaimana caranya?

Iyalah pastinya. Sebenarnya saya ingin hubungi mama, saya tapi ternyata kakak saya yang bersama mama di kampung yang duluan video call lewat WhatsApp.

Tetapi walau begitu komunikasi batin dengan mama saya tak pernah putus. Setiap detak nafas saya adalah doa dan zikir untuk mama.

Seluruh ibadah dan perjuangan saya lakukan demi untuk mengangkat derajat mama saya ke tempat yang sangat mulia di sisi Allah SWT.

Semua orang tahu bahwa doa anak saleh adalah yang paling afdal dan makbul bagi orangtuanya.

Nah, salah satu motivasi saya untuk meraih kesalehan adalah untuk memuliakan mama semuliamulianya dan setinggitingginya.

Saya ingin mama saya sangat dikasihani dan dirahmati dan dicintai dan diberkahi oleh Allah SWT.

Jadi momen Lebaran hanyalah satu momen yang saya gunakan untuk menyatukan jiwa dan ruhani saya dengan mama.

Selain itu adalah salat ampunan untuk orangtua di malam Jumat adalah amalan favorit saya selainSalat Tahajuud. Juga salawat 100 kali setelah Salat Subuh

Apa Anda sudah sampaikan ke orangtua bahwa Anda sudah selesai?

Mama saya pertama kali saya hubungi setelah ujian. Salah satu motivasi terbesar saya untuk segera selesai adalah untuk kembali kepangkuan mama.

Seperti apa Update Corona Iran, perkembangan Iran terkait Covid-19 saat ini?

Ada warga asing yang sedang berjalan di jalan raya dengan masker lengkap dengan sarung tangan tiba-tiba di atas mobil pribadi terdiri beberapa pemuda meneriakinya, 'Agha, Corona tamam shood'. Mereka bilang corona sudah berakhir.

Itu sekadar gambaran bahwa warga sudah tidak stress dan panik lagi dengan corona.

Per hari ini tidak ada lagi kasus baru yang terinfeksi, tetapi masih banyak dalam perawatan.

Kota sudah tidak ada yang lockdown semua fasilitas publik sudah bisa diakses.(*)

data diri

Supratman SS MSc PhD

* Lahir: Labolong, Pinrang

* Pekerjaan: Dosen Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Unhas

* Orangtua
- Ibu: Hj St Hasnah
- Muhammad Sanusi Yakub (almarhum)

* Pendidikan:
- S1 Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Unhas
- S2 Sastra Persia, University of Tarbiat Modares, Tehran-Iran, 2006
- PhD (S3) Al Mustafa International University, Contemporary Muslim Thought, Tehran-Campus, Iran, Mei 2020

* Organisasi:
- Ketua Lingkar Studi Timur Tengah (Lintas)
- Ketua Ikatan Alumni PMII Unhas
- Pembina Pospera Sulsel
- Anggota Pena 98 Sulsel

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved